Betapa bahagianya
Bersama berdua
Betapa senangnya
Kalau dulu punya banyak teman, sekarang cukup bersama berdua. Lirik lagu di Petualangan Sherina 2 ini viral sejak filmya
ditayangkan. Dengan rajutan nada yang sama, lagu berjudul
Hari Kita Berdua relate sekali dengan realita bahwa semakin
bertambah usia, jumlah kawan yang dibutuhkan jauh lebih mengerucut. Saya tentu
setuju!
Namun, bagi saya lirik ini pun juga berlaku untuk hubungan orang tua dan anak.
Menghabiskan waktu berkualitas bersama anak itu bukan main bahagianya. Melihat
tawa dan antusias mereka saat diajak bercerita, saling memberi pelukan hangat,
atau seru-seruan dengan petualangan ala kami,
menjejakkan memori cinta yang begitu dalam. Saya yakin, dengan segala ekspresi
dan gestur yang anak-anak perlihatkan, kebahagiaan yang tak kalah besarnya
pasti juga mereka rasakan.
Ada salah satu kalimat yang pernah saya dengar soal memprioritaskan
quality time bersama anak, bahwa
jangan menunggu adanya waktu sisa di tengah kesibukan, tapi pastikan
menyisakan waktu untuk bersama anak. Karena sebenarnya orang tua pasti bisa menciptakan waktu berkualitas itu, walau super sibuk sekalipun. Seperti penjelasan Psikolog Tovah Klein yang dikutip dari kompas.com, “Jika dalam satu minggu kita hanya memiliki setengah jam dengan anak, kita
tidak perlu melakukan kegiatan besar, namun sederhana saja. Anak hanya ingin
bersama kita. Ia mungkin hanya ingin membaca buku sambil duduk di pangkuan
kita, atau mungkin sekadar bermain Frisbee bersama.”
Quality time ini perihal kualitas, di mana kualitas waktu yang orang tua habiskan dengan anak, jauh lebih penting dari kuantitasnya.
Sebagai ibu yang mendampingi anak nyaris sepanjang waktu di rumah, saya paham
sekali bila setiap orang tua pasti punya kesibukan masing-masing, dan tidak
pantas dikaitkan dengan keegoisan. Saya yang ibu rumah tangga saja padat
aktivitas, apalagi yang bekerja di luar rumah. Makanya penting menyediakan
waktu khusus di antara padatnya aktivitas tersebut. Tidak butuh berjam-jam,
yang penting fokuskan pada kualitasnya. Di mana hanya ada kita dan
anak-anak.
Mewujudkan quality time dan membangun keceriaan tidak harus selalu
bepergian, liburan, atau jalan-jalan. Sesekali sih perlu, tapi kalau
sering-sering kan lumayan juga pengeluarannya. Apalagi yang tinggal di ibu
kota seperti saya, kalau mau menyapa alam nan segar dan sejuk, mesti ke
provinsi tetangga dulu biar puas. Padahal dari rumah pun sebenarnya Ibu tetap
bisa menciptakan petualangan yang tak kalah seru. Seperti petualangan ala
saya dan anak-anak melalui buku-buku bacaan. Gambar dan rangkaian kata khas
buku anak, sukses menjadi gerbang perjalanan kami mengarungi semesta. Kapan
pun kami mau, imajinasi kami bebas bertualang!
"Bun, ini kan kayak yang kita lihat di Ranca Upas, Rusa!" kata Si Sulung
saat melihat gambar rusa beradu tanduk di buku berjudul "Buku Pertamaku:
Hewan", yang saat ini menjadi giliran menemani petualangan kami.
"Betul! Abang masih ingat aja. Kalau tempat hidup hewan-hewan ini dijaga,
pasti hewannya juga tumbuh sehat, besar, dan banyak, seperti di Ranca Upas.
Senang kan lihatnya?"
"Senang, Bun. Rusanya bagus dan tanduknya panjang."
Ibarat pribahasa "Sambil menyelam minum air", petualangan dan
keceriaannya dapat, literasinya melekat, budaya membaca pun tertanam.
