Perjalanan 8 tahun menjadi bloger, semakin menyadarkan saya akan pentingnya
pengecekan Engagement Rate. Blog memang menjadi rumah utama, namun
nyatanya, makin ke sini, media sosial juga disertakan sebagai persyaratan
dalam banyak kerja sama untuk menunjang penyebaran informasi yang jauh lebih
luas. Bahkan tak jarang bloger yang akhirnya menerima job hanya untuk
konten di media sosial saja karena peluangnya semakin besar.
Bagi saya pribadi, ini adalah pergeseran gaya hidup di mana media sosial
begitu berdampak dalam mempromosikan sesuatu, meningkatkan kepercayaan
masyarakat, atau meningkatkan penjualan. Wajar bila KOL semakin dibutuhkan
untuk berbagai keperluan, tentunya melalui media sosial yang mereka miliki.
Baca juga: 5 Tips Konsisten Bikin Konten Media Sosial
Sebelumnya, mari kita bahas dulu sedikit mengenai KOL agar teman-teman yang
mungkin baru memasuki dunia ini, bisa mendapatkan informasi utuh nantinya.
Mengenal Key Opinion Leader atau KOL
Singkatnya,
KOL memiliki potensi dalam mempengaruhi keputusan pengikutnya untuk membeli
produk atau menggunakan sesuatu melalui pendapat dan sudut pandang yang ia
bagikan. Sepengetahuan saya, meski mirip dengan influencer, KOL
sebenarnya memiliki ikatan yang lebih dengan para pengikutnya, karena
interaksi yang terbangun tidak sebatas hanya di media sosial saja, tapi juga
di kehidupan nyata.
Biasanya, KOL membangun
personal branding berdasarkan pengalaman
real, kehidupan sehari-hari, atau bidang tertentu yang mereka geluti.
Makanya, KOL akan sangat dipercaya ketika menyampaikan sesuatu. Contohnya
seorang koki yang menggunakan alat masak anti lengket atau ibu dua anak
seperti saya yang membagikan rekomendasi sepatu sekolah yang nyaman. Karena
mengalaminya sendiri, maka pengikut akan lebih percaya.
Coba deh bayangkan, kira-kira lebih percaya sama bapak kantoran yang promosi
panci anti lengket, atau koki? Pasti koki, kan? Nah, begitulah kira-kira
gambaran KOL.
Pentingnya Engagement Rate bagi KOL
Jujur, saya sempat bingung ketika pertama kali ditanyai Engagement Rate (ER) akun media sosial sekitar beberapa tahun lalu. Istilah apa
lagi ini? Bahkan ada batasannya, minimal harus sekian persen, baru bisa
bekerja sama. Saya langsung mencari referensi di internet agar tak
ketinggalan. Kalau sudah diminta agency atau tim
marketing sebuah brand, barang tentu parameter ini sangat
menentukan.
ER menyimpulkan keseluruhan interaksi sebuah akun media sosial dengan
pengikutnya. Misal dari jumlah followers, like, dan
komentar. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, ER dinyatakan dalam
persen. Semakin tinggi, berarti interaksi dan ikatannya akan semakin besar.
Jelas inilah yang diidamkan agar konten yang diunggah mendapat banyak
perhatian.
Kesimpulannya, seorang KOL harus melek dengan ER akun-akun media sosial yang
dikelola karena inilah yang akan menentukan bisa atau tidaknya menjalin
kerja sama. Sekaligus menjadi pegangan bagi KOL untuk menunjukkan
value dan menentukan rate card yang sesuai. Jangan sampai rugi
memberi rate card rendah, padahal setelah dicek, ER-nya tinggi. Atau
sebaliknya, bisa-bisa kecewa karena tidak menyadari bahwa ER akun masih
rendah, yang seharusnya bisa segera dikembangkan agar dapat dilirik pihak
yang menawarkan kerja sama.
Ada rumus manualnya bila ingin menghitung ER sendiri. Mengutip dari KOL.ID, angka Engagement Rate didapatkan dari penjumlahan data Likes, Comments, Share dibagi dengan jumlah followers dan dikali 100. Angka-angka ini adalah angka dinamis yang bisa berubah setiap hari.
