Ini pertama kalinya saya mencari rumah kontrakan setelah menikah. Saya kira tak akan jauh berbeda dengan mencari kost saat masih bekerja dulu. Ternyata, jauh lebih kompleks hal yang mesti dipertimbangkan, terlebih ada anak-anak yang mesti diutamakan kenyamanannya. Kalau masih berdua sama suami saja sih tidak masalah, akan lebih bebas memilih. Tapi kalau sudah punya anak dua seperti ini, ya tidak bisa asal.
Singkat cerita, kami disuruh mengosongkan unit rusun yang sudah menjadi tempat tinggal kami selama 9 tahun. Ini fasilitas dari kantor sebenarnya, untuk membantu pasangan suami istri baru atau perantauan yang butuh tempat tinggal sementara. Akhirnya batas waktu hunian kami tak bisa diperpanjang lagi. Dan hanya diberi waktu 1 bulan untuk mengosongkan.
Baca juga: APAR untuk Rumah Tangga: Jenis, Ukuran, Penyimpanan, Penggunaan, dan Masa Kedaluarsanya
Panik? Awalnya tidak begitu. Sampai saya mengalami sendiri susahnya mencari kontrakan yang pas dengan kebutuhan. Kontrakan sih banyak, apalagi di Jakarta yang notabenenya adalah tujuan rantau dari banyak daerah. Tapi, ada saja yang tidak pasnya. Ukurannya lah, harganya lah, lingkungannya lah, aksesnya lah, dan sebagainya.
Bahkan saya sampai menangis di tengah jalan karena berhari-hari keliling, tak juga dapat apa yang dicari. Hujan pun saya terabas. Soalnya waktu yang kami punya tidak banyak. Siapa sangka, di saat tidak tahu lagi harus mencari ke mana, kontrakan yang sesuai hadir juga. Usaha dan doa yang bertubi-tubi itu membuahkan hasil. Tepat hampir sebulan batas waktu mengosongkan unit rusun akan berakhir.
Nah, karena saya tahu tak semua orang akan semudah itu menemukan rumah kontrakan yang sesuai dengan kebutuhan, saya ingin sekali berbagi pengalaman yang sedikit ini agar teman-teman dapat lebih terarah dan lebih cepat mencari rumah kontrakan. Saya sebut saja ini tips. Tips yang saya terapkan hingga mendapatkan rumah kontrakan yang tepat dalam waktu yang cukup singkat.
🌸 Tentukan Kebutuhan Rumah Kontrakan
Berhubung banyak sekali tipe rumah kontrakan, kita harus menentukan dulu rumah seperti apa yang akan dicari. Ini untuk mempercepat prosesnya. Jadi pas keliling atau bertanya, sudah jelas detail rumah yang diinginkan. Contohnya rumah yang saya cari adalah rumah tapak terserah petakan atau rumah terpisah, minimal 2 kamar, parkiran yang muat untuk 1 mobil dan 2 motor, serta tidak terlalu jauh dengan kantor suami dan sekolah anak.
Tak boleh ketinggalan dan penting adalah kisaran harganya. Kisaran harga ini harus disesuaikan juga dengan kisaran harga kontrakan di daerah yang kita inginkan. Kira-kira dengan kondisi kebutuhan rumah, berapa pasarannya. Itulah yang kita jadikan standar. Kalau dananya terbatas seperti saya, ini termasuk tantangan terbesar. Menemukan yang sesuai budget dan sesuai juga dengan kondisi rumahnya.
Meski menantang, dengan menentukan terlebih dahulu rumah seperti apa yang kita butuhkan, akan mempercepat proses pencarian. Dari pada random saja melihat semua jenis rumah kontrakan, itu akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga.
🌸 Jadwalkan Area yang Dicari
Sudah tahu mencari rumah di daerah mana, selanjutnya adalah menjadwalkan mau mulai dari arah yang mana dulu. Saya sudah menentukan besok mau mencari ke area mana. Sepakati dengan suami agar tidak berkeliling ke area yang sama. Makanya ketika anak-anak berangkat sekolah, saya langsung mengarahkan motor ke area yang sudah direncanakan tanpa berpikir lagi. Begitu pula suami, sepulang kerja juga menuju ke area bagiannya.