Jangan salah, saya juga jadi banyak tahu hal baru berkat buku anak yang
kami selami bersama.
Satu lagi, jangan sampai lupa menyediakan cemilan. Seru-seruan bareng tanpa
ada kudapan itu rasanya hampa. Betul apa betul?
Asah Literasi dengan Membaca yang Menyenangkan
Menjadikan membaca buku sebagai sebuah petualangan seru, terutama bagi kedua
anak saya yang masih berusia 7 tahun dan 4 tahun, bukanlah serta merta terjadi
secara instan. Ada proses panjang yang saya upayakan tanpa henti. Sejak masih
bayi. saya sudah mendekatkan mereka dengan aktivitas membaca. Pengenalan pada
huruf-huruf juga saya selingi dalam kegiatan bermainnya. Begitu pula ketika
ketertarikan mereka akan buku semakin baik, serta pelafalan huruf-huruf juga
telah dikuasai dengan baik, perlahan saya ajarkan juga mereka membaca.
Mungkin ada yang menilai bahwa saya terlalu cepat mengajari membaca,
bahkan ketika tes calistung saja sudah dihilangkan dari tes masuk SD Negeri.
Anak-anak itu biarkan saja bermain, jangan dipaksa belajar. Saya
tidak akan menyanggahnya karena ini memang benar. Tapi kalau bisa menanamkan
budaya membaca dalam aktivitas bermain mereka, kenapa tidak?
Sebenarnya saya tidak berambisi untuk mematok anak-anak harus bisa
membaca di usia prasekolah. Saya hanya ingin mendekatkan mereka dengan
budaya membaca sejak dini.
Tapi, kemampuan membaca ini mesti diimbangi dengan kemampuan literasi yang baik . Bagaimana anak dapat memahami apa yang ia baca, mengolah informasinya, dan mengaplikasikan dalam kehidupannya.
Makanya sampai saat ini, entah saat saya membacakan buku atau ketika mereka
membaca atas inisiatif sendiri, selalu saya tanyakan ulang poin-poin apa yang
baru saja dibaca. Terkadang cerita atau pernyataan yang spontan mereka
utarakan, saya ulik alasannya atau bagaimana prosesnya.
"Bun, tahu enggak, planet Neptunus itu dingin banget, lo."
"Kenapa bisa dingin?"
"Karena dia jauuuuuh banget dari matahari. Matahari itu kan yang bikin panas.
Iya kan, Bun?"
Ibu mana yang tidak bahagia dan bangga ketika anaknya bisa mengetahui banyak
hal dari apa yang ia baca atau yang kami baca bersama. Saya bersyukur apa yang
saya usahakan untuk mendekatkan anak-anak dengan aktivitas membaca sedini
mungkin, lalu memancing mereka untuk mencerna informasi dari bacaan tersebut,
berbuah manis secepat ini. Membaca pun akhirnya menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi mereka.
Selalu terbayang bagaimana ekspresi anak-anak ketika mengetahui hal baru,
terkagum-kagum dan menambah antusias mereka untuk menggali lebih banyak
lagi.
Tidak dipungkiri bahwa banyak trial-error yang terjadi sampai di titik
ini. Kadang ada saja tingkah anak yang menguji kesabaran. Tapi
we did it!
Bila teman-teman sesama ibu atau sesama orang tua hendak
mendekatkan anak dengan aktivitas membaca, yang pastinya akan memberi banyak sekali manfaat bagi
kehidupan mereka kelak, berikut beberapa cara yang saya lakukan dan sejauh ini
yang paling berdampak. Semoga bisa menjadi referensi yang cocok, ya. Mana tahu
dapat membuka pintu-pintu petualangan seru bersama buku seperti yang saya dan
anak-anak lakukan.
Bacakan Buku Sedini Mungkin
Teringat salah satu poin penting dari buku berjudul
Mengajar Membaca Itu Mudah karya Christine SP yang pernah saya
baca, yaitu berdasarkan hasil penelitian, bayi yang biasa diajak berkomunikasi
dan dibacakan cerita sejak lahir atau sejak dalam kandungan, akan memiliki
kemampuan berbahasa yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang hanya
didiamkan saja.
