BRI untuk Pemberdayaan Merata UMKM Indonesia

No comments
Di Pegunungan Molomamua, Sulawesi Tengah, masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Lauje hidup dalam kondisi yang bisa dikatakan jauh dari sejahtera. Rata-rata penghasilan kepala keluarga hanya sekitar Rp500.000 hingga Rp700.000 per bulan, untuk menghidupi 10 sampai 18 anggota keluarga. Terbatasnya akses pendidikan, kesehatan, dan fasilitas atau layanan pemerintah lainnya, semakin memperburuk keadaan. Bahkan jaringan listrik pun tak ada.

UMKM Gula Semut Molomamua dalam UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2023
Foto: Dokumentasi Jein Marlinda, Ketua UMKM Gula Semut Molomamua
Dampaknya begitu kompleks, hingga turut mengancam masa depan anak-anak Suku Lauje akibat tak mendapatkan hak pendidikan mereka. Seperti maraknya pernikahan dini dan sudah disuruh bekerja di usia yang seharusnya bersekolah. "Kalau sekolah tujuannya untuk mencari uang, mending bekerja dari sekarang saja," itu pemahamannya.  

Namun, kini semuanya sudah jauh membaik. Dengan memaksimalkan potensi lokal pohon aren dan setelah melalui proses panjang di tengah banyaknya keterbatasan, kehadiran UMKM Gula Semut Molomamua akhirnya berhasil membawa kesejahteraan yang mengubah kehidupan masyarakat KAT Suku Lauje. Salah satu UMKM yang diberdayakan dalam UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR di Jakarta Convention Center (JCC), 7-10 Desember 2023 lalu. 

UMKM dari Pegunungan Molomamua yang terpencil, mampu memberi kesejahteraan dan mengepakkan sayapnya menuju pasar internasional. 


Dari Belanga ke Mesin


Berdasarkan penjelasan Kementerian Sosial, Komunitas Adat Terpencil atau yang disingkat dengan KAT adalah sekumpulan kecil anggota masyarakat yang hidup berkelompok di pelosok daerah dan hidup berpindah-pindah (nomaden) atau menetap pada kawasan pulau terpencil, pegunungan, atau daerah perbatasan, serta memiliki keterbelakangan kondisi dari sisi transportasi, kesehatan dan pendidikan. Memang begitulah kehidupan Suku Lauje. Bertahan hidup dengan berpindah-pindah dan berladang, serta berlokasi jauh dari kota atau kampung terdekat.

Seberapa jauh? Jein Marlinda, Ketua UMKM Gula Semut Molomamua, menjelaskan bahwa jarak dari provinsi ke kampung yang paling dekat sekitar 280 km. Dari kampung ini, butuh perjalanan lebih kurang 7 km lagi hingga benar-benar sampai. Terkesan tak begitu jauh bila jalan yang dilalui beraspal mulus. Sayangnya, menuju permukiman masyarakat KAT Suku Lauje hanyalah jalan tanah sempit yang hanya bisa dilalui motor. Beruntung bila cuaca mendukung, karena kalau hujan, lumpur akan menjebak roda-roda yang melintas. Mau atau tidak, berjalan kaki menjadi satu-satunya cara. 

Bahkan masyarakatnya saja jarang sekali turun ke kampung karena akses yang sulit ini. Paling hanya laki-laki dewasa yang menjual hasil panen ke tengkulak atau pasar karena memang hanya ada di kampung. 

Keindahan dan kelestarian alam yang bisa dinikmati di sepanjang jalan sempit itu menyimpan deretan permasalahan. Keterpencilan menyulitkan masyarakat KAT Suku Lauje, yang semakin menjauhkan mereka dari kesejahteraan.

Permasalahan kompleks yang sudah terjadi begitu lama sebagai imbas dari keterpencilan ini, menjadi alasan kuat untuk bangkit demi meraih kehidupan yang lebih baik. Jein Marlinda bersama masyarakat KAT Suku Lauje melangkah bersama agar dapat memanfaatkan lebih maksimal lagi potensi lokal gula aren yang merupakan salah satu sumber penghasilan utama. Bagi Suku Lauje, pohon aren adalah simbol kehidupan. Dilarang menebangnya karena dipercaya akan mendatangkan hal buruk. Sehingga banyak pohon aren yang tumbuh subur di Pegunungan Molomamua.

