Tips Memilih Ekstrakurikuler yang Tepat untuk Anak

No comments

Anak saya memang masih kecil. Yang sulung baru kelas 2 SD dan diwajibkan memilih salah satu kegiatan ektrakurikuler di sekolahnya. Begitu pula adiknya, tahun depan akan masuk SD di sekolah yang sama. Dia pun sudah memiliki pilihan, nantinya akan mendaftar di ekstrakurikuler yang mana. Mungkin karena sering ikut mengantar kakaknya ekskul setiap Sabtu, jadi sudah familiar dengan kegiatan ini.


Tips Memilih Ekstrakurikuler yang Tepat untuk Anak

Baca juga: Kenali Kurikulum Merdeka agar Tepat Dampingi Pendidikan Anak


Nah, di tulisan ini, saya ingin berbagi sedikit pengalaman mengenai cara atau tips memilih ekstrakurikuler yang tepat untuk anak. Bagi saya, standar tepat ini adalah anak senang melakukannya dan memang ingin mendalami bidang tersebut. Alhamdulillah apa yang saya terapkan tahun lalu, ketika anak pertama saya masuk SD dan memilih bidang ekstrakurikulernya, berhasil mengembangkan potensi yang ia miliki. Selalu semangat menjalani dan masih setia dengan ekskul yang sama sampai saat ini.


Pentingnya Memiliki Skill yang Spesifik

Dari awal, saya memang menginginkan anak-anak memiliki setidaknya satu skill yang spesifik sebagai bekal masa depan. Kenapa spesifik? Karena kebutuhan dunia kerja memang begitu. Betul bila lebih baik menguasai semua bidang dan pintar di semua mata pelajaran, tentu semua orang tua ingin anaknya mencapai itu. Tapi, saya sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan jago dalam segala hal. 


Dari yang saya amati, memiliki keahlian spesifik dan benar-benar menguasainya melebihi orang lain, pasti akan lebih dicari dan dihargai. Akan lebih mudah juga menetapkan cita-cita. Sehingga jelas rutenya, tidak meraba-raba.


Dulu, salah satu teman kuliah saya hanya hebat di mata kuliah pemrograman. Sedangkan mata kuliah yang lain, nilainya biasa saja atau malah rendah. Alhasil, IPK-nya anjlok karena dirata-ratakan dari nilai keseluruhan. Apakah ia sulit mencari kerja? Tidak, justru ia berhasil mendapatkan pekerjaan di bidang IT. Bukti bahwa skill yang spesifik memiliki peluang yang besar di dunia kerja. Seperti itu pula yang berlaku pada penulis, pelukis, koki, dan profesi lainnya. Yang bisa mungkin banyak, tapi yang ahli, tentu jumlahnya terbatas. Maka jadilah di antara yang sedikit itu.


Mumpung anak-anak masih kecil, dan dengan bantuan arahan orang tua, akan lebih memudahkan mereka menemukan skill yang sesuai dengan minat. Lagi pula, bila pilihan awal rasanya belum tepat, masih banyak waktu untuk mencoba yang lain.


Ketahui Tipe Kecerdasan Anak

9 Tipe Kecerdasan Manusia menurut Howard Gardner

Saya bersyukur bisa mengetahui tentang teori 9 Tipe Kecerdasan Manusia oleh Howard Gardner yang akhirnya selalu menjadi pegangan dalam pengasuhan saya. Di mana beliau mengatakan bahwa semua manusia itu cerdas sesuai dengan tipe kecerdasan masing-masing. Seperti kata Albert Einstein, “Everybody is a genius. But, if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid”. 


Kecerdasan manusia dikelompokkan menjadi 9 tipe, yaitu:

  1. Kecerdasan verbal-linguistik, memiliki keterampilan verbal yang berkembang dengan baik, serta memilki kepekaan terhadap bunyi, makna, dan ritme kata-kat;
  2. Kecerdasan logis-matematis, memiliki kemampuan untuk berpikir secara konseptual dan abstrak, serta memiliki kapasitas untuk membedakan pola-pola logis dan numerik;
  3. Kecerdasan spasial-visual, memiliki kapasitas untuk berpikir dalam gambar dan foto, untuk memvisualisasikan secara akurat dan abstrak;
  4. Kecerdasan kinestetik-jasmani, memiliki kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan untuk menangani suatu objek dengan terampil;
  5. Kecerdasan musikal, memiliki kemampuan untuk menghasilkan ritme, nada, dan irama.
  6. Kecerdasan interpersonal, memiliki kapasitas untuk mendeteksi dan menanggapi dengan tepat suasana hati, motivasi, dan keinginan orang lain;
  7. Kecerdasan intrapersonal, memiliki kapasitas untuk menyadari diri sendiri, serta selaras dengan perasaan, nilai, keyakinan, dan proses berpikir batin;
  8. Kecerdasan naturalis, memiliki kemampuan untuk mengenali dan mengkategorikan tanaman, hewan, dan objek lain di alam; dan
  9. Kecerdasan eksistensial, yaitu memiliki kepekaan dan kapasitas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang keberadaan manusia seperti, "Apa arti hidup? Mengapa kita mati? Bagaimana kita sampai di sini?"


Jadi, anak yang cerdas bukan hanya anak yang pandai matematika. Melainkan juga anak yang pandai menggambar, menari, olahraga, bernyanyi, bahkan yang tertarik dengan alam. Nah, tugas orang tua lah yang mengamati ke arah mana tipe kecerdasan anak kita.


Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, tentu orang tua memiliki kesempatan untuk melakukannya. Misal ketika mengamati anak pertama saya yang cenderung lebih cepat menghafal dan kuat dalam berlogika, saya merekomendasikan ekstrakurikuler sains dan robotik. Dia memilih robotik. Beda dengan anak kedua saya yang sudah terlihat kecerdasan visualnya karena suka menggambar dan bisa menuangkan apa yang ia lihat dalam sebuah karya visual yang detail, maka saya arahkan ke ekstrakurikuler melukis. 


Dengan mengetahui ke arah mana tipe kecerdasan anak, orang tua pun jadi ikut terbantu untuk mengarahkan anak dalam mendalami skill yang spesifik. Saya sangat berterima kasih sekali pada Howard Gardner karena sudah memperkenalkan teori kecerdasan majemuk pada manusia. 


Kenalkan dan Hargai Pilihan Anak

Kenalkan Ektrakurikuler dan Hargai Pilihan Anak

Beruntung sekarang ini sudah banyak sekolah yang memiliki kegiatan ekstrakurikuler beragam. Sehingga anak-anak lebih bebas memilih dan menggali potensinya. Sekali lagi, anak sah-sah saja bila belum klik dengan pilihan pertamanya. Makanya, bersama-sama dengan pihak sekolah, orang tua mesti memperkenalkan ekstrakurikuler apa saja yang ada di sekolah tersebut. Bukan yang asal menjelaskan, namun mesti detail sampai anak mendapatkan gambaran. Misal ekstrakurikuler panahan itu apa, membutuhkan peralatan apa, manfaatnya apa, tantangannya apa, dan kalau bisa perlihatkan juga foto atau video yang sangat mudah dicari di internet.


Sebenarnya, sekolah anak saya sudah memperkenalkan seluruh ekstrakurikuler yang ada ketika masa orientasi. Tapi, tetap saja anak butuh bantuan untuk memilah dan memilih kira-kira mana yang paling sesuai dengan tipe kecerdasannya. Tidak mungkin juga memilih terlalu banyak atau melakukan semuanya sekaligus, kan? 


Meski saya menginginkan anak-anak untuk memilih ekstrakurikuler yang berkaitan dengan gerakan fisik, seperti basket, sepak bola, silat, atau karate, agar kebutuhan akan aktivitas fisiknya terpenuhi, tapi saya tidak bisa memaksakan itu ketika anak pertama saya lebih memilih robotik dan anak kedua memilih melukis. 


Bagaimanapun, anak-anaklah yang akan menjalani. Kita bisa menanyakan alasan mereka kenapa memilih itu. Bila tidak ada yang salah, maka waktunya untuk mendukung.


Andai pilihan anak rasanya tidak tepat atau tidak sesuai dengan apa yang kita arahkan, tidak apa. Menghargai pilihan mereka jauh lebih penting. Itu akan menaikkan kepercayaan diri dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap pilihan tersebut. Makanya ada anak yang mengganti bidang ekstrakurikuler di tahun kedua, atau bahkan ada yang berganti-ganti setiap tahun. Positif saja, mungkin rasa penasaran mereka begitu tinggi akan banyak hal, jadi semua tampak menarik.


Tapi, perlu digarisbawahi, menurut saya, akan jauh lebih baik bila menekuni satu skill yang spesifik dan mendalaminya, dari pada gonta-ganti terus. Tugas orang tua harus tetap mengarahkan sesuai dengan tipe kecerdasan anak sesuai hasil pengamatan sehari-hari. Sepengalaman saya, mengetahui tipe kecerdasan ini benar-benar sangat bisa diandalkan.


Dukung Semaksimal Mungkin

Dukung Anak Semaksimal Mungkin

Siapa yang tidak ingin langkahnya di dukung? Jangankan anak-anak, kita yang sudah dewasa saja pasti juga mendambakannya kan? Setelah anak-anak menjalani bidang ekstrakurikuler yang dipilihnya, maka berilah dukungan semaksimal mungkin. Tidak ada kemampuan yang diperoleh secara instan, pasti butuh proses yang tidak sebentar. 


Mungkin ada masanya anak-anak merasa jenuh, capek, atau merasa kesulitan. Di sinilah peran orang tua akan sangat membantu untuk meyakinkan. Bukan langsung menyimpulkan ekstrakurikuler tidak cocok dengannya, karena perasaan-perasaan itu sangat manusiawi dialami oleh siapa pun. 


Berilah pengertian bahwa mempelajari sesuatu yang baru memang sulit. Kalau perlu, antar dan dampingi anak di jam ekskulnya. Beri hadiah ketika anak bisa mempelajari sesuatu yang baru, atau ketika ada perlombaan, tidak ada salahnya mengikutsertakan anak untuk memancing jiwa berkompetisinya. Mana tahu semangat yang dilahirkan dari kompetisi itu bisa membuat anak lebih semangat pula mempelajari ekstrakurikulernya.


Baca juga: Cara Menghadapi Perundungan Di Sekolah, Anak dan Orang Tua Wajib Tahu!


Saya turut senang dengan tersedianya banyak bidang ekstrakurikuler di sekolah, termasuk di sekolah anak saya. Karena saya sadar betul bahwa pintar saja belum cukup, melainkan butuh skill spesifik agar bisa bersaing. Dan itu bisa diraih dengan memilih ekstrakurikuler yang tepat sejak dini agar banyak waktu untuk mempelajari dan mendalaminya. 


Semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi bagi teman-teman sesama orang tua, ya.

Bila ada tambahan, silakan sharing di kolom komentar agar menjadi tambahan ilmu untuk kita semua.

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)