Setiap hari bisa berubah, lo! Kalau memang berniat menjadi KOL,
mengembangkan akun media sosial pasti gencar dilakukan. Mungkin saja dalam
sehari bisa bertambah jumlah pengikutnya, ada konten yang booming,
atau komentar yang masuk melebihi hari-hari sebelumnya. Bila menghitung
manusal setiap hari, lumayan melelahkan juga. Apalagi job yang masuk
cukup padat (aamiin), pasti butuhnya yang dapat menghitung dengan
praktis dan cepat.
Untungnya, buah perkembangan teknologi menyadari kebutuhan ini. Sekarang,
mengecek Engagement Rate bisa dalam sekejap, hanya dengan
memasukkan nama akun. Bahkan bisa sekalian dihitungkan dan dibuatkan
rate card-nya. Pokoknya, KOL tinggal fokus dengan brief kerja
sama saja. Urusan Engagement Rate dan rate card aman.
Berikut penjelasan detailnya. Pastinya saya sudah mencobanya sendiri.
Tips Mudah Mengecek Engagement Rate dan Rate Card
Ceritanya, beberapa waktu belakangan, TikTok makin banyak diminta sebagai
media sosial yang masuk dalam persyaratan kerja sama. Ya, termasuk kerja
sama blog. Menulisnya iya, bikin konten juga iya. Setelah dipikir-pikir,
kalau memang ada lebih dari satu platform, seharusnya harga juga
menyesuaikan. Betul, kan?
Ringkas saya begini, kalau akun media sosial berhasil mendongkrak lebih
tinggi, tidak bisa disamakan dong dengan hanya menulis satu artikel blog
saja. Karena ini bicara soal profesionalisme, ada skill dan
value kita yang dijual.
Nah, saya akan sharing tips mudah mengecek Engagement Rate sampai dibuatkan langsung rate card lengkap dengan keterangan
statistik akun media sosial kita. Rate card ini tinggal pakai tanpa
perlu mengedit-edit lagi. KOL dijamin terbantu banget.
Teman-teman bisa membuka website KOL.ID. Terpercaya pastinya,
karena dinaungi PT GLOBAL DIGITAL TALENTA dan sudah menjadi TikTok Shop
Partner. Caranya gampang, tinggal daftar dan sudah bisa manfaatkan
fitur-fiturnya. Anti ribet, tidak banyak data yang diminta, dan aman karena
setiap login akan dikirimkan kode OTP ke nomor handphone yang
terdaftar melalui WhatsApp.
Daftar di KOL.ID cuma perlu mengisi data-data ini |
Sebagai awal, saya mencoba Starter Package yang harganya alhamdulillah ramah
banget. Cuma Rp20.000 untuk satu bulan. Mau statistik Engagement Rate-nya berubah-rubah, enggak masalah. Hanya perlu klik tombol saja untuk
mendapatkan statistik akun dan rate card terbaru yang sesuai. Saya
contohkan di gambar berikut, ya.
Membuat rate card dalam sekali klik |
Lembar pertama rate card lengkap, dikirim melalui WhatsApp dalam format PDF |
Kalau rate card-nya selengkap itu, pihak yang menawarkan kerja sama
pasti akan menilai kita sebagai KOL dengan positif. Serius, profesional, dan
maksimal. Soalnya, kerja sama yang terjalin tanpa tatap muka,
dokumen-dokumen inilah yang menjadi jembatan kepercayaannya.
Saya yakin, ke depannya peran KOL akan tetap dibutuhkan oleh banyak pihak.
Bukan hanya untuk promosi produk dan jasa, instansi pemerintah saja juga
merangkul para KOL untuk sosialisasi kebijakan atau program baru. Apalagi
sekarang ini media sosial masih menjadi platform yang melengkapi gaya
hidup. Dalam satu hari, bisa berjam-jam scroll media sosial. Termasuk
saya, hehe.
Inilah kesempatan emas bagi para KOL untuk up potensi dan menunjukkan
profesinalisme agar dapat menarik deretan kerja sama. Tapi, harus dingat
bahwa dalam profesionalisme ada kesesuaian antara apa yang diberi dan
diterima. Kalau di media sosial, salah satunya terwujud dalam nilai rate card yang pantas sesuai angka Engagement Rate.
Semoga bermanfaat.
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)