Kenapa sih banyak blogger yang saya kenal tertarik menulis buku?
Rasa penasaran ini menjadi langkah awal saya terjun dalam dunia
kepenulisan buku. Ingin mencoba bagaimana rasanya menulis naskah dan melihat
nama sendiri tertulis di kover sebuah buku. Berani saja modalnya, untuk ikut
berbagai proyek antologi dan kelas-kelas menulis buku.
Berhasil? Ya, bersyukur sekali saya sudah berkontribusi dalam beberapa buku
antologi. Benar apa yang saya duga, euforianya berbeda. Bila sebelumnya saya
hanya aktif menulis di blog pribadi, yang semuanya berformat digital, ketika
memeluk buku yang berwujud fisik, ada kebanggaan luar biasa yang tak pernah
saya rasakan sebelumnya. Hingga akhirnya saya ketagihan menulis buku.
Tetapi, apakah selesai sampai di situ? Penulis menulis naskah,
diterbitkan, lalu selesai.
Inilah yang membuat beberapa buku
saya stuck di cetakan pertama dan
seolah menghilang dari peredaran. Beruntung bila ditulis bersama kawan-kawan komunitas,
karena komunitas terus mempromosikannya. Saya tinggal meneruskan. Tapi kalau
tidak, penerbit diam, saya pun pasrah. Ya sudah, euforia itu hanya sesaat.
Buku yang awalnya menjadi kebanggan, kini menjadi pajangan saja di atas rak.
Ternyata ini adalah kekeliruan dan kesalahan.
Sejatinya, penulis adalah orang yang paling bertanggung jawab atas
buku-bukunya.
Bukan menunggu pihak lain yang promosi, namun penulis harus menjadi garda
terdepan untuk terus menggaungkan bukunya. Konsep writerpreneur yang saya
ketahui dari Kirana Kejora dan dipraktikkan dalam komunitas Elang Nuswantara.
Seperti apa konsepnya? Apa saja implementasi yang dilakukan untuk terus
mempromosikan buku dengan melibatkan semua penulisnya? Selengkapnya akan saya
ulas dengan detail. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi sesama teman-teman
penulis atau yang berniat menjadi penulis.
Writerpreneur Tak Akan Telantarkan Buku-bukunya
|
Bersama Kirana Kejora, guru yang mengajarkan konsep writerpreneur |
Momen pertama saya mengikuti salah satu webinar Kirana Kejora, menjadi yang
paling berkesan sampai sekarang. Dua tahun lalu, di salah satu ulang tahun
komunitas menulis yang saya ikuti, beliau diundang sebagai salah satu
pembicara. Antusias sekali, karena saya ingin mendengar cerita beliau dalam
berproses menjadi seorang writerpreneur,
best selling novelist dan film producer. Mana tahu
kecipratan sedikit ilmu, membuka jalan untuk turut berkarya dengan buku.
Buku itu ibarat anak. Penulis adalah ibu yang mengandung dan
melahirkannya. Setelah anak itu lahir, apakah akan dibiarkan saja? Tentu
harus dibesarkan agar tetap hidup.
-Kirana Kejora
Jleb! Berarti saya sudah menelantarkan anak-anak saya sebelum ini.
Tidak ada promosi sama sekali untuk membesarkan mereka. Cuma sekali saja, saat buku
itu open pre-order atau terbit. Setelah itu diam. Naskah yang maksimal
saya tulis, mati di situ. Siapa yang rugi? Lagi-lagi penulisnya. Ketika
menulis, yang dibayangkan tentu seluas-luasnya pembaca. Kalau buku tidak
dipromosikan, bagaimana akan dikenal? Sederhananya begitu.
Apakah teman-teman juga ada yang seperti saya? Gemar menerbitkan buku,
bercita-cita ingin menjadi penulis buku-buku best seller, tetapi
sungkan mempromosikan buku sendiri. Beragam alasannya, malu lah, takut lah
atau menganggap spam bagi orang lain. Jujur, awalnya saya tipe penulis
seperti ini. Makanya tidak gencar promosi.