Ya, ini hal pertama yang saya lakukan agar anak-anak senang membaca.
Saat mereka bayi, saya sudah mulai membacakan buku-buku bergambar sambil
memperlihatkan isi buku tersebut di hadapan mereka. Sesekali juga membacakan
dongeng. Biasanya saya mencari momen-momen santai, yang paling sering adalah
sebelum tidur siang atau malam. Karena biasanya di waktu ini anak-anak selalu
diam mendengarkan.
Kenalkan Huruf
Mendekati usia 1 tahun, saya mulai rajin membelikan anak mainan-mainan
berbentuk huruf, seperti puzzle warna-warni, papan magnet yang lengkap dengan huruf alfabet
yang bisa ditempel, huruf-hurufan plastik,
bahkan playmate susun yang bergambar huruf. Buku mewarnai dan
poster yang ditempel sesuai tinggi tubuh anak pun saya
belikan. Tidak mengharuskan anak langsung paham dan mengerti. "Ini namanya huruf D. Perutnya besar banget. Kekenyangan habis makan
siang kayak Adek." Seperti itulah kira-kira. Melalui percakapan ringan saja.
Ketika mereka sudah lebih besar dan saya izinkan memainkan
gadget, permainan huruf khusus anak juga sangat membantu. Jika menonton video
di Youtube, saya pilih channel yang mengedukasi huruf dan disukai
anak. Yang penting, batasi waktu penggunaan gadgetnya.
Ajarkan Membaca Tanpa Paksaan
Harapan saya hanya satu, ketika anak-anak sudah bisa membaca, mereka dapat
terlibat lebih aktif lagi dalam buku-buku yang kami baca bersama. Tidak harus lancar membaca dengan segera, santai saja, yang penting tetap ada upaya.
Biasanya, sambil anak-anak bermain, saya ajak belajar
dengan huruf-huruf berwarna yang sudah saya print. Biar lebih
bebas saja mengeksplorasi model-model huruf dan menyisipkan gambar, makanya
saya buat sendiri medianya. Tapi kalau anak tampak kurang tertarik, malah lari sana-sini, saya akan
ber-cuap-cuap sendiri. B digabung A, bacaannya BA. Kadang sambil beres-beres rumah atau
memasak, asal masih dalam jangkauan pendengaran anak. Atau media yang sudah
saya buat sedemikian rupa, ditempelkan saja sementara di dinding dengan solasi.
Pasti dilihat-lihat juga kok.
Anak memang sering terlihat cuek, tapi percaya deh, otak mereka tetap
menangkap apa yang kita ucapkan. Asal orang tua jangan pernah bosan dan tetap
semangat. Soalnya tidak mudah meyakinkan diri sendiri bahwa ini tidak sia-sia,
ketika anak seperti acuh tak peduli. Saya paham sekali rasanya.
Biarkan Anak Memilih Bukunya Sendiri
Saya mengatakannya sebagai investasi. Buku-buku anak sekarang harganya cukup menguras
kantong. Apalagi kalau lembarannya tebal, ada suaranya, atau ada bagian yang
bisa dibuka, ditarik, dan sebagainya. Tapi bagi saya, apa yang diberikan
buku-buku ini jauh lebih mahal dari harganya.
Saya usahakan untuk selalu menambah koleksi buku dan membiarkan anak memilih bukunya sendiri. Tapi
bukan bebas semaunya. Saya tetap memilihkan beberapa yang dirasa cocok dengan
usia mereka, baru meminta anak memilih satu dari apa yang saya suguhkan. Cara
ini sangat ampuh untuk memancing rasa antusias mereka untuk segera membuka dan
membacanya. Wong dia sendiri yang memilih, pastinya dia suka.
Beri Anak Ruang untuk Belajar Sendiri
Fenomena yang sering terjadi pada anak saya adalah menolak ketika diajarkan,
namun tiba-tiba belajar sendiri disaat tidak ada yang memperhatikan. Misalnya
malam ini saya ajarkan mengeja dengan menggunakan huruf vokal U, dan ternyata
dia hanya melihat sekilas dan kembali sibuk dengan mainan mobil-mobilannya.