🌸 Informasi dari Semua Kenalan
Siapa saja yang saya kenal, akan saya tanya apakah mereka memiliki informasi terkait rumah kontrakan. Mulai dari ibu-ibu yang saya jumpai saat mengantarkan anak-anak sekolah, termasuk guru-gurunya, teman-teman yang sama-sama tinggal di rusun, teman kantor suami, bahkan tukang bubur yang menjadi langganan. Beberapa rumah yang saya survei, meski belum sesuai, informasinya saya dapatkan dari hasil bertanya kepada kenalan. Baik hubungannya dekat maupun tidak, tidak perlu sungkan. Tanya saja.
🌸 Cari Pakai Motor dan Masuki Semua Gang
Jangan cari rumah kontrakan pakai mobil, karena tidak leluasa. Kalau pakai motor, putar balik di gang pas-pasan, tak jadi masalah dan tidak makan waktu. Lebih praktis! Makanya, kalau bisa pilihlah waktu-waktu yang nyaman untuk motoran, seperti pagi atau sore hari. Andai memungkinkan, keliling tanpa bawa anak akan lebih memudahkan lagi. Inilah alasan saya tetap keliling sendiri pas anak-anak sedang sekolah. Sendiri tak apa, dari pada bawa anak-anak yang baru keliling sebentar sudah minta pulang.
Selain itu, ketika keliling di area yang sudah ditentukan, masuki semua gang yang ada. Tanya ke satpam, ke orang di warung, atau siapa pun yang kemungkinan tahu informasi kontrakan di sekitar sana. Saya akan memasuki semua gang yang dirasa mobil muat untuk masuk. Teman-teman yang tidak punya mobil, saat bercerita pengalaman mencari kontrakan juga, mereka memasuki hingga ke gang-gang yang lebih kecil. Inilah yang membuat pakai motor jadi lebih praktis. Soalnya dari pengamatan saya, justru di gang-gang inilah yang banyak rumah kontrakan dari pada di sisi jalan besar.
🌸 Pilih Jam-jam Ramai
Ini tips yang saya temukan secara tak sengaja karena kebetulan waktu yang tersedia memang di pagi hari ketika ibu-ibu atau warga banyak beraktivitas di luar rumah. Untuk belanja sayur misalnya. Jadi, saya selalu bisa bertanya apakah ada rumah kontrakan di sekitar sana. Coba kalau kelilingnya siang hari pas matahari tepat segaris lurus dengan kepala, pasti kebanyakan orang akan berdiam di rumah dan kita kesulitan mencari tempat bertanya.
Malah rumah yang saya kontrak sekarang hasil dari bertanya kepada ibu-ibu yang lagi ngobrol. Jangan salah, ibu-ibu ini banyak juga lo yang niat banget membantu kita mencari kontrakan di sekitar rumah mereka. Berhubung warga sana, pasti lebih tahu kalau memang ada rumah yang dikontrakkan.
🌸 Hubungi Segera Pemilik Rumah
Ketika kita berkeliling mencari kontrakan dan mendapatkan nomor kontak si empunya rumah, maka segera hubungi tanpa menunda. Apalagi rumah yang dirasa paling sesuai dengan kebutuhan. Hubungi saja dulu, tanya harganya dan kalau bisa janjian untuk langsung survei. Ini akan mempercepat proses pencarian agar informasi tidak menumpuk dan kalau tidak cocok, bisa segera move on mencari yang lain.
Selain itu, saya pun tidak menyangka, jodoh kontrakan saya sekarang justru awalnya dikatakan sudah penuh. Namun, ketika ada yang keluar tiba-tiba, karena saya yang pertama menghubungi, maka saya pula yang mendapat penawaran pertama. Tak selang berapa lama, saya dihubungi kembali. Alhamdulillah langsung deal dan rezeki banget rasanya. Andai saya tak menghubungi segera, belum tentu saya yang akan ditawarkan pertama kali oleh ibu kontrakannya. Soalnya rumahnya bagus dan harganya cukup ramah bila dibandingkan rumah kontrakan lain dengan kondisi serupa.
