Tidak berhenti mengucap syukur. Dari jari-jari yang baru saja beberapa tahun
belakangan belajar menulis, tuntas sebuah buku solo dengan total 290
halaman. Tidak mudah tentunya. Butuh berpuluh malam memaksa mata terbuka dan
otak yang fokus, di tengah bisikan syahdu pembaringan di keheningan. Namun
hasilnya, saya bangga dan sangat bahagia, akhirnya buku ini terbit.
Tidak muluk-muluk, saya hanya ingin membagikan pengalaman berharga, yang penuh
tawa dan air mata, yaitu setelah menjalani peran baru sebagai ibu rumah tangga.
Memutuskan resign, benar-benar sebuah hal yang tak pernah saya duga akan
memilihnya. Tapi ini lah gerbang saya memasuki dunia baru yang penuh dengan pelajaran dan keistimewaan.
Baca juga: Bagaimana Cara Menulis? Ini Jawaban Saya
Sebenarnya buku apa sih? Isinya apa? Ada bedanya enggak dengan buku
sejenis lainnya? Tentu ada. Berikut review singkat buku Ketika Ibu Resign dari sudut
pandang saya sebagai penulisnya.
Ketika Ibu Resign
Penulis: Novarty
ISBN: 978-623-409-220-2
Tanggal Terbit: Desember 2022
Jumlah Halaman: 290
Genre: Nonfiksi - Pengembangan Diri
Dimensi: 14 x 20 cm
Ini Cuma Buat Ibu yang Resign, ya?
Enggak, dong. Di bab-bab awal, saya menuliskan panjang lebar menganai pertimbangan apa
saja yang mesti dipikirkan ibu, sebisa mungkin didiskusikan
sematang-matangnya dengan suami atau pihak terdekat ibu, agar keputusan
yang diambil tidak hanya mengandalkan perasaan. Maklum, ibu-ibu cenderung
condong ke perkara hati, apalagi sudah ada alasan anak, keluarga yang sakit
atau segala yang mengandalkan "rasa".
Tidak bisa memandangnya dari satu sudut pandang saja.
Ketika ibu telah memilih resign, dampaknya akan saling
berkaitan. Mulai dari keuangan, mental ibu, kebiasaan hidup, pembagian
tanggung jawab dengan suami, manajemen waktu, dan banyak lagi. Belum lagi
kemungkinan-kemungkinan yang berhubungan dengan keluarga besar.
Ada juga pembahasan mengenai kenyataan hidup ibu bekerja dan ibu rumah tangga yang
sama-sama memiliki tantangan dan indahnya masing-masing. Tidak ada mana
yang baik atau buruk, yang ada adalah mana yang terbaik dan paling tepat
untuk ibu. Tentunya sesuai dengan kondisi dan keadaan setiap ibu.
Lengkapnya, Apa Saja yang Dibahas Di Buku Ketika Ibu Resign?
Selanjutnya, cerita ibu bekerja dan juga ibu rumah
tangga. Supaya jelas kondisi dari keduanya yang "sama". Dikuatkan lagi
dengan berpuluh halaman mengenai pertimbangan krusial sebelum memutuskan resign atau tidak.
Besar harapan saya disini, ibu tidak semudah itu memilih
resign.
Buku ini ditulis bukan untuk mengiming-imingi agar ibu meninggalkan pekerjaannya, tapi untuk menjadi pegangan ibu untuk tidak asal mengambil keputusan. Karena di balik keputusan besar, pasti ada pengorbanan yang besar pula.
Baru setelahnya, masuk kepada pengalaman saya menjalani masa
adaptasi yang tidak mudah dan tidak singkat. Perubahan mendadak dari bekerja setiap hari pulang-pergi ke
kantor, lalu menjadi di rumah saja tanpa banyak besosialisasi
plus pekerjaan yang monoton, membuat saya sempat mengalami stres dan
diambang penyesalan. Belum lagi masalah pengaturan keuangan keluarga,
menyesuaikan kebiasaan, menghadapi masa-masa menjadi ibu baru dengan suami
yang sering dinas berhari-hari, serta pro-kontra yang pastinya selalu
memanaskan hati dan telinga.
