Setelah menjadi ibu, saya sadar bahwa cinta ibu tidak melulu dicurahkan dalam
susunan kalimat indah dan pelukan. Tapi segala bentuk nasihat, larangan yang
dulu sering kali membuat saya jengkel, aturan-aturan keseharian, hingga amarah
yang sesekali terlepas, juga bahasa cinta yang nyatanya banyak ambil andil dalam membentuk sisi positif dalam diri saya di masa sekarang.
Kalau dulu saya tidak dilarang untuk pulang sebelum magrib, yang saya tahu
alasannya adalah demi menjaga keamanan anak perempuannya, mungkin saya tidak
akan mengajarkan anak-anak membaca iqra' seusai salat magrib. Karena saya
sudah di rumah sebelum azan, saya diajak salah magrib berjamaah di masjid,
lalu mengaji setelahnya yang menjadi budaya dalam keluarga. Hingga tanpa sadar, ini
menjadi warisan dalam pengasuhan.
Tentu itu hanya salah satunya. Contoh lain yang juga akhirnya menampar saya di
kemudian hari adalah soal makanan. Masih jelas sekali dalam ingatan betapa
seringnya Mama saya mewanti-wanti untuk menyempatkan makan di rumah. Jangan
terlalu sering jajan di luar karena belum jelas kebersihan dan kesehatannya.
Layaknya anak ABG yang kesal karena dilarang ini-itu, mirisnya saya sempat
berpikiran bahwa itu kekangan. Apa salahnya sih? Padahal Mama saya hanya ingin anak-anaknya memakan makanan sehat yang
selalu berusaha beliau hidangkan.
Duh, kalau mengingat dan menuliskannya seperti ini, rasa bersalahnya makin menyesakkan. Adakah yang sama?
Hari Ibu, Apresiasi Sekaligus Refleksi
Pagi-pagi, saya melihat suami berangkat kerja berpakaian Korpri, pertanda akan ada upacara. Saya tahu
bahwa hari itu tanggal 22 Desember. Saya pikir ada momen perayaan lain selain
Hari Ibu. Ternyata tidak. Upacara benar-benar untuk menghargai perjuangan ibu di seluruh negeri ini. Dan saya lupa bahwa setiap tahun memang
upacara ini selalu dilaksanakan. Jujur, saya terharu.
Meski secara pribadi tidak ada perayaan istimewa di rumah, hanya sebatas menerima ucapan
selamat saja, tetap ada kesan setiap kali Hari Ibu datang.
Otomatis pikiran
saja terjun bebas ke 8 tahun lalu saat hamil, lalu kemudian melahirkan.
Masa awal di mana status ibu saya emban. Berjuta rasanya. Kalau bisa diibaratkan,
membesarkan anak-anak adalah prestasi terbesar dalam hidup saya. Tidak mudah,
tapi saya berhasil melaluinya sampai detik ini.
Namun, dibalik kebahagiaan yang menyelimuti langkah selama menjadi ibu,
bersanding tantangan yang juga sering bikin down tentunya, saya juga
teringat deretan kesalahan yang pernah saya lakukan. Ya, saya tahu bahwa tidak akan
pernah ada ibu yang sempurna. Namun, refleksi diri tetap menjadi langkah
evaluasi untuk menyalurkan bahasa-bahasa cinta yang jauh lebih baik ke
depannya.
Terkadang, ketika mengingat protes anak-anak, tangisan mereka, dan ekspresi
sedih ketika gaya pengasuhan yang saya terapkan tidak sesuai dengan apa yang
mereka inginkan, saya berusaha mengalihkan intaian penyesalan kepada fakta
bahwa menetapkan batasan, aturan, bahkan konsekuensi kepada anak bukanlah
kekeliruan.
Dilansir dari sehatqu.com, dalam penerapan positive parenting,
membuat batasan, aturan, dan konsekuensi merupakan salah satu bentuk
kasih sayang orang tua kepada anak. Sayang anak bukan berarti
membebaskan anak melakukan segala hal yang mereka mau. Namun, penting
membuat aturan dan mengomunikasikannya dengan baik agar anak mengerti
dan disiplin menjalani.