Nah, besok siangnya, tanpa diminta, ia akan membaca sendiri tulisan yang
tertempel di dinding rumah dengan vokal U ketika saya sibuk membereskan rumah.
Ini membuktikan bahwa anak butuh waktu belajar sendiri dengan caranya.
Sebaiknya orang tua tidak melulu memaksa anak mendengarkan, namun beri pula
ruang untuk anak berusaha mengembangkan apa yang sudah ia dengar.
Ulas Kembali Apa yang Dibaca
Ini bagian yang penting untuk mengasah literasi. Saat anak-anak masih belum
lancar berbicara, biasanya saya akan menyimpulkan kembali pesan apa yang ada
di cerita. Anak masih sebagai pendengar saja. Tapi ketika anak sudah bisa
berbicara singkat, saya akan menanyakan pertanyaan yang jawabannya singkat juga.
Misalnya kalau dongeng, tanyakan apa nama hewan yang dikisahkan. Barulah memberi pertanyaan
dengan jawaban yang lebih panjang saat anak juga sudah bisa menjelaskan dengan
baik. Malah ini bisa menjadi hiburan tersendiri, lo. Terkadang jawaban anak itu
out of the box.
Seperti dalam film Petualangan Sherina, baik di versi pertamanya, maupun yang
kedua, anak-anak kita pun pasti akan menjumpai petualangannya masing-masing.
Permasalahan, tantangan, yang datang dalam perhitungan, atau yang tiba-tiba
menghadang tanpa rencana, adalah realita kehidupan yang mesti dihadapi. Salah
satu yang dapat membekali mereka untuk melalui setiap tantangan tersebut
adalah ilmu-ilmu dari budaya membaca dan kemampuan literasi.
Betul apa yang dikatakan Walt Disney, "Ada lebih banyak harta didalam buku daripada yang didapat perampok di Pulau Harta”.
Selama tidak ada paksaan, sepengalamana saya, anak-anak juga senang kok
diajarkan membaca dan berliterasi bersama. Buku-buku zaman sekarang yang
didesain begitu kreatif dengan perpaduan warna menarik, serta tak jarang
dilengkapi berbagai ide aktivitas, akan menambah seru kegiatan membaca. Bahkan kalau bukunya susah
dilengkapi AR (Augmanted Reality), lebih real lagi kesannya
karena anak bisa melihat langsung rupa 4D objek-objek yang sedang dibahas
melalui gadget.
Nah, seperti salah satu petualangan saya dan anak-anak yang setelah ini akan
dibahas. Hanya perlu menyiapkan bukunya, beberapa perlengkapan yang sudah
pasti ada di rumah, serta cemilan OREO Wafer yang nanti pura-puranya akan
menjadi makanan yang diberikan induk hewan pada anaknya dalam sarang yang
nyaman. Dijamin tetap memberi keceriaan.
Let's go!
Petualangan Seru "Membuat Sarang" Ditemani OREO Wafer
Kelestarian alam menjadi dasar petualangan kami kali ini. Saya ingin
mengajarkan pada anak-anak bahwa hewan-hewan sangat menggantungkan hidupnya
pada keasrian bumi, di mana ia dapat hidup nyaman dan mencari makan. Beda
dengan manusia, rumah hewan-hewan ini ada yang di pohon-pohon, di dalam tanah, atau di dalam air. Andai bencana datang, seperti banjir, kebakaran hutan, dan
manusia yang suka merusak lingkungan, hewan-hewan ini tidak punya tempat
tinggal lagi. Kira-kira begitu.
Tentu menjadi kesulitan tersendiri untuk memperlihatkan langsung sarang
hewan pada anak-anak di tengah kota begini. Kenapa tidak membuat sarang
sendiri saja?
Sebenarnya ini adalah ide aktivitas yang ada di buku. Kebetulan memang
membahas mengenai sarang hewan. Beberapa kali anak-anak juga menanyakan
tentang sarang hewan dan selalu protes kenapa mereka tidak pernah melihatnya.