"Awalnya hanya bermodal 200 ribu rupiah untuk memulai produksi gula semut. Menggunakan alat seadanya, yaitu belanga, ayakan, dan wajan. Semuanya serba manual dan caranya pun dipelajari secara otodidak melalui video atau artikel di internet," kenang Jein. Dan ternyata, setelah produk jadi, memasarkannya tak kalah sulit. Menawarkan dari kampung ke kampung, kota ke kota, dengan menempuh jarak beratus kilometer. Malah yang beli tak seberapa atau terkadang tak ada sama sekali. Ujungnya, penen yang melimpah membuat gula aren terus menumpuk.

Tak ada kata menyerah, apalagi malu. Meski segala keterbatasan sebagai daerah terpencil membuat setiap upaya itu semakin sulit, tekad demi meraih kesejahteraan menjadi bara yang terus menyalakan semangat.

Berkat kegigihan yang tak putus, kini UMKM Gula Semut Molomamua sudah menemukan pasarnya. Kemitraan terjalin, angka produksi terus meningkat, dan masyarakat KAT Suku Lauje sudah mulai merasakan manfaatnya. Penghasilan petani aren berlipat menjadi Rp1.500.000 hingga Rp2.000.000 per bulan, anak-anak sudah mulai memprioritaskan pendidikan, serta dibangun pula rumah pintar dan asrama. Tidak perlu lagi jauh-jauh menawarkan produk karena sudah ada yang menjemputnya ke rumah produksi.

Belanga yang menjadi saksi awal berdirinya UMKM Gula Semut Molomamua sudah berganti menjadi mesin-mesin yang lebih modern. 200 kg gula aren rutin diproduksi setiap bulan. Sertifikat BPOM pun telah dikantongi. 

Ketika melihat informasi UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2023 di media sosial, Jein berani mendaftarkan UMKM Gula Semut Molomamua dan mengikuti seleksi. Hingga dinyatakan lolos sebagai perwakilan Sulawesi Tengah. Kesempatan yang membuka gerbang untuk lebih menggemakan potensi lokal dari Pegunungan Molomamua, dari hasil keringat masyarakat KAT Suku Lauje, ke kancah global.    

Kerja keras yang dipertemukan dengan kesempatan, itulah yang dibutuhkan para pelaku UMKM.


Tantangan UMKM di Indonesia

Tantangan UMKM di Indonesia
Menuangkan nira sebagai bahan utama pembuatan gula aren | Foto: Dokumentasi Jein Marlinda
Perjalanan UMKM Gula Semut Molomamua sebenarnya mewakili tantangan-tantangan yang dialami UMKM di Indonesia dalam mengembangkan usaha mereka. Kerja keras tentu yang utama. Namun, bila menyimpulkan dari proses yang dilalui Jein dan masyarakat KAT Suku Lauje, akses menjadi tantangan yang paling dirasakan sebagai daerah terpencil, seperti akses pembiayaan, pemasaran dan pendampingan. 

Hal ini didukung oleh pernyataan Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia (BI) Yunita Resmi Sari, mengenai masalah dan tantangan UMKM di Indonesia. Di antaranya adalah akses keuangan bagi UMKM yang mana baru 25 persen saja yang sudah memilikinya, serta bagaimana meningkatkan kapasitas, kualitas, dan produktivitas UMKM agar berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian dan perdagangan global (Sumber: bisnis.com).

Saya jadi teringat cerita suami bagaimana keadaan para pedagang di Pasar Ungaran, di mana kedua mertua saya berjualan selama puluhan tahun. Masalah keterbatasan modal menjadi masalah pertama yang paling memusingkan. Terutama bagi penjual buah dan camilan seperti mertua saya yang terikat dengan masa kedaluwarsa. Buah saja dalam hitungan hari sudah busuk dan tak mungkin dijual. Begitu pula camilan yang tak akan mungkin awet berbulan-bulan. Ketika tidak laku terjual, modal habis dan tidak bisa membeli atau kulakan lagi. 