Toh ada alasan kenapa saya melakukannya. Bukankah dulu saya juga pernah marah dengan
segudang aturan orang tua saya? Buktinya, semua itu baik adanya. Kini
saya berada di posisi orang tua saya dulu. Saya juga mesti konsisten karena
suatu saat anak-anak pasti memahami maksud baik ibunya.
Belakangan ini yang paling sering jadi pikiran saya adalah membatasi anak-anak
mengonsumsi makanan yang membuat batuk mereka semakin parah. Entah kenapa
masalah batuk ini tak kunjung usai. Lebih lama batuknya dari pada sembuhnya. Sudah bermacam upaya saya lakukan, seperti
membeli vitamin, ke dokter, hingga tidak melepas masker, tidak juga
mempan. Ada yang anaknya begitu juga?
Pamungkas dan paling tepat yang harus tetap dijalankan adalah kembali
ke fondasi makanan sehat. Apa yang masuk ke tubuh, menjadi penentu daya
tahan tubuhnya.
Implementasinya tentu saja tidak semudah bayangan. Di sekolah, melihat
teman-temannya beli permen di abang-abang penjual mainan, sedangkan mereka
tidak saya perbolehkan, wajah sayu mereka rawan bikin luluh. Atau ada yang ulang
tahun dan memberi segala macam cemilan micin, mereka protes kenapa
dilarang menghabiskannya.
Refleksi mengingatkan saya bahwa sudah sejauh ini perjuangan kami untuk konsisten.
Tidak membatasi total, sesekali saya masih memperbolehkan dengan syarat
tertentu. Kuncinya adalah dengan tetap menjelaskan sebab-akibat dan alasan
saya melarang, serta mengganti makanan yang saya larang tersebut dengan
menyediakan masakan rumahan. Sebisa saya saja. Tidak harus yang susah-susah,
karena yang mudah-mudah pun juga ternyata banyak yang disukai mereka.
Maklum, saya bukan seorang ibu yang hobi masak, hehe.
Seperti Pilihan Nikita Willy Pakai Miyako untuk Sajian Keluarga, Saya
juga Punya Bahasa Cinta yang Serupa
Bentuk kehadiran yang saya upayakan untuk anak bukan dari segi fisik
saja, tapi juga dalam bentuk rasa. Dengan kemampuan seadanya ini, saya punya mimpi
untuk meninggalkan jejak rasa dalam ingatan mereka agar kelak pulang ke rumah
karena rindu masakan ibunya. Bisa jadi menunya sama-sama sayur bayam bening,
tapi belum tentu rasa yang dihasilkan dari racikan tangan saya akan sama
dengan yang dijual di banyak tempat makan.
Makanya saya girang luar biasa ketika anak-anak meminta dimasakkan sesuatu,
walau cuma sesimpel orek tempe. Berarti memori mereka sudah menyimpan rasa otentik yang saya harapkan.
Benar kata Mama saya, makanan rumah itu pasti terjamin kebersihan dan
kualitasnya. Saya memilih betul-betul bahan masakan yang dibeli, kalau
sudah disimpan apakah masih layak makan atau sudah kurang segar, hingga
peralatan masak yang digunakan. Sebisa mungkin jangan sampai ada yang
membahayakan.
Seperti pilihan
Nikita Willy Pakai Miyako dalam menyajikan makanan untuk keluarga yang sering saya lihat di media sosial dan artikel daring. Tahu kan kalau ibu
muda yang kerap dijadikan role model ibu-ibu di Indonesia ini selektif
dalam pengasuhannya? Saat melihat dia memasak nasi dengan Miyako Nanoal,
saya memahami kenapa memilih itu karena saya sangat tahu bahwa produk Miyako Indonesia memang
berkualitas jempol dengan inovasinya yang terus memenuhi kebutuhan masyarakat.
Soalnya saya juga memakai Miyako bahkan sejak sebelum menikah. Awet banget.
Waktu masih jadi anak indekos, saya pakai Rice Cooker Miyako yang
kecil dan berdesain agak bulat. Selain ukurannya yang mini dan pas untuk
makan sendiri, harganya juga bersahabat dengan tawaran kualitas yang
sangat oke. Setelah menikah, Blender Miyako yang berwarna hijau juga saya pilih untuk
membuat jus, menghaluskan bumbu masakan, serta melumatkan MPASI anak saat
mereka masih makan bubur. Berjasa sekali.