Alasan inilah yang semakin membuat saya dan anak-anak semangat melakukan
petualangan "Membuat Sarang" ini.
Pertama, Mengetahui Apa Itu Sarang
Sudah pasti yang pertama kali kami lakukan adalah membaca penjelasan tentang sarang
ini. Kenapa hewan membutuhkan sarang dan bagaimana cara
membuatnya. Selama ini sarang yang dibayangkan anak-anak hanya sarang burung
yang sering muncul di film-film kartun kesukaannya. Padahal sarang hewan banyak sekali bentuknya. Tergantung habitatnya masing-masing. Tidak mungkin hewan yang
hidup di dalam tanah, punya sarang di dahan pohon yang tinggi, bukan?
Sarang merupakan tempat berlindung dari pemangsa, menyimpan makanan, dan
berkumpul bersama keluarga.
"Jadi sama kayak rumah kita," kataku. "Kalau kalian di rumah, rasanya
gimana?"
"Adem, Bun. Di luar panas. Kalau hujan, nggak kehujanan. Bisa tidur, makan,
nonton YouTube, main game, ngapa-ngapain bisa."
"Jadi intinya sarang itu juga harus dibuat senyaman dan seaman mungkin biar
hewan-hewan juga bisa ngapa-ngapain di sarangnya kayak kita."
Setelah anak mengetahui fungsi sarang, tentu mereka mendapat gambaran tentang
bagaimana membuat. Ini sudah menjadi modal ilmu mereka ketika saya meminta mencari lokasi sarang, apa saja yang mereka butuhkan untuk membangunnya,
dan bagaimana merancang sarang tersebut.
Kedua, Membuat Sarang Bersama
Bukan saya yang membuat, tapi saya hanya sebagai pengarah dan membantu di
bagian-bagian sulit saja. Saya memancingnya dengan beberapa instruksi sesuai
dengan konsep sebuah sarang yang aman dan nyaman.
"Mau buat sarangnya di mana? Kalau mau aman, sarangnya nggak
keganggu, kira-kira paling pas bikinnya di mana, ya?"
Awalnya mereka bilang di kamar. Katanya karena empuk, makanya nyaman. Tidak
ada juga yang bakalan lewat-lewat dan mengganggu sarang. Tapi karena nanti ada
sesi makan-makannya, dan saya punya aturan kalau tidak boleh makan apa pun di
kamar, akhirnya mereka memilih sofabed kami yang bisa dilebarkan.
Oke, saya sepakat karena memenuhi konsep aman dan nyaman,
tidak menghalangi jalan, serta space-nya cukup.
"Terus kalau mau bikin sarang yang nyaman, pakai apa, ya? Dari yang ada di rumah aja."
Mereka langsung menjawab memakai bantal dan karpet seperti yang ada di
buku. Berhubung sudah bisa membaca, makanya sudah tahu mau
memilih benda yang mana. Baiklah, dari pada kelamaan, kita langsung eksekusi.
"Sekarang ayo kita bikin!
Kata anak-anak, nanti di sekelilingnya dikasih bantal karena sarang burung begitu. Binggo!
Setelah menyusun semampu kita, walau seadanya, akhirnya sarang pun jadi. Anak-anak
saya minta masuk ke dalam sarang dan duduk atau tiduran di sana. Pura-puranya
sedang menunggu sang induk kembali dari mencari makan.
Kemudian saya datang membawa OREO Wafer sebagai cemilan petualangan kami kali ini. Satu per satu wafer saya
suapkan langsung ke mulut mereka. Seolah induk burung sedang menyuapi
anak-anaknya. "Kalau burung beneran, nyuapinnya langsung dari
paruh induknya," kataku.
Sampai di sini saja, anak-anak sudah bahagia sekali. Padahal kalau di lihat
dari kaca mata orang dewasa, ini biasa saja. Ya, begitulah anak-anak. Apa
saja aktivitas yang dilakukan bersama orang tua, sekecil dan sesederhana
apa pun, pasti menggores memori indah dalam dirinya. Eits, tapi ini belum usai, selanjutnya adalah waktu kami saling berdiskusi tentang
pelajaran apa yang bisa ditangkap.