Toko mertua saya di pasar Ungaran
Toko mertua saya di pasar Ungaran | Foto: Dokumentasi Pribadi
Meminjam uang di bank, butuh dokumen-dokumen yang tidak semua memilikinya, seperti legalitas dan perizinan usaha, atau catatan keuangan. Kebanyakan masih pedagang kecil dengan gerobak, meja kayu, atau bentangan terpal sebagai alas. Akhirnya, rentenir dijadikan solusi untuk memperoleh modal cepat agar usaha tetap bertahan. Jangan ditanya lagi tentang bunganya, sangat mencekik. Sehingga tak jarang pedagang hidup dalam lingkaran "gali lubang tutup lubang" untuk melunasi hutang dengan berhutang di tempat lain. 

Kemudian, pemasaran pun juga kerap menjadi permasalahan. Seperti yang sudah disinggung, modal akan habis bila dagangan tak laku terjual. "Yang jualan di depan atau di tempat strategis, pasti lebih laris manis dari pada yang jualan di belakang," kata suami. Dari kecil, beliau memang sudah membantu berjualan di pasar. Jadi cukup tahu banyak. Walaupun pedagang kecil, mesti pintar-pintar menentukan strategi berjualan. Karena inilah yang akan menentukan keberlanjutan usaha. Sayangnya, tidak semua pedagang memiliki kemampuan untuk itu dan berakhir gulung tikar. Makanya, saya salut dengan mertua yang masih mempertahankan usahanya selama puluhan tahun, meski perjalanan yang dilalui bak roller coaster

Kesimpulannya makin kuat, UMKM di Indonesia butuh akses mudah untuk pembiayaan, jalan pemasaran yang tepat, hingga pendampingan agar dapat menjalankan usaha dengan terarah. 


BRI Berdayakan UMKM Indonesia dengan Lebih Merata

AgenBriLink di kawasan puncak
Agen BRILink Mitra UMi siap menyalurkan pembiayaan untuk usaha ultra mikro | Foto: Dokumentasi Pribadi
Meski menjadi akronim Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, peran UMKM nyatanya tidaklah kecil. Melainkan sangat penting dalam meningkatkan perekonomian negara dan membuka lapangan pekerjaan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa 97% job creation dilakukan oleh UMKM dan memberikan kontribusi mencapai 61% pada Produk Domestik Bruto (PDB), salah satu indikator utama dalam ekonomi yang digunakan untuk mengukur nilai total barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam suatu periode waktu tertentu. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari negara di ASEAN maupun di negara G20. Dengan potensi besar ini, Sri Mulyani bahkan menekankan pentingnya menyokong UMKM agar dapat menembus pasar internasional (Sumber: cnbcindonesia.com).

Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai bank milik pemerintah terbesar di Indonesia, menjawab kebutuhan UMKM itu melalui berbagai program pemberdayaan yang lebih merata. Seperti UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR yang sudah membawa UMKM Gula Semut Molomamua go global serta banyak UMKM lainnya, dan juga bertindak sebagai Holding Ultra Mikro (UMi) yang bersinergi dengan Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM) untuk melayani nasabah ultra mikro.

Pemberdayaan UMKM dan UMi dari BRI membuka kesempatan UMKM untuk naik kelas. Memberikan akses permodalan mulai dari usaha ultra mikro, hingga mewujudkan asa untuk masuk ke pasar internasional. Bahkan pemberdayaan itu menyentuh dengan lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.

Pemberdayaan yang merata, bukan hanya bagi UMKM di kota, namun juga di desa, kampung, hingga daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), tentu akan memberi manfaat yang lebih menyeluruh. Mungkin selama ini kita lebih sering melihat cepatnya pergerakan UMKM di kota-kota besar. Padahal, di daerah terpencil seperti Pegunungan Molomamua, juga berdiri UMKM yang bahkan mampu mengangkat kesejahteraan masyarakatnya. Karena itulah, BRI fokus melakukan pemberdayaan yang merangkul UMKM hingga ke pelosok negeri. 

Mari kita bahas lebih detail mengenai Holding UMi dan UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR yang dari tadi sudah disinggung beberapa kali. Bagaimana keduanya dapat memberdayakan UMKM dengan lebih merata dan membuka kesempatan selebar-lebarnya untuk mengembangkan usaha. 

🌸 Holding UMi Kokohkan Usaha Kecil 


Sama seperti manusia, usaha pun butuh proses untuk tumbuh dan berkembang. Tidak ada usaha yang lahir dan tiba-tiba besar. Semuanya pasti melalui apa yang dinamakan "langkah pertama". Tahap yang menjadi sasaran pemberdayaan program Holding UMi yang merupakan sinergi antara BRI, Pegadaian, dan PNM Mekaar. Usaha-usaha kecil yang tergolong dalam usaha ultra mikro atau pelaku usaha di tataran grass root, dapat memperoleh modal dengan akses yang lebih mudah dan cepat. 