Sampai akhirnya, buah "membuntuti" Kirana Kejora, mengantarkan saya bergabung
dalam Elang Nuswantara, yaitu komunitas yang diampu oleh beliau untuk mewadahi
para penulis pecinta budaya dan alam Indonesia yang beranggotakan para pejuang
literasi. Di sini saya berkontribusi dalam dua buku yang mengangkat budaya
Minang.
Ada yang berbeda dari antologi-antologi saya sebelumnya. Kami, anggota
Elang Nuswantara diajarkan untuk melakukan "promosi abadi". Apa itu? Jadi, promosi abadi ini dilakukan dari sebelum buku terbit,
hingga setelah terbit, tanpa batasan waktu. Tujuannya, kembali ke pesan awal,
bahwa setiap penulis adalah ibu dari anak-anaknya. Bukankah tanggung jawab ibu
akan selalu diemban sepanjang hayat?
Menariknya, kebanyakan promosi buku yang beberapa bulan ini kami lakukan,
sangat sesuai dengan kebutuhan kehidupan masa kini. Tergelar dalam format
digital. Walau ada event offline, tetap disiarkan secara
daring dan ada jejak dokumentasi yang akan terunggah di berbagai
platform media sosial.
Untuk lebih mudah dibayangkan, saya akan merincikan beberapa "promosi abadi"
tersebut.
-
Book Teaser dan Book Trailer
|
Book teaser yang saya unggah di media sosial |
Siapa bilang yang punya teaser dan trailer cuma film? Buku juga punya, lo. Pembuatan video yang
menggambarkan isi dari buku ini dilakukan mulai dari sebelum buku terbit.
Perbedaan dari kedua video ini adalah dari durasinya. Teaser berdurasi kurang
dari 1 menit, sedangkan trailer berdurasi lebih lama dari itu, sekitar 2-5 menit. Cuplikan video
ini bebas dikreasikan, menggabungkan rekaman gambar, voice over, musik,
transisi atau teks. Tujuannya agar isi buku bisa tersampaikan dalam bentuk
visual dan tentunya lebih menarik keingintahuan pembaca.
|
Contoh flyer agenda promosi buku |
Flyer selalu dibutuhkan setiap kali ada agenda promosi dan
cetak buku. Membuat
flyer tidak melulu harus berformat gambar, namun juga bisa
dibuat versi videonya agar lebih hidup. Walau isinya sama, yaitu
background gambar, foto-foto yang diperlukan, elemen dekorasi dan pastinya
teks yang menyampaikan informasi, versi videonya bisa membuat semua isi
flyer
ini muncul bergantian dan diiringi musik. Jangan salah, membuat
flyer tidak
sesederhana yang dikira. Meski di beberapa
platform menyediakan template
yang tinggal
comot, namun terkadang batin langsung protes untuk tetap
mengubahnya agar tak dinilai pasaran.
-
Video untuk Keperluan Acara
|
Salah satu video untuk promosi buku yang direkam dengan background layar hijau, lalu diedit |
Video apa ini? Nah, seperti saat melakukan
launching buku di Perpustakaan
Nasional RI beberapa waktu lalu, dengan fasilitas auditorium megah berlayar
besar di panggungnya, ini menjadi tantangan tersendiri agar layar tersebut
bisa menunjang pertunjukan. Dibutuhkan lah visualisasi yang menjadi latar
belakang saat performa tarian, seni peran, melukis cepat, serta monolog
disuguhkan oleh para penulis. Umumnya berupa rekaman gambar atau video yang
dimasukkan suara dan musik.
Ini pun juga berlaku untuk acara-acara yang bersifat daring, seperti webinar.
Agar acara lebih meriah, biasanya kami juga membuat video rekaman
berupa dialog yang percakapannya diambil dari kutipan cerpen dalam buku, atau
tayangan hiburan yang ringan dan lucu. Kami merekamnya dengan latar layar hijau di
rumah masing-masing, lalu nanti diedit dan digabungkan hingga menjadi satu
video utuh. Menarik bukan? Kapan lagi jadi aktor/aktris untuk promosi buku
sendiri?
|
Konten media sosial untuk promosi buku |
Tidak diragukan lagi sepak terjang
platform media sosial untuk menyebarluaskan
sebuah informasi. Dalam hitungan detik, seluruh penjuru dunia bisa menangkap.