Ketiga, Waktunya Berdiskusi
Teorinya sudah, praktiknya juga sudah, sekarang saatnya memancing anak-anak
untuk menemukan pesan-pesan tersirat dari petualangan kami. Tentu saja mesti
dipancing-pancing dengan pertanyaan atau pernyataan. Tapi bukan
pertanyaan pesan apa yang kalian tangkap, melainkan menggunakan kalimat
lain yang lebih ramah anak.
Misalnya,
"Coba bayangkan kalau sarang ini kena banjir besar, gimana
jadinya, ya?"
Setelah itu baru dilanjutkan dengan penjelasan bahwa banjir adalah salah satu
bencana alam yang dapat terjadi akibat alam yang rusak. Manusialah yang merusaknya. Alam juga bisa marah. Seperti kita membuang sampah
sembarangan, sungai jadi kotor dan aliran airnya tidak lancar, tersumbat,
akhirnya banjir di mana-mana. Hutan-hutan juga banyak yang ditebang sembarangan untuk diambil kayunya, dan itu juga bisa menyebabkan banjir serta merebut tempat
tinggal nyaman hewan-hewan di sana. Pokoknya saya jelaskan sekreatif mungkin.
Minimalnya mereka bisa lebih sadar untuk tidak membuang sampah
sembarangan dan tahu pentingnya keberadaan hutan karena di sana banyak
sarang hewan.
Masih berkaitan juga kan dengan petualangan Sherina dan Sadam dewasa
ketika menyelamatkan orang utan bernama Hilda dan Sayu dari
pencuri satwa langka yang tidak bertanggung jawab? Hewan-hewan pun memiliki
hak hidup yang mesti dijaga demi keseimbangan alam. Apalagi hewan yang sudah
dilindungi oleh Undang-Undang karena jumlahnya kian merosot.
Cara menyenangkan untuk mengajarkan sesuatu pada anak, bukan? Tidak
lama, satu jam saja kami sudah puas bertualang dengan sarang yang dibuat ala
kami. Dijamin ilmu yang mereka tangkap bisa nyantol di ingatan lebih
lama. Karena dirasakan sendiri dengan cara yang asyik dan sesuai dengan
aktivitas bermain mereka.
Hal serupa ini sangat memungkinkan dilakukan oleh ibu dan anak-anak di rumah.
Tidak mesti harus menunggu akhir pekan atau waktu kosong dulu seharian. Apalagi kalau sudah dilengkapi dengan cemilan
favorit anak, sambil mengunyah, diskusi panjang pasti mengalir begitu saja.
Sebungkus OREO Wafer, bisa ludes tanpa sadar.
Gimana enggak
double, nyemil kenikmatan OREO Wafer sambil bertualang bikin
keluarga happy, Petualangan
OREO Wafer juga menghadirkan kesempatan memenangkan beragam hadiah menarik
dengan berburu OREO Wafer. Wah, anak-anak pasti senang nih kalau diajak ke
mini market, lalu disuruh mencari OREO Wafer dan dibeli buat cemilan
bareng-bareng di rumah.
Terkait ini sudah dijelaskan dengan detail dalam Press Conference Petualangan OREO Wafer yang dihadiri
oleh Dian Ramadianti selaku Senior Marketing Manager Mondelez Indonesia,
serta Sherina dan Derby Romero yang berperan sebagai Sadam, pada tanggal 3 Oktober 2023 lalu. Ketiganya
menggaungkan poin yang sama, yaitu pentingnya melakukan petualangan untuk
membangun kedekatan bersama. “Petualangan seru bisa dilakukan dengan banyak cara dan tidak harus di
tempat jauh ataupun mahal. Oleh karena itu, aktivitas apapun tentu bisa menjadi petualangan
seru selama dilakukan bersama," tambah Bu Dian. Setuju!
OREO Wafer percaya bahwa keceriaan bisa hadir melalui momen menyenangkan penuh petualangan bersama orang terdekat.
Untuk mengikuti challenge Petualangan OREO Wafer ini mudah banget. Soalnya saya sudah ikutan!