Holding UMi ini adalah bentuk dukungan pada upaya pemerintah untuk meningkatkan akses layanan keuangan bagi pelaku usaha kecil yang belum bisa difasilitasi layanan keuangan formal (unbankable) seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sejak awal dibentuk pada tahun 2021, Holding UMi menargetkan melayani 45 juta masyarakat unbankable hingga 2024. Di September 2023, jumlah debitur holding sudah mencapai 36,6 juta (Sumber: bri.co.id).

BRI sebagai induk Holding UMi, dapat memberikan kredit ultra mikro hingga 10 juta rupiah, sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan dalam penyaluran pembiayaan UMi. 

Persyaratannya pun tak menyulitkan bagi usaha kecil, hanya membutuhkan dokumen utama KTP dan surat keterangan usaha dari pejabat berwenang setempat, serta tidak sedang dibiayai oleh lembaga keuangan atau koperasi lain.

Kabar baiknya, Holding UMi bukan hanya menyalurkan kredit melalui tempat layanan fisik, namun juga jalur digital. Mengutip dari laman BRI, juga per September 2023, Holding UMi sudah memiliki outlet fisik sebanyak 15.300 unit, terbagi dalam 6.809 outlet BRI, 4.087 unit kantor Pegadaian, dan 4.482 kantor PNM. Selain itu, ketiganya pun membangun Sentra Layanan Ultra Mikro (Senyum) sebanyak 1.016 unit. Jaringan tersebut didukung oleh tenaga pemasar mikro sebanyak 74.200, terdiri dari 29.900 Mantri BRI, 2.500 penaksir Pegadaian, dan 44.800 Account Officer (AO) PNM. 

Layanan di kantor Senyum telah didigitalisasikan dalam aplikasi Senyum Mobile agar dapat melayani UMKM lebih luas lagi. Aplikasi ini memiliki fitur Simpedes UMi BRI untuk simpanan, Tabungan Emas Pegadaian untuk investasi, serta sistem referral untuk menciptakan journey pembiayaan, mulai dari pembiayaan kelompok PNM Mekaar di segmen ultra mikro, hingga dapat naik kelas ke segmen mikro melalui pembiayaan Gadai Pegadaian maupun Pinjaman BRI.

Dengan penyebaran outlet fisik yang begitu banyak, ditambah jangkauan dari aplikasi Senyum Mobile, pemerataan pemberdayaan UMKM melalui kemudahan akses pembiayaan tentu dapat dinikmati oleh seluruh pelaku usaha kecil hingga pelosok negeri. Misalnya Agen BRILink yang memang penyebarannya cukup familiar terlihat. Saya pribadi sudah tak asing dengan spanduk Agen BRILink yang dipasang pada warung-warung, counter handphone, atau toko-toko kecil lainnya. Baik di Jakarta, domisili saya sekarang, di kawasan Puncak sebagai destinasi wisata yang sering saya kunjungi, dan di Padang, kampung halaman saya. 

Saya jadi membayangkan betapa terbantunya para pedagang kecil seperti di pasar Ungaran. Pedagang sayur, pedagang buah, atau pedagang makanan, tak perlu lagi berurusan dengan rentenir ketika usaha yang dijalankan mengalami hambatan modal. Begitu pula dengan UMKM yang berada di pedesaan atau daerah terpencil seperti UMKM Gula Semut Molomamua, akses pembiayaan akan lebih mudah dijangkau karena Agen BRILink sudah menyebar hingga ke Papua sekalipun. Ya, memang sudah seluas itu penyebarannya, dan untuk data lokasinya bisa dicek langsung di website BRI.