Tentu ini tidak boleh dikesampingkan dalam "promosi abadi" seorang
writerpreneur. Konten media sosial yang saya fokuskan lebih mengarah kepada
soft
selling, yaitu berupa konten yang memberi tips atau hal bermanfaat yang tetap
ada hubungannya dengan kepenulisan buku-buku saya. Misalnya
carousel Instagram
tentang tips riset budaya secara
online, atau
sharing pengalaman selama
menjadi penulis buku antologi di channel YouTube.
|
Berbicara dalam webinar terkait promosi buku |
Beberapa kali webinar dan kelas
online diadakan untuk memberi ilmu, sekalian
promosi buku. Peserta yang khususnya tertarik dengan budaya dan dunia
kepenulisan bisa bergabung di sini. Dalam mengadakan webinar dan kelas
online, kebanyakan
masih mengandalkan para penulis, baik untuk mempersiapkan acaranya hingga
menjadi pembicaranya. Walau tidak bisa dipungkiri, pembicara undangan dari
pihak luar juga dibutuhkan. Tentu ini menjadi kesempatan emas tersendiri untuk mengembangkan kemampuan
public speaking.
Sambil menyelam minum air, pribahasa tepat yang menggambarkannya.
Dari agenda-agenda promosi ini, saya belajar banyak hal baru dan tentunya
berkaitan dengan visualisasi digital dan berkolaborasi.
Bagaimana membuat sebuah gambar, infografis, video menarik, serta bagaimana
mengonsepkan metode promosi yang tepat agar buku tetap terus mengudara.
Tahu apa yang paling menarik? Hampir semua agenda "promosi abadi" tersebut
dikomunikasikan secara daring, baik itu melalui grup chatting maupun
online meeting. Semua penulis tersebar di seluruh wilayah Indonesia, tidak mungkin bila sering-sering bertemu, sedangkan promosi harus tetap berjalan. Sekali bertemunya, bila ada acara offline saja, dan itu baru
sekali di hari H launching buku kemarin. Wah, benar-benar jarak itu
semakin samar sejak semuanya dapat bekerja dari mana saja.
Beruntungnya hidup di zaman teknologi yang tak lagi menuntut mobilitas.
Penulis buku yang melahirkan karya fisik pun sudah saatnya melek
digital.
Penulis Butuh Laptop yang Tak Sekadar Berkemampuan Basic
Saya masih ingat saat pertama kali membeli laptop untuk aktivitas menulis,
enam tahun lalu. Tidak perlu bagus, kan cuma buat nulis saja. Yang bisa
menjalankan aplikasi Office dan browsing, sudah cukup. Saya tetap enjoy
dengan laptop "basic" ini hingga beberapa tahun setelahnya.
Namun, tuntutan menjadi blogger dan penulis buku ternyata melebihi apa yang saya
kira. Makin ke sini, saya makin banyak belajar. Memang sih, penulis bisa memilih, hanya menulis naskah saja tidak
masalah. Tetapi sayangnya saya tidak demikian. Haus sekali mempelajari
berbagai hal baru terkait penulisan dan promosi buku yang kekinian.
Bagi yang gemar membaca, pasti familiar dengan hadirnya buku-buku baru yang isinya bukan hanya
tulisan, namun juga dilengkapi dengan ilustrasi menarik. Ini salah satu
contohnya saja. Ingin membuat konsep naskah serupa, saya pun mempelajari
ilustrasi dasar dengan menggunakan aplikasi vektor. Niat sekali,
sampai membeli drawing pad segala. Dan tahu masalahnya apa? Laptop saya
tak mumpuni untuk itu. Tak kuat membuka aplikasi. Sehingga saya terpaksa
menunggu laptop suami nganggur karena memiliki spesifikasi yang lebih tinggi.