Nikita Willy pasti juga memilih dengan alasan kualitas, mengingat Issa
sang buah hati juga turut makan bersama. Rice Cooker Miyako pilihan Nikita
Willy ini bertipe Miyako MCM-586 BH dengan warna spesial baby pink, memiliki keunggulan yang menjadikannya aman dalam menyiapkan
sajian.
Panci Nanoal Berlian Hitam anti lengketnya 10x lebih tahan lama, lebih
tebal dengan ketebalan 1.4 mm, serta dilapisi Double Coating pada
permukaan dalam dan luar panci.
Panci Nanoal Berlian Hitam Miyako juga diproses dengan teknologi
etching, agar lapisan anti lengketnya meresap ke dalam pori-pori
aluminium yang menjadikannya lebih awet dan tahan lama, memberikan
permukaan yang lebih halus, dan lebih mudah dibersihkan.
Panci Nanoal Berlian Hitam Miyako sudah lulus uji food grade serta
bersertifikasi bebas dari zat kimia asam perfluorooctanoic (PFOA)
berbahaya. Membuat nasi dan masakan aman untuk dikonsumsi.
Body anti karat dan anti penyok. Dilengkapi fitur
Soft Touch Opening untuk memudahkan buka-tutup dengan satu sentuhan
lembut.
Kapasitasnya hingga 1.8 liter beras dan menghangatkan 5 liter nasi. Kalau
disajikan, bisa mencapai 15 porsi nasi dengan takaran 200 gram per
porsinya.
Memiliki fungsi 3 in 1 yang bikin praktis, yaitu untuk memasak dan
menghangatkan, sekaligus mengukus.
Thermostat System selalu bekerja untuk menjaga nasi
tetap hangat, tidak kering, dan tidak mudah basi.
Di bagian atasnya dilengkapi dengan Magic Tonjolan sebagai pengatur
sirkulasi saat memasak dan menghangatkan, yang membuat nasi tetap enak
dan pulen setiap saat.
Semua Rice Cooker Miyako termasuk MCM-586 BH telah dilengkapi dengan
Garansi Elemen Pemanas selama 5 tahun dan telah lulus uji SNI, sehingga
terjamin keamanan dan kualitasnya.
Jangankan Nikita Willy, dengan kualitas dan inovasi Miyako, saya pasti juga tenang menyajikan makanan
untuk keluarga dan anak-anak. Apalagi di tengah dera batuk yang tak
berkesudahan ini, keamanan alat masak, terutama untuk memasak nasi yang dikonsumsi
setiap hari, akan selalu diprioritaskan.
Bahasa cinta Nikita Willy yang memilih kualitas dan keamanan Miyako,
semakin membuktikan bahwa sangat banyak dan unik cara ibu untuk menyayangi
anak-anaknya.
Selain untuk memberikan sajian cinta, dengan memilih Miyako, kita
sebenarnya juga sudah memberikan cinta untuk produk Indonesia. Miyako
Indonesia ini asli lahir dari anak bangsa. Berkomitmen untuk memberi
kontribusi positif bagi negara dan masyarakat Indonesia. Dengan
tagline "Teman Wajib Anda", produk berkualitas tinggi, desain
menarik, dan dengan harga yang terjangkau, terus dihadirkan agar seluruh ibu tak putus menghujani cinta melalui rasa.
Sedikit tambahan informasi, Miyako juga berpartisipasi aktif mendukung program pemerintah
untuk membangkitkan UMKM, lo. Melalui inisiatif Miyako Dukung 1000 UMKM,
Blender Miyako dibagikan secara gratis kepada 1000 pelaku UMKM yang
berjualan jus agar dapat dimanfaatkan untuk lebih memajukan usaha. Inilah
yang menjadi nilai plus Miyako Indonesia, dari kita dan untuk
kita.
Kalau dipikir-pikir, Miyako Indonesia juga selayaknya ibu yang memiliki
bahasa cinta sendiri untuk negeri, ya.
Intinya, Nikita Willy pakai Miyako bukan cap cip cup asal
pilih. Begitu pula saya dan ibu-bu lainnya. Ada bahasa cinta yang tersirat
ketika memilih produk atau apa pun untuk keluarga. Memang sekaya itu bahasa cinta, tak pernah berbatas kata walau istilahnya memakai kata
"bahasa".