Begitu pula dengan di perkotaan, bukan berarti kehadiran Agen BRILink dalam menyalurkan modal bagi usaha ultra mikro tidak berperan besar. Saya melihat nyaris setiap hari betapa banyaknya masyarakat ibukota yang membuka usaha kecil-kecilan, bahkan di teras rumah mereka. Seperti berjualan minuman, camilan di dekat sekolah, atau sayuran dan bahan masakan. Agen BRILink Mitra UMi lah yang menjadi solusi dan pegangan ketika terjadi kesulitan modal. Misal ketika menghadapi tantangan dalam menjalankan usaha baru dan saat ingin mengembangkan usaha. Tak perlu ke kantor BRI atau kantor Senyum, bisa mendatangi Agen BRILink terdekat untuk proses yang lebih cepat dan praktis. Malah komunikasi yang terjalin jauh lebih akrab karena biasanya Agen BRILink masih merupakan tetangga atau warga satu kawasan tempat tinggal.

Dengan bantuan pembiayaan yang menjadi kebutuhan dasar untuk menjalankan usaha, apalagi pembiayaan UMi bagi usaha ultra mikro yang kebanyakan dirintis oleh masyarakat kecil, tentu akan menjadi jembatan optimisme yang akan mengantarkan usaha ultra mikro itu menuju level mikro, menengah, hingga terus berkembang menjadi lebih besar. 

Nominalnya memang tidak melebihi 10 juta rupiah. Tapi, manfaat pembiayaan UMi berdampak sangat besar bila dilihat dari kaca mata para pelaku usaha kecil. 

🌸 UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR Bawa UMKM Lokal ke Pasar Internasional

UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR Bawa UMKM Lokal ke Pasar Internasional
Foto: briumkmexport.com
Bagai penerima tongkat estafet selanjutnya, BRI menyambut para pelaku UMKM yang sudah lebih kokoh soal kualitas produk dan kedudukan usaha dengan UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR. UMKM di seluruh Indonesia dapat mendaftarkan usahanya untuk ikut serta dalam program yang akan mempertemukan dengan pasar global ini.

Mampu memasarkan produk melewati batas negara, tentu menjadi harapan besar bagi pelaku UMKM. Siapa yang tidak ingin usahanya dikenal luas hingga ke negara lain? Namun, mewujudkannya tentu tak semudah yang dikira. Apalagi bagi UMKM yang lokasinya jauh dari keramaian kota seperti UMKM Gula Semut Molomamua. Jangankan luar negeri, menuju kampung dan kota terdekat saja mesti menempuh perjalanan jauh. Padahal banyak produk-produk UMKM yang tak kalah unggul soal kualitas. 

Melalui UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR, menembus pasar internasional bukan lagi sebatas mimpi.

Melansir kembali dari website official BRI, pada 2019 hanya 7 negara yang terlibat dalam UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR. Tahun-tahun setelahnya terus mengalami peningkatan. Hingga di  2023, berhasil melibatkan 25 negara. Dengan pasar sebesar ini, tentu menjadi angin segar bagi pelaku UMKM untuk memperkenalkan dan menjual produknya lebih luas lagi.

Direktur Utama BRI, Bapak Sunarso, mengungkapkan bahwa seleksi yang dilakukan membuat UMKM lebih percaya diri saat bertemu dengan pembeli dari luar negeri. Calon pembeli pun akan lebih tertarik dengan produk yang ditawarkan karena telah melewati quality control yang terstandardisasi. 

Selain mempertemukan dengan pembeli dari luar negara, UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR juga memfasilitasi dan memberikan akses pendanaan dan pendampingan kepada pelaku UMKM agar lebih siap memasuki pasar global. Seperti edukasi terkait administrasi manajemen, meraih pasar dengan keterjagaan kualitas produk, tata kelola bisnis, hingga penerapan sustainability.

Keikutsertaan UMKM Gula Semut Molomamua dalam UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR yang dibahas sejak awal artikel ini, menggambarkan bahwa di daerah terpencil pun, kualitas produk UMKM bisa diakui layak dan kompetitif.. Selama kualitas produk sesuai dengan standar seleksi, kesempatan itu dibuka merata bagi seluruh UMKM Indonesia, tanpa terkecuali. 

Sejalan dengan Holding UMi dan UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR, BRI juga memiliki program perberdayaan UMKM lainnya seperti Rumah Kreatif BUMN, Klusterku Hidupku, dan Desa BRILian. Pastinya dengan target spesifik masing-masing yang terus mengalirkan manfaat bagi perkembangan UMKM.

Ketika pemberdayaan itu dapat menyentuh seluruh UMKM tanpa terkecuali, tak ada kekhawatiran akan kesulitan akses dalam mengembangkan usaha, dan kesempatan terbuka untuk menyambut hasil jerih upaya, tentu kesuksesannya juga akan menyejahterakan lebih banyak masyarakat di mana pun berada.


Kesejahteraan dari Pemberdayaan UMKM dan UMi

UMKM Gula Semut Molomamua menyejahterakan Suku Lauje
UMKM Gula Semut Molomamua menyejahterakan Suku Lauje | Foto: Dokumentasi Jein Marlinda
UMKM Gula Semut Molomamua berhasil mengantarkan masyarakat KAT Suku Lauje lebih dekat pada kesejahteraan ekonomi dan pendidikan. Usaha berjualan buah dan camilan milik mertua saya juga sukses mengantarkan ketiga anaknya menjadi sarjana. Mungkin begitu pula yang dirasakan banyak UMKM lain ketika usaha kecil yang dirintis sudah merasakan buah manis dari panjangnya perjuangan. Karena pentingnya kehadiran UMKM bukan hanya dilihat dari peran mereka untuk penguatan ekonomi negara, melainkan meniliknya dari manfaat langsung yang diberikan pada kesejahteraan masyarakat.

Benar bahwa tidak mudah untuk dapat berada di titik tersebut. Pasti selalu ada tantangan yang menghadang, atau mungkin mengancam keberlanjutan usaha. Jangankan untuk usaha kecil, usaha yang sudah besar saja pasti akan tetap bertemu dengan berbagai rupa permasalahan. Dengan adanya pemberdayaan UMKM seperti yang dilakukan oleh BRI, seakan menjadi penguat yang tidak membiarkan para pelaku UMKM untuk menghadapinya sendiri.

Sehingga secara tidak langsung, program pemberdayaan yang siap menyokong UMKM dari level terkecil tersebut, turut ambil andil dalam kesejahteraan masyarakat. Minimalnya bagi si pelaku usaha. Bila UMKM itu sudah membuka lapangan pekerjaan, tentu lebih banyak lagi raga atau keluarga yang merasakan dampak kesejahteraannya. 

UMKM memang soal berbisnis dan tak lepas dari perhitungan profit. Namun, dibaliknya terdapat potensi kesejahteraan yang mungkin belum dirasakan oleh sebagian masyarakat di negeri ini, dan itu tak dapat diukur dalam hitungan angka.

Langkah BRI untuk pemberdayaan merata UMKM Indonesia yang sudah dijalankan dan masih akan terus berjalan, selaras dengan tema "BRI BRILiaN dan Cemerlang" yang diangkat dalam HUT BRI ke-129 di tahun ini. Di mana mencerminkan semangat BRI dalam menciptakan solusi finansial yang inovatif, berkelanjutan, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat serta pemangku kepentingan.

Semoga BRI terus memberdayakan UMKM Indonesia dengan merata, melalui program-program terbaiknya. Sehingga kesempatan itu selalu terbuka bagi seluruh pelaku usaha ultra mikro, mikro, dan menengah, tanpa tersekat oleh kondisi demografi Indonesia.


Referensi

  • Wawancara by WhatsApp dengan Jein Marlinda, Ketua UMKM Gula Semut Molomamua
  • Bank Indonesia Ungkap 4 Masalah dan Tantangan UMKM Indonesia. Tautan: https://ekonomi.bisnis.com/read/20230829/9/1689447/bank-indonesia-ungkap-4-masalah-dan-tantangan-umkm-indonesia
  • BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR: Program Terintegrasi BRI Berdayakan UMKM Masuk Pasar Global. Tautan: https://www.bri.co.id/detail-news?title=bri-umkm-expo-rt-brilianpreneur-program-terintegrasi-bri-berdayakan-umkm-masuk-pasar-global
  • Holding Ultra Mikro BRI-Pegadaian-PNM Jaring 8,4 Juta Nasabah Baru Hingga 2024. Tautan: https://www.bri.co.id/web/ppid/detail-news?title=holding-ultra-mikro-bri-pegadaian-pnm-jaring-8-4-juta-nasabah-baru-hingga-2024
  • ILM Komunitas Adat Terpencil. Tautan: https://kemensos.go.id/ilm-komunitas-adat-terpencil
  • Sri Mulyani: 97% Lapangan Kerja Diciptakan UMKM. Tautan: https://www.cnbcindonesia.com/market/20240307111610-17-520374/sri-mulyani-97-lapangan-kerja-diciptakan-umkm

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)