Setelah bergabung dengan Elang Nuswantara dan melakukan "promosi abadi",
kebutuhan saya akan laptop yang mumpuni semakin lebih besar lagi. Bukan hanya aplikasi
pembuat gambar-gambar vektor, namun juga aplikasi editing video, editing foto
dan aplikasi online meeting, selain dari aplikasi dasar menulis tentunya.
Kalau tidak aktif mengimplementasikan konsep writerpreneur, saya bisa
tertinggal dan tidak akan mencapai titik promosi maksimal.
Kembali lagi kepada keniscayaan sebuah perubahan. Mau tidak mau, semua orang,
semua kalangan dan semua aktivitas, mesti mengikuti arus perkembangan
teknologi. Kalau tidak berani dan mengasah diri untuk tetap berada dalam arus
tersebut, bisa-bisa terpental ke luar. Laptop bertenaga yang bertahun lalu identik dengan mereka yang sibuk bekerja, kini hampir semuanya membutuhkan. Apalagi sejak
pandemi, anak saya yang masih TK saja membutuhkan laptop untuk pembelajaran
daring. Betul apa betul?
Apalagi saya yang bercita-cita menjadi writerpreneur sukses? Laptop dengan spesifikasi mumpuni, jelas sangat dibutuhkan sebagai salah satu support system dalam proses mewujudkannya.
Promosi Abadi untuk Buku Ditemani ASUS Vivobook Pro 14 OLED
(M3400)
Baiklah, seperti judul utama artikel ini, selanjutnya saya
akan menjelaskan kenapa ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) cocok untuk mendukung
writerpreneur yang ingin melakukan promosi abadi dan sesuai dengan kebutuhan
digital saat ini. Apa saja keunggulan laptop ini?
ASUS sebagai pemain utama di industri laptop Indonesia tentu melihat
kebutuhan yang terjadi di masyarakat dan menghadirkan solusi terbaru dalam
wujud Vivobook Pro 14 OLED (M3400), yang mumpuni untuk pengguna dengan kreatif dengan produktivitas yang tinggi.
Work from office (WFO) atau work from home (WFH) sudah mulai
tergeser dengan kebiasaan work from anywhere (WFA). Inilah kehidupan
para writerpreneur, dari mana saja bisa bekerja dan di mana saja bisa
berkarya untuk kesuksesan buku-bukunya.
Performa Kuat dan Andal
Saya orang yang tidak sabaran, termasuk perihal gawai. Inginnya, saat
saya memberi
input, respon langsung diberikan. Soalnya suka geregetan
sendiri kalau saya kliknya sekarang, eh malah ada proses
loading dulu, atau malah nge-
lag. Kalau sudah begini, saya bisa saja meninggalkan segala hal yang tengah kerjakan.
Kebetulan, aplikasi editing video adalah yang paling berat dari aplikasi yang sampai detik ini saya gunakan untuk memenuhi
proses menjadi seorang writerpreneur. Posisi setelahnya, diduduki oleh kumpulan aplikasi lain yang dalam satu waktu terbuka secara serentak.
Multitasking istilahnya. Kemungkinan nge-lag itu juga acap terjadi
ketika saya berulang kali menutup dan membuka beberapa aplikasi dengan
cepat.
Jelas, hal pertama yang paling dibutuhkan adalah performa laptop yang kuat
dan andal.
ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) merupakan laptop kategori ini, kuat dan andal untuk aktivitas produktif. Hadir dengan ditenagai AMD Ryzen™ 5000 H-Series Mobile Processors yang
memiliki full powerful performance core untuk
multitasking bahkan video editing. Selain powerful,
prosesor ini memberikan daya baterai lebih awet sehingga produktivitas
harian semakin maksimal. Dilengkapi dengan kartu grafis integrasi AMD Radeon
yang memberikan performa gaming yang tanpa lag. Produktivitas harian
dimanapun dan kapanpun jadi maksimal dengan performa prosesor dan kartu
grafis dari AMD ini.
Varian tertinggi Vivobook Pro 14 OLED (M3400) akan ditenagai oleh AMD
Ryzen™ 7 5800H Mobile Processor. Prosesor tersebut menggunakan konfigurasi
8-core dan 16-thread serta mampu berjalan di frekuensi hingga 4,4GHz.
Sedangkan untuk RAM, up to 16 GB DDR4, makanya sangat mendukung untuk
bekerja multitasking. Sat set sat set, beraktivitas di beberapa
aplikasi tetap lancar.
FYI, prosesor H series yang dimiliki laptop ini memiliki karakteristik
yang berbeda dengan prosesor mobile U series. Jika prosesor mobile U series
merupakan prosesor ultra low voltage, prosesor H series merupakan
prosesor high performance dengan daya yang lebih besar. Daya tahan baterainya panjang berkat High-Capacity Battery 50
Wh.
Dari pengujian yang dilakukan dengan PCMark 10 Modern Office, dengan
menstimulasikan bekerja dengan aplikasi Office, multimedia dan web tanpa
jeda, baterai Lithium-ion 3-cell berkapasitas 50WHrs milik Vivobook Pro 14
OLED sanggup bertahan hingga 8 jam lebih. Pas sekali untuk bekerja
seharian.
Untuk gaming saja kuat, tentu saya tidak perlu khawatir lagi bakal
nge-lag atau sering-sering cari-cari colokan saat edit video, membuat
infografis, belajar ilustrasi atau searching dengan puluhan tab
terbuka di browser. Apalagi hanya untuk sekadar menulis naskah.
Nyaman Buat Ngetik
Kebutuhan yang satu ini pastinya menjadi yang terpenting bagi penulis. Wujud
akhirnya memang berupa buku fisik, tetapi penulisan naskahnya pasti
berformat digital. Tidak mungkin kan ditulis tangan? Nah, ASUS Vivobook
Pro 14 OLED (M3400) memiliki
touchpad dengan ukuran yang lebih luas
serta
keyboard ASUS ErgoSense.
Keyboard memiliki jarak tombol, kedalaman
tekan, serta stabilitas yang telah dirancang khusus serta presisi agar
pengguna nyaman saat mengetik.
Dan yang tak kalah bermanfaat adalah adanya lampu latar ukuran penuh pada keyboard yang
sangat cocok untuk bekerja di lingkungan minim cahaya. Wah, saya yang
biasanya bergulat dengan jam Cinderella sambil menemani anak tidur di bawah
lampu temaram, pasti akan sangat terbantu dengan lampu latar ini selama mengetik.
Visual Layar Berkualitas
Saya sering kecewa saat video atau konten visual lain yang telah susah-susah
dibuat, dan terlihat sempurna di gawai yang saya gunakan untuk
editing, ternyata malah tampak berbeda di perangkat lain. Mending
perbedaannya positif, ini malah semakin gelap atau terlalu
warm.
ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) memberi solusi akan masalah akurasi warna
ini dengan teknologi OLED. Laptop ini menawarkan layar dengan panel ASUS
OLED resolusi 2,8K dengan 90Hz refresh rate dan 100% DCI-P3. Dengan
DisplayHDR™ 600 True Black, warna hitam pekat memungkinkan kita untuk
melihat lebih detail pada tampilan visual yang gelap. Panelnya menggunakan
rasio aspek 16:10 sehingga lebih banyak konten dapat ditampilkan di layar.
Response time-nya pun tercepat, yaitu 0,2 ms. Kalau ada pergerakan
cepat di video, pergulirannya tidak menimbulkan efek nge-blur dan
tetap tampak mulus.
Laptop dengan layar ASUS OLED dapat menampilkan kualitas visual terbaik, salah satunya terletak pada tingkat reproduksi warna yang ditentukan oleh color gamut. Layar ASUS OLED memiliki color gamut 100% DCI-P3, yang artinya mampu menampilkan semua warna pada ruang warna DCI-P3. Cakupan warna ini lebih luas dari sRGB, yang hingga saat ini masih dijadikan standar layar laptop. DCI-P3 juga merupakan color gamut yang digunakan oleh industri perfilman karena dapat membuat detail dalam film bisa ditampilkan dengan sangat baik. Canggih, kan?
|
Perbedaan visual LCD dan OLED |
Tapi kemampuan untuk menampilkan banyak warna juga harus diimbangi dengan
tingkat akurasi yang baik. Inilah keunggulan utama ASUS OLED yang telah
mengantongi sertifikasi PANTONE Validated Display, memastikan setiap warna ditampilkan sebagaimana mestinya, serta konsisten dalam menghadirkan kualitas
visual. Spesialnya lagi, meski tingkat kecerahan hanya 11%, layar ASUS OLED
dapat menampilkan kualitas visual yang sama seperti pada tingkat kecerahan
100%. Bagi yang sering bekerja sambil gelap-gelapan dan menurunkan tingkat kecerahan layar seperti saya, ini tentu sebuah keunggulan yang sangat bermanfaat.
Dengan akurasi dan kualitas visual yang sebaik ini, masalah saya
yang suka bingung dengan warna-warna yang tidak akurat saat editing video
atau gambar dan foto, tak perlu terjadi lagi. Yang tampil di layar, ya warna
apa adanya. Terutama saat memadupadankan warna dalam infografis atau
flyer, akurasi warna ini menjadi lebih krusial.
Kerja Lama Tak Jadi Soal
Mengerjakan sesuatu yang digemari, suka bikin lupa waktu. Setuju? Bukan hanya
karena tuntutan deadline, saya bisa bekerja berjam-jam dalam sehari
dengan laptop ketika ada tugas atau target yang mesti diselesaikan. Terutama
saat ide berlimpah di kepala, mungkin bisa 8 jam menatap layar dalam sehari. Berhubung
saya suka, yang menjadi masalah bukan lagi rasa capek, lelah atau mengantuk
karena begadang, tapi gejala mata silindris sering kumat dan laptop yang
panas.
Untungnya, kesehatan mata menjadi perhatian khusus dalam teknologi layar
ASUS OLED pada ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400). Dilengkapi dengan
teknologi anti-flicker dengan sertifikasi dari TÃœV Rheinland untuk
teknologi anti-flicker dan low blue light, yang dapat
mengurangi 70% cahaya biru berbahaya untuk kenyamanan mata tanpa mengurangi
kualitas visual. Jadi, dengan tingkat cahaya biru berbahaya yang lebih
rendah, akan lebih aman dan tidak membuat mata mudah lelah, serta tidak
mengganggu kualitas tidur.
Oke, urusan kesehatan mata aman, setidaknya sakit kepala saya tidak sering
kambuh karena kebutuhan mengakses laptop. Sekarang bagaimana dengan
laptopnya? Tenang, ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) memiliki sistem
pendingin berkipas ganda yang sangat efisien untuk memastikan laptop tetap
dingin demi kinerja maksimal. Teknologi ASUS IceCool Plus ini berbentuk tipis
dan ringan, dengan 3 profil kipas yang dapat dipilih berdasarkan kebutuhan
pribadi.
Bekerja lama tidak perlu lagi mencemaskan kesehatan mata dan laptop
yang menemani. Teman-teman penulis pasti juga sering kan, menatap layar berjam-jam saat ide lagi bertebaran? Kalau tidak segera ditulis, takut lupa atau mood-nya hilang.
Kapasitas Penyimpanan Besar
File terbesar saya yang membutuhkan ruang penyimpanan ekstra adalah stok
video. Dalam membuat video berdurasi 10 menit saja, stok videonya bisa
mencapai puluhan. Tidak semua mesti digunakan, karena harus dipilih dulu mana
yang paling bagus dan
angle pengambilannya tepat. Inilah yang membuat implementasi konsep
writerpreneur membutuhkan
storage laptop yang mampu menampung banyak file. Apalagi
saat saya menulis tentang kebudayaaan, stok gambar dan videonya bisa lebih
banyak lagi karena harus meliput cagar budaya, kesenian atau hasil wawancara
dengan narasumber.
Bila bekerja dengan ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400), urusan
storage tak perlu dikhawatirkan lagi. Tersedia up to 512
GB SSD! Mau memindahkan file dari kamera atau smartphone, bisa disimpan dulu
saja di laptop. Tidak perlu langsung dipindahkan lagi ke harddisk eksternal, cukup secara berkala saja. Keribetan jadi berkurang drastis bagi saya yang sering
kali memindahkan file dari smartphone, yang paling sering dijadikan
gawai dokumentasi beragam hal.
Praktis dan Stylish Dibawa Ke Mana-mana
Sebagai seorang ibu yang kesulitan mencari waktu untuk diri sendiri, saya
sudah terbiasa untuk bekerja nomaden, alias berpindah-pindah. Mau di kamar,
di ruang keluarga, atau di jalan pun, saya memanfaatkannya untuk
menyelesaikan target-target menulis dan promosi. Selagi ada waktunya, harus
gerak cepat sebelum antrian urusan anak dan rumah tangga memanggil.
Desain Vivobook Pro 14 OLED (M3400) sangat ringkas dan ringan, yaitu hanya
berbobot 1,4kg serta ketebalan bodi hanya 18,9mm. Tinggal diselipkan
di tas, langsung angkut. Tampilannya pun stylish, dengan pola
chevron anodized bertekstur, serta pilihan warna berani dan unik,
yaitu Cosmos Blue yang menenangkan atau Solar Silver yang awet
muda. Jadi makin percaya diri mau bekerja di mana saya yang saya mau.
Bagi penulis yang hobi mencari "ilham" di sebuah cafe atau tempat khusus, kepraktisan desain fisik Vivobook Pro 14 OLED (M3400) pasti juga sangat membantu. Bepergian pun kini tak lagi menghalangai produktivitas dan kreativitas, karena laptop ini cocok dijadikan teman jalan-jalan.
Cocok untuk Beraktivitas Online
Selama berkumpul dengan teman-teman
writerpreneur yang punya semangat luar
biasa, tanpa bertemu satu sama lain secara langsung, tidak pernah mematikan
langkah untuk tetap melahirkan buku dan mempromosikannnya. Seperti yang saya
singgung sebelumnya, nyaris semua persiapan dan koordinasi dilakukan secara
daring. Baru sekali saja pas
launching buku yang
offline, selebihnya ya
online.
Tentu jaringan internet menjadi penentu. Laptop yang digunakan mesti mampu
menangkap sinyal wi-fi dengan baik. ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)
dilengkapi dengan WiFi 6 (802.11ax), yang memberikan kecepatan jaringan
super cepat untuk transfer file besar yang lebih cepat, dan obrolan video
yang sangat lancar. Ini juga ditingkatkan dengan teknologi ASUS WiFi Master
eksklusif, termasuk ASUS WiFi SmartConnect yang secara otomatis akan memilih
sumber WiFi terbaik.
Belum cukup sampai di situ, dukungan ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) untuk beraktivitas online, juga terwujud dengan ASUS AI Noise-Canceling Technology untuk mengisolasi suara
yang tidak diinginkan dari ucapan manusia. Fitur ClearVoice Mic di aplikasi
MyASUS dapat menyaring kebisingan sekitar, dan mode Multi-Presenter akan
menormalkan semua suara individu dari posisi berbeda. Fitur ClearVoice
Speaker menyaring semua kebisingan sekitar selain ucapan manusia, jadi akan
dapat mendengar jelas apa yang dikatakan orang lain.
Kebayang kan bagaimana nyamannya untuk berdiskusi secara
online dengan teman-teman sesama writerpreneur untuk
mempersiapkan acara dan pastinya saat sesi webinar berlangsung. Bahkan mau di tempat nongkrong juga bisa sambil webinar. WFA atau
bekerja di mana saja benar-benar sangat memungkinkan dengan hadirnya gawai
yang menfasilitasi seperti ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)
ini.
Port Lengkap
Sebesar apa pun
storage yang dimiliki sebuah laptop, tetap ada masanya
membutuhkan
port untuk memindahkan data. Entah itu data dari perangkat lain,
atau ke perangkat lain. Contoh mudahnya saja file foto atau video. Dan yang
kemarin ini sekali saat
launching buku, video-video latar dan pertunjukan
harus dipindahkan dengan
flashdisk ke perangkat operator agar bisa
ditampilkan.
Konektivitas yang dimiliki ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) pastinya
menyediakan port lengkap untuk transfer data, sesuai dengan gawai yang familiar digunakan saat ini. Tersedia port USB 3.2 Gen 2 Type-A
dan port USB 2.0, serta port HDMI dan MicroSD Card reader. Kalau file yang
hendak dipindahkan bersumber dari MicroSD Card smartphone, tidak
perlu lagi card reader ekternal.
Selain spesifikasi dan fitur yang sangat mendukung langkah saya untuk
menjadi writerpreneur tadi, masih ada beberapa keunggulan ASUS Vivobook Pro 14
OLED (M3400) yang tak kalah keren dan tetap dibutuhkan. Misalnya dukungan
untuk privasi pengguna.
Pertama
dan yang pasti akan sering terpakai adalah webcam shield yang dapat
menutup kamera hanya dengan geseran kecil. Tak perlu kelabakan lagi saat
menyadari ternyata kamera masih on, padahal ada kegiatan lain yang
dilakukan sembari mendengarkan paparan materi webinar.
Kedua, terdapat opsi untuk sensor sidik jari pada tombol daya dan Windows Hello.
Jadi tidak perlu lagi mengetikkan kata sandi setiap saat, karena hanya perlu
sentuhan saja. Selain praktis, ini juga menjadi faktor keamanan dalam
penggunaan laptop.
Dengan spesifikasi istimewa seperti ini, tidak berlebihan bila saya sangat merekomendasikannya pada teman-teman penulis yang ingin upgrade menjadi
writerpreneur. Mulai dari menulis, desain gambar, editing foto dan
video, membuat konten yang kreatif, hingga mengadakan sebuah acara daring
seperti webinar, ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) dijamin sangat
mumpuni. Berlama-lama menatap layarnya pun tetap aman di mata. Saat lagi ada
ide dan mood untuk menulis atau melakukan hal lain terkait
"promosi abadi" buku, sudah tak jadi soal. Langsung tuangkan tanpa sisa!
Harga dan Spesifikasi Laptop ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)
Membahas panjang lebar tentang spesifikasi laptop mumpuni untuk produktivitas
tinggi, pasti akan bertanya-tanya, "harganya berapa?"
ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) dijual dengan kisaran harga
11 jutaan.
Dengan harga yang dinilai cukup terjangkau untuk laptop berperforma dan
bertenaga,
membuat laptop ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) menjadi
best value OLED laptop di tahun 2022.
Untuk spesifikasi lebih rincinya, bisa dilihat pada tabel di bawah
ini. Bisa juga langsung melihat lebih detail di https://www.asus.com/id/Laptops/For-Home/Vivobook/Vivobook-Pro-14-OLED-M3400/
Jangan Malu Promosi Buku, Apalagi Takut Dibilang Pamer
Sebagai penulis buku pemula yang mungkin belum punya nama, terkadang promosi
buku menjadi momok yang memancing berbagai pikiran negatif. Takutnya
mengganggu orang lain, malu karena menganggap diri masih belum pantas atau
dikira suka pamer. Saya tidak mengelak, saya juga pernah berada di masa ini
dalam waktu yang lama.
Tetapi, makin ke sini kok semakin sadar bahwa yang rugi bukan mereka yang saya
takutkan akan terganggu, tetapi saya sebagai penulis buku tersebut. Saya sudah
berupaya keras menulis naskah terbaik,sudah dinilai layak terbit, setelah terbit,
malah dibiarkan begitu saja.
Baru tadi pagi, unggahan salah seorang guru menulis saya, Mbak Widyanti
Yuliandari, semakin menyadarkan bahwa apa yang kita sebarkan pada dunia,
baik untuk promosi buku atau bahkan yang berniat pamer sekali pun, selama itu
postif, tidak perlu harus dibayangi oleh berbagai prasangka negatif.
|
Sumber: akun Instagram @widyanti_yuliandari |
"Kembalikan saja ke diri kita dulu, setiap kali ingin menuduh seseorang
pamer. