Penerapan syarat batas usia minimal masuk SD, yakni memprioritaskan anak yang berumur 7 tahun, seharusnya diseragamkan. Bukan hanya di sekolah negeri saja, namun juga di sekolah swasta. Dampak berantainya, mulai dari pemilihan sekolah di jenjang berikutnya, hingga peluang memasuki dunia kerja, kerap membuat orang tua dilema.
Melansir dari laman Direktorat Sekolah Dasar, Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), untuk penerimaan peserta didik kelas 1 diprioritaskan berusia 7 tahun dan paling rendah 6 tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan. Memang tersurat minimalnya 6 tahun, tapi realitanya, 7 tahun kurang sedikit saja, mesti menyiapkan mental bila nanti tidak diterima. Karena yang didahulukan adalah anak yang usianya lebih tua.
Bahkan ketika saya survei salah satu sekolah negeri di dekat rumah, yang waktu itu rencananya akan mendaftarkan anak sulung saya ke sana karena masuk zonasi, langsung ditegaskan bahwa tidak akan diterima bila usia anak belum 7 tahun saat mendaftar. "Tidak bisa, Bu. Harus 7 tahun," begitu kata petugas Tata Usaha-nya. Kebetulan anak saya kelahiran September, di mana per 1 Juli, masih 7 tahun kurang 3 bulan. Padahal, saya dan suami sudah sepakat akan memasukkan anak-anak ke sekolah negeri dan berharap bisa terwujud.
Sempat berniat mencoba untuk mendaftarkan dulu di SD Negeri tersebut, dan bila nanti tidak diterima, baru mendaftar ke SD Swasta. Ternyata bukan strategi yang menguntungkan, malah bisa buntung. SD Swasta Jakarta banjir peminat. Belum buka PPDB saja, pendaftaran SD Swasta sudah ada yang tutup karena kuota peserta didik baru sudah penuh. Kalaupun masih tersisa, tak sedikit yang menaikkan biaya pendaftaran dan uang pangkal dari pendaftaran gelombang awal.
Kenapa sih tidak menunggu setahun lagi saja? Ini solusi termudah dan banyak juga sesama orang tua yang saya kenal melakukannya. Menambah satu tahun lagi untuk kelas yang sama di PAUD, atau mendaftarkan anak mereka di Bimba, bimbingan belajar khusus untuk baca-tulis dan berhitung.
Sayangnya, saya punya pemikiran sendiri. Bila anak sulung saya menunda 1 tahun untuk masuk SD, umurnya sudah nyaris 8 tahun saat duduk di kelas 1. Masalahnya, ini baru permulaan. Menarik benang panjang ke realita dunia kerja, ia akan bersaing dengan anak-anak yang usianya bisa 2 tahun lebih muda bila sekolah di SD Swasta yang tidak ada prioritas usia 7 tahun saat penerimaan siswanya. Yang penting sudah 6 tahun, sudah bisa masuk. Bagi saya, perbedaan 2 tahun ini cukup jauh dan bisa melewatkan banyak sekali kesempatan.
Tidak ada jalan lain, selain mendaftarkannya di SD Swasta. Tapi, masalah yang hadir beda lagi. Uang pangkal untuk masuk SD Swasta tidak sedikit, bila dibandingkan dengan SD Negeri yang digratiskan pemerintah. Mungkin masih tetap bisa diupayakan, karena SD Swasta kerap memberlakukan sistem angsuran untuk melunasi uang pangkal ini. Cuma, masalahnya belum berhenti sampai di situ.
Problem batas usia akan terus berlanjut hingga ke penerimaan SMP yang minimalnya berusia 15 tahun. Anak saya tetap "kurang umur". Mau tidak mau, lagi-lagi mesti mencari sekolah swasta dengan biaya yang harus dipersiapkan ekstra.
Anak saya tentu bukan satu-satunya yang mengalami. Mayoritas peserta didik di SD Swasta di mana anak saya bersekolah sekarang, usia masuknya juga 6 tahun. Dilema ini pun sering menjadi obrolan wali murid saat menunggu anak pulang sekolah. "Kayaknya nanti anak kita enggak bisa masuk SMP Negeri deh." Kira-kira kalimat itu terus diulang.
Sebenarnya penerapan aturan batas usia minumal 7 tahun ini bukannya tanpa dasar. Mengutip dari Detik, Psikolog Universitas Indonesia (UI), Rose Mini Agoes Salim, M.Psi, menyatakan bahwa usia kesiapan rata-rata anak masuk sekolah adalah 7 tahun. Di mana kesiapan ini menunjukkan bagaimana sikap anak menerima pelajaran, bersosial dengan teman-temannya, hingga dikaitkan juga dengan menghadapi kekerasan di lingkungan sekolah.
Saya setuju. Sangat setuju. Seharusnya, aturan batas usia minimal masuk SD 7 tahun, yang secara psikologis juga baik untuk anak, tidak menjadi pemicu ketidakadilan yang secara tidak langsung dirasakan banyak orang tua dan anak. Bukankah lebih baik bila persyaratan minimal usia masuk SD ini disamaratakan? Implementasinya jangan hanya difokuskan untuk SD Negeri saja, namun SD Swasta juga harus menerapkan aturan yang sama. Kalau rentang usia masuk SD tak lagi jauh, yaitu seragam 7 tahun, akan jauh lebih adil untuk masa depan. Mulai dari nanti saat masuk SMP, lanjut SMA, dan memasuki dunia kerja.
Referensi
https://ditpsd.kemdikbud.go.id/
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-7341146/umur-ideal-anak-masuk-sd-menurut-psikolog-ini-hal-yang-perlu-disiapkan
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)