🌸 Survei Rumah dengan Teliti
Setelah sepakat untuk survei kapan, datanglah sesuai waktu janjian agar meninggalkan citra yang baik. Mana tahu berjodoh dengan rumahnya kan? Nah, ketika survei rumah, jangan melihat-lihat saja, tapi tanya juga apa yang dirasa penting untuk menunjang aktivitas kita selama menghuni. Ini butuh kejelian. Seperti mengecek kebersihan dan kelancaran air, besar daya listrik, keamanan dan kebersihan sekitar, apakah rawan banjir atau tidak, lihat atapnya apakah ada bekas bocor, sirkulasi udara, mengukur luas rumah apakah muat untuk seluruh barang kita, akses menuju ke sananya, dan lain sebagainya.
Malah ada kejadian di satu rumah yang saya survei, tidak ada tempat cuci piringnya. Kalau saya tidak ngeh, mungkin akan jadi masalah andai jadi mengontrak. Padahal rumahnya bagus, kamarnya 3, baru direnovasi, tapi masak iya saya mencuci piring di kamar mandi? Inilah pentingnya melihat detail seluruh sudut rumah saat survei. Kan sayang kalau sudah terlanjur bayar uang sewa setahun, eh ternyata ada yang bikin tidak nyaman.
🌸 Kesepakatan dan Dokumen Sewa yang Jelas
Setelah disurvei dan sudah cocok dengan rumahnya, maka saatnya untuk membahas proses penyewaan. Kalau rumah kontrakan saya sekarang, ada deposit (nanti dikembalikan lagi di akhir masa sewa) di luar uang sewa, sebagai jaminan bila terjadi kerusakan pada rumah akibat kelalaian saya sekeluarga selama menyewa. Ini mesti diperjelas kesepakatannya, apa saja kerusakan yang menjadi tanggung jawab kita sebagai penyewa dan apa yang menjadi tanggung jawab pemilik kontrakan. Bagaimanapun, kita menyewa, tidak mungkin semua kerusakan rumah yang terjadi, kita yang memperbaiki.
Saat pembayaran, apalagi yang bayar sewanya per tahun dengan total puluhan juta, pastikan ada kuitansi di atas materai yang ditandatangani kedua belah pihak agar sah dan menjadi pegangan kita. Begitu pula dokumen sewa yang juga dibubuhi materai dan ditandatangani kedua belah pihak. Di dalam dokumen ini tertulis rinci kesepakatan selama mengontrak. Pastikan kita memegangnya satu rangkap. Minimal punya bukti foto dokumennya atau foto copy-nya. Jangan mau kalau kuitansi dan dokumen sewa ini tidak ada. Justru ini yang membuktikan kalau penyewaan kita sah dan ada kekuatan hukum bila nanti amit-amit ada masalah.
Baca juga: Cara Mengatasi Tabung Gas LPG Bocor Secara Mandiri di Rumah
Itulah beberapa tips dari saya berdasarkan pengalaman mencari rumah kontrakan beberapa waktu lalu. Ada yang bilang kalau mencari kontrakan itu susah-susah gampang. Bersyukur banget prosesnya gampang. Tapi kalau dapat susahnya, mesti pintar-pintar mencari cara terbaik agar segera mendapat rumah yang sesuai kebutuhan.
Meski statusnya mengontrak, rumah itu akan menjadi tempat kita bernaung, tempat anak-anak bertumbuh, dan mengukir banyak memori. Tidak mungkin asal pilih. Harus dipastikan tepat sesuai kebutuhan.
Semoga pengalaman saya ini bermanfaat dan bisa menjadi referensi teman-teman dalam mencari rumah kontrakan.
Semangat!
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)