Resep Gulai Daging Andalan, Cocok Dimakan dengan Nasi Hangat
Tidak mau kalah dengan Nikita Willy yang membagikan resep Chicken Stir Fry
disajikan dengan nasi hangat, saya juga punya resep andalan yang juga sedap disantap dengan nasi hangat. Bisa untuk anak-anak juga karena tidak harus pakai
cabai. Rasanya tetap enak.
Gulai Daging ala saya, itulah menunya. Berhubung saya orang asli Padang,
gulai-gulai seperti ini tetap menjadi favorit. Untungnya anak-anak juga suka dan
suami pun menikmati.
Resep Gulai Daging
Bahan
1/2 kg daging sapi yang telah direbus empuk dan di potong kecil
2 buah kentang ukuran sedang, potong
2 bungkus santan instan ukuran 65 ml
1 batang serai
2 lembar daun salam
2 lembar daun jeruk
1 sdt ketumbar bubuk
2 buah kapulaga
3 buah cengkeh
Sepotong kayu manis
Secukupnya lada bubuk/merica dan garam
Secukupnya minyak untuk menumis
Secukupnya air
Bumbu halus
10 siung bawang merah
7 siung bawang putih
1 ruas jari jahe
1 ruas jari kunyit
1/2 ruas jari lengkuas
2 buah kemiri
Sedikit biji pala
Kalau mau pedas, tambahkan cabai merah keriting sesuai selera
Cara Membuat
🌸
Tumis bumbu halus, ketumbar bubuk, serai, daun salam, daun jeruk,
kapulaga, cengkeh, dan kayu manis, hingga wangi dan matang.
🌸
Masukkan daging bersama air kaldunya dan kentang. Jika kaldu terlalu sedikit, tambahkan air sampai semua bahan terendam. Masak
hingga mendidih.
🌸Masukkan santan
dan aduk hingga mendidih kembali. Tunggu kuah sedikit menyusut dan mengental
sembari diaduk sesekali.
🌸
Tambahkan lada bubuk/merica dan garam. Tes rasa.
🌸
Sajikan dengan nasi hangat.
Rempahnya memang banyak, tapi ini cara jitu untuk menghasilkan masakan dengan
gurih alami. Apalagi saat ini bumbunya bisa dihaluskan dengan blender saja (kalau punya
Blender Miyako, pakai yang tabung kecilnya), tidak perlu capek mengulek lagi. Kalau masaknya kebanyakan, lebih baik disimpan sebagian dulu di kulkas agar tidak sering dipanaskan.
Meski saya tidak terlalu suka masak, apalagi beres-beres dapur setelahnya,
rasa cinta pada keluarga berhasil mengukuhkan keinginan saya untuk membuat
masakan berempah ini.
"Nak, ini bahasa cinta Bunda untuk kalian, agar kelak menjadi perindu
untuk pulang."
Selamat mencoba, ya. Semoga bisa menjadi ide menu makan siang hari besok.
Tip Konsisten pada "Aturan Makanan" untuk Anak
Setiap orang tua pasti punya "aturan makanan" masing-masing untuk
anaknya. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang pantas untuk disalahkan.
Semuanya tentu sesuai dengan kondisi yang ada. Betul, kan?
Kalau saya, memilih untuk berusaha mengarahkan anak-anak menyantap masakan
rumah, tetapi sesekali tetap memberi kesempatan mereka menyicipi makanan yang
mereka inginkan. Kan kasihan juga kalau mereka tidak pernah sekali pun jajan dan
memilih apa yang disuka.
Nah, berikut beberapa tip ala saya agar aturan makan ini tetap berjalan. Saya
dan anak-anak konsisten mempertahankan demi menjaga kesehatan.
🌸 Jelaskan Alasannya
Anak-anak sekarang sangat kritis. Kalau dilarang, pasti tanya kenapa. Jadi
harus dijelaskan perlahan dan sesuai dengan bahasa seusianya ketika kita
melarang memakan sesuatu. Misalnya saya melarang anak memakan permen. Saya
jelaskan bahwa permen itu sangat manis, dikasih pewarna, nanti menempel di
tenggorokan, itulah yang bikin batuk. Tubuh kita berusaha mengeluarkan sesuatu
yang membuatnya tidak nyaman melalui batuk.