- Silakan berburu varian produk OREO Wafer apa saja di toko terdekat mulai 1 September hingga 31 Oktober 2023. Struknya jangan dibuang, ya. Ini akan menjadi bukti pembelian.
- Pada kemasan OREO Wafer yang ada gambar Sherina dan Sadam, tinggal scan barcode untuk langsung diarahkan ke chat WhatsApp resmi OREO Indonesia. Tapi kalau tidak ada barcode, langsung saja WhatsApp ke nomor 0812-6888-1259 (pastikan bercentang hijau).
- Ikuti instruksi untuk melakukan registrasi, yaitu dengan mengirimkan nama lengkap berserta foto struk pembelian atau produk OREO Wafer.
- Selanjutnya data akan diverifikasi untuk mendapatkan nomor undian. Selesai!
Syarat dan ketentuan lengkapnya juga bisa dilihat di akun Instagram Official OREO Indonesia https://www.instagram.com/p/CxISQpsr8Dh/.
Semakin banyak OREO Wafer yang dibeli dan ditukarkan dengan nomor
undian, tentu semakin besar pula peluang kemenangannya. Hadiahnya tidak main-main, mulai dari iPhone 14, Nintendo Switch, merchandise eksklusif
OREO Wafer X Petualangan Sherina 2, hingga tiket Meet & Greet bersama
Sherina dan Sadam (Derby Romero).
Pengumuman pemenang Petualangan OREO Wafer dibagi dalam empat periode, yaitu:
Periode 1 tanggal 21 September 2023;
Periode 2 tanggal 5 Oktober 2023;
Periode 3 tanggal 19 Oktober 2023; dan
Periode 4 tanggal 6 November 2023.
Periode 2 tanggal 5 Oktober 2023;
Periode 3 tanggal 19 Oktober 2023; dan
Periode 4 tanggal 6 November 2023.
Petualangan OREO Wafer ini bisa banget menjadi sarana dalam menciptakan momen seru dan meningkatkan kedekatan pada keluarga. Mumpung masih ada satu periode lagi, mari stok OREO Wafer
sebanyak-banyaknya untuk petualangan seru bersama keluarga dan ikuti challenge Petualangan OREO Wafer-nya. Mana tahu
beruntung jadi salah satu pemenang. Saya sih mau banget!
Gimana, makin semangat kan? Seperti
semangat #PetualanganOreoWafer yang mengajak kita semua untuk
menciptakan petualangan seru bersama keluarga, karena memang begitu pentingnya
dalam membangun kedekatan dan ikatan yang lebih kuat. Ingat kata Bu Dian,
tidak mesti jauh dan mahal. Kalau teman-teman juga tertarik melakukan
petualangan literasi seperti yang saya lakukan bersama anak-anak, agar lebih
memudahkan dan praktis, berikut beberapa tips yang dapat dilakukan. Pastinya
tanpa mengurangi manfaat positifnya, ya.
- Pilihlah buku yang sudah dilengkapi dengan ide aktivitas. Sejauh yang saya tahu, ide-ide ini pasti selalu berkaitan dengan topik yang sedang dibahas. Jadi kita tidak perlu lagi sibuk berpikir dan mencari-cari. Umumnya, aktivitas ini juga sederhana.
- Buku yang dilengkapi teknologi AR juga sangat membantu. AR menampilkan wujud 4D dari objek dalam buku. Jadi kita tidak pusing lagi menjelaskan dan menggambarkan dengan pemilihan kata yang dapat dimengerti anak. Tidak semua hal juga kita tahu, seperti buku tentang mikroba yang terakhir kali saya beli. AR memberikan informasi lebih nyata bagaimana miroba bergerak, makan, hingga memperlihatkan detail bagian dalam tubuhnya. Kalau bukan berkat AR, mungkin saya akan bingung sendiri dan sibuk mencari sumber referensi lain karena tidak terlalu paham soal ini.
- Tentukan petualangan yang sesuai dengan ketersediaan waktu dan kesempatan. Kalau bisanya di rumah dan waktunya singkat, pilihlah kegiatan yang sederhana dan dengan perlengkapan yang sudah tersedia. Andai terpaksa harus membeli, pastikan tidak membebani, baik dari segi harga, maupun akses mendapatkannya. Tapi bila kebetulan punya rencana liburan, boleh banget memilih petualangan yang sesuai dengan tujuan liburan. Misal mau camping yang di kawasan itu ada sungainya, bisa melakukan petualangan mencari hewan-hewan air.
- Siapkan cemilan kesukaan. Ini sakral keberadaannya agar anak lebih menggebu-gebu untuk segera memulai petualangan. Ada makanan kesukaan mereka! Pokoknya pastikan anak-anak suka. Kalau bisa ajak anak menentukan cemilannya. Tidak mesti harus dimasak sendiri, dibeli juga tidak masalah. Seperti OREO Wafer, di mana-mana ada, terjangkau dan sekarang ada program Petualangan OREO Wafer pula.
Selamat bertualang sekaligus memperkuat literasi anak-anak. Hati-hati
ketagihan, hehe.
Waktu Berharga Orang Tua untuk Literasi Anak
Bukan sekadar teori bahwa pondasi hidup anak adalah keluarga. Termasuk dalam
mengembangkan kemampuan literasi mereka. Kenapa saya begitu
kekeuh mendekatkan anak-anak dengan buku? Karena buku-buku inilah
gerbang terbaik yang saya tahu untuk literasi. Itu benar dan saat
ini saya sudah merasakan sekali manfaatnya. Si Bungsu baru 4 tahun sudah tahu
bahwa ketika tidak mencuci tangan, ada virus penyebab diare yang mengintai dari buku Virus yang dibaca. Karena gambar virusnya menjijikkan, akhirnya dia rajin cuci tangan. Si Sulung pun juga begitu, ketika baru masuk SD, ia sudah sangat
baik menafsirkan setiap soal-soal dalam buku pelajarannya dan menjawab dengan
tepat.
Kunci dari keberhasilan literasi ini bukan hanya bertumpu pada sekolah.
Menteri Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, mengatakan
dengan jelas bahwa
sebenarnya kemampuan literasi dan numerasi anak bisa diasah dengan baik
jika orangtua mau meluangkan waktu dengan cara sederhana, seperti
membacakan buku cerita, membuka ruang diskusi yang bukan menggurui,
serta selalu percaya pada kemampuan anak.
Salah satu hal terpenting yang dibutuhkan anak dari oranag tua adalah waktu.- Nadiem Makarim -
Ya, waktu. Kesibukan orang tua pasti akan selalu ada. Tapi tetaplah
upayakan agar menyisihkan waktu berharga yang kita punya untuk anak-anak.
Sadari peran kita untuk berjalan beriringan dengan sekolah dalam membangun
kemampuan literasi yang baik. Karena waktu berharga yang orang tua berikan,
juga sangat berharga bagi anak. Sudah sepantasanya orang tua terlibat dalam
mempersiapkan versi terbaik dari masa depan anak. Anak-anak kita juga sama
seperti Sherina dan Sadam, petualangan tak terduga pasti menanti mereka di
kemudian hari.
Mari sederhanakan konsep quality time dan menciptakan keseruan
bersama anak. Tidak selalu harus menghabiskan waktu seharian penuh, pergi ke
tempat yang jauh, atau mengeluarkan biaya besar. Nyatanya, di waktu sempit
pun, tanpa ke mana-mana, petualangan seru juga bisa terwujud seperti
petualangan literasi saya dan anak-anak bersama buku dan OREO Wafer.
Jadi, petualangan apa yang akan dilakukan bersama anak dan keluarga dalam
waktu dekat? Yuk, rencanakan!
Referensi
Press Conference Petualangan OREO Wafer dari penyelenggara
Buku Mengajar Membaca Itu Mudah karya Christine SP
Psikolog: Quality Time Lebih Penting dari Jumlah Waktu bagi Anak. Tautan: https://lifestyle.kompas.com/read/2023/03/24/104202820/psikolog-quality-time-lebih-penting-dari-jumlah-waktu-bagi-anak
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)