Dilengkapi juga dengan ide-ide produktivitas ibu di rumah untuk
mengembangkan diri. Saya percaya bahwa sekecil apa pun aktivitas positif
yang dilakukan ibu selain mengurus rumah tangga, dapat memberi dampak luar
biasa pada kesehatan mental ibu. Saya salah satu yang bertahan dan selamat
dari stres karena hal tersebut.
Serta yang terakhir dan paling penting, ibu mesti
bahagia. Penutup dari keseluruhan buku yang saya impikan bisa menjadi
peneguh hati semua ibu bahwa kebahagiaan itu adalah hak setiap manusia,
termasuk ibu.
Kayaknya Buku Resign-Resign Begini Banyak, Apa Bedanya dari Buku yang Lain?
Perbedaan pertama dan paling besar adalah sudut pandang. Saya menuliskan ini
sepenuhnya dari apa yang saya alami, real, tanpa melebih-lebihkan
dan melewati bagian yang penting. Pengalaman dan jalan yang dilalui setiap
orang pasti unik, bukan? Dari keunikan pengalaman lah bisa diambil pelajaran beragam, baik sebagai antisipasi, referensi, acuan, contoh dan sebagainya, saat ibu lain menghadapi takdir serupa.
Karena relate dengan kehidupan ibu-ibu, bahasanya sangat mudah dimengerti
dan mengalir (alhamdulillah ini dikatakan oleh beberapa pembaca). Bukan alur yang maju-mundur, tapi terstruktur mulai dari waktu ibu berpikiran resign, hingga nanti bisa bahagia dengan pilihan itu.
Lengkap deh pokoknya. Masa-masa adaptasinya, tantangannya, pentingnya
menumpas "kesempurnaan" dalam keegoisan yang paling sering bikin ibu mabuk
sendiri, mencari aktivitas yang menyenangkan untuk dilakukan di rumah sambil
momong anak dan berbenah rumah, hingga bagaimana menjadi ibu yang berhak
bahagia.
Tidak membosankan. Bukan hanya diisi tulisan, banyak sekali ilustrasi yang
menyertai. Saya gambar sendiri, lo. Meski dengan kemampuan
menggambar yang mungkin belum sebaik para ilustrator profesional, dari sini
saya ingin menyampaikan bahwa tidak perlu menunggu menjadi terbaik dulu
untuk produktif dan menghasilkan sesuatu.
Ibu bisa memulai apa saja, kapan saja, dengan segala yang dipunya sekarang. Baru nanti berkembang seiring prosesnya.
Dan satu lagi yang tak kalah penting. Terdapat tugas-tugas kecil yang bisa
langsung diterapkan ibu sesuai dengan poin bahasan yang baru saja di baca.
Mau dicoret-coret di bukunya pun tak masalah karena disediakan
space untuk itu. Jadi, ilmu yang terekam tidak cepat menguap dan bisa
memberi manfaat yang lebih besar.
Kenapa Menulis Buku Ketika Ibu Resign?
Berat. Saya akui berat. Berkali-kali saya berdiri di depan cermin dan
berdialog dengan sisi lain di seberang untuk kembali mengingat alasan saya
resign dan apa yang telah dilalui sampai detik ini. Karena apa?
Saya nyaris menyerah karena ternyata menjadi ibu rumah tangga dan mengurus
segalanya tanpa kenal waktu itu tidak mudah.
Mungkin saya patut merasa beruntung. Tuhan masih menunjukkan kasih
sayangnya dengan penyelamatan yang mampu saya upayakan sendiri. Saya
memilih bangkit dengan cara saya dan menikmati kehidupan saat ini
dengan jalan saya. Akhirnya banyak kebahagiaan yang saye temukan,
alih-alih terus mengomeli nasib yang sebenarnya tidak seburuk pikiran sempit saya.