Boleh kok searching dulu, karena saya juga
terkadang butuh bantuan untuk menyiapkan alasan yang pas.
🌸 Upayakan Masak Sendiri
Melarang anak makan sesuatu, berarti kita harus menyiapkan penggantinya.
Sekali lagi, tidak perlu yang estetik, yang penting layak dimakan dan masih
nyaman dilihat. Percaya deh, terkadang kita saja yang
over thinking harus masak yang "wah". Anak dimasakin ikan
goreng sama tumis kangkung saja sudah lahap, lo. Dipanggangkan roti dengan
mentega dan taburan gula pun bisa habis banyak.
Kalau mau makan frozen food, karena sesekali saya juga memberikan
ini, saya memilih untuk menggorengkannya saja sendiri. Jadi saya hampir tidak
pernah membeli kentang goreng atau nugget di luar. Setidaknya alat masak yang
saya gunakan dan minyak yang dipakai terjamin dan bersih.
🌸 Memberi Contoh
Melarang anak makan ciki, tapi malah dengan santainya
ngemil ciki di depan anak, bakal bisa meruntuhkan konsistensi.
Orang tua harus memberi contoh. Mengalah saja, karena anak pun juga telah
berusaha menekan keinginannya demi mengikuti aturan kita.
🌸 Memperhatikan Kualitas Makanan yang Dibeli
Kualitas makanan bukan hanya dari bahannya, tapi juga dari alat masaknya.
Wajib membeli bahan masakan yang segar dan masih utuh bentuknya. Kalau dalam
kemasan, pastikan kemasannya tidak rusak. Untuk alat masak, lebih baik
memilih merek yang sudah berstandar dan teruji. Salah satunya seperti
produk-produk Miyako Indonesia.
Selain itu, pasti juga ada waktu di mana saya tidak bisa atau tidak sempat
memasak menu makan harian. Bila harus membeli makanan jadi di luar, saya lebih
memilih membeli ke tempat makan yang sudah ada jaminan kualitasnya, atau saya
sudah pernah makan di sana dan melihat sendiri bagaimana kebersihan dan
kualitas makanannya.
🌸 Bila Tubuh Anak Fit, Baru Izinkan Memilih Makanannya Sendiri
Inilah saat-saat yang selalu dinantikan anak-anak, masa di mana batuknya
sembuh dan tubuhnya sehat paripurna. Saya akan memberikan kebebasan untuk
memilih makanan yang mereka suka. Tidak sepanjang waktu, tapi sekitar beberapa makanan saja, serta tetap melihat kualitas dan kebersihan makanan yang dipilihnya.
Ya, begitulah ibu dengan segala kecerewetannya. Bukan cuma anak-anak,
suami saya saja kadang ikutan protes kenapa banyak aturan. Tentu saya
tidak akan tergoyahkan, karena saya punya alasan kebaikan kenapa melakukan
itu. Lagi pula bukan yang ekstrim harus mengekang segalanya. Saya tetap seorang ibu yang pengertian, kok. Hehe.
Mumpung masih di bulan yang sama, di Hari Ibu tahun ini, saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri yang sudah berjuang tanpa henti,
belajar tanpa putus, dan terus memperpanjang tali kesabaran walau tidak jarang
keceplosan. Bersyukur anak-anak masih sering bilang
Abyan sayang Bunda dan Alby sayang Bunda dengan banyak sekali kekurangan Bunda mereka.
Saya percaya, apa pun bentuk bahasa cinta ibu, anak-anak pasti
merasakannya. Karena mereka juga menggenggam cinta yang tak kalah besar pada perempuan yang sudah
melahirkannya.
Selamat Hari Ibu untuk semua ibu yang masih dan akan terus berjuang untuk menjadi ibu versi terbaik dirinya. Mulia dan luar biasa
hebat!
Referensi
https://www.miyako.co.id/
7 Bentuk Kasih Sayang Orangtua kepada Anaknya.
Tautan: https://www.sehatq.com/artikel/bukan-belikan-mainan-ini-bentuk-kasih-sayang-orangtua-yang-dibutuhkan-anak
Morning Routine dan Nanoal Pilihan Nikita Willy. Tautan:
https://www.miyako.co.id/morning-routine-dan-nanoal-pilihan-nikita-willy-2/
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)