Inilah alasan saya menulis buku Ketika Ibu Resign. Sebenarnya naskah ini
bukanlah naskah pertama. Yang pertama sudah masuk bank data pribadi
karena ternyata hasil tulisan saya masih belum ramah di mata saat itu. Baru
bertahun setelahnya, saya memberanikan diri mengikuti kelas Nulis Buku Solo
dari komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) dengan bekal kelas-kelas menulis
dan blogging yang juga intens saya ikuti sebelumnya.
Impian saya, ibu-ibu lain yang berniat resign atau sudah resign, bisa mengambil hikmah dari cerita saya. Mengambil baik-baiknya dan menjauhi yang buruknya.
Jangan sampai ibu memilih resign dengan sembarangan, karena kehidupan
setelah resign itu tidak semulus yang dikira. Bergulat dengan diri
sendiri saja sudah menguras habis tenaga dan pikiran, ditambah lagi dengan
omongan orang-orang sekitar yang suka menghakimi dan menilai dari sisi
mereka saja. Tidak peduli kondisi kita bagaimana. Betul, kan? Wah, makin
mumet.
Yang utama tetap kebermanfaatan bukunya.
Saya hanya ingin pengalaman saya bisa bermanfaat seluas-luasnya. Amiin. Melalui tulisan, saya berharap membawa solusi, hal positif atau kebaikan untuk orang lain. Saat ini, baru menulis yang sangat mungkin saya lakukan sembari mengurus
dua jagoan kecil dan rumah tangga.
Saya bisa, saya suka, dan kesempatannya ada.
Belinya Di Mana?
Alhamdulillah tidak menyangka apresiasi dari teman-teman sesama ibu luar
biasa. Banyak buku berhasil sampai ke tangan pemilik barunya di masa
Open Pre-Order (PO) Desembar kemarin. Itu yang dipesan langsung ke
saya. Bagi penulis pemula dengan promosi yang masih di akun pribadi, ini sudah
prestasi yang luar biasa. Pertama kalinya saya bisa merasakan
manisnya royalti.
Baca juga: Cara Agar Anak Mengerti Aktivitas Ibunya
Nah, sekarang penerbitnya, Stiletto, sudah menyediakan pembelian melalui
e-commerce Shopee dan Tokopedia. Lumayan, Bun, bisa hemat ongkir.
Sistemnya tetap PO dan butuh waktu untuk proses cetakn. Bebas, mau pesan
satu pun, pasti akan tetap di cetak. Silakan klik link berikut ya untuk
langsung menuju ke e-commerce-nya.
https://shope.ee/fs35DtAm1 (untuk pembelian melalui Shopee)
https://tokopedia.link/ovPTVCUB1wb (untuk pembeliam melalui Tokopedia)
https://play.google.com/store/books/details?id=xtGvEAAAQBAJ (untuk pembeliam melalui Google Play Book)
Untuk versi e-book, masih menunggu proses antrian di Google Book. Nanti kalau sudah ready, pasti saya infokan lagi di sini beserta tautannya.
Saya membuka pintu komunikasi selebar-lebarnya untuk siapa saja yang ingin
tanya-tanya tentang apa pun perihal buku ini. Malah senang sekali kalau ada
yang DM. Bisa langsung klik ikon di sidebar blog ini saja, ya. Ada
tautan menuju email dan segala akun media sosial yang saya punya. Pasti akan
segera saya respon.
Sedikit kalimat penyemangat buat teman-teman dan saya sendiri,
"Apa pun masalah yang kita hadapi, solusinya tetap kembali ke diri
sendiri."
Semoga teman-teman yang sudah memesan, bisa mendapatkan ilmu, pandangan atau
referensi yang baik dari buku Ketika Ibu Resign. Terima
kasih banyak semua.
Keren banget bisa nulis buku. Memutuskan resign adalah proses yang berat sekaligus membebaskan
ReplyDeleteAlhamdulillah, makasiiiih 🤗
DeleteBetul, berat banget. Sebuah pengorbanan besar untuk hal yang tak kalah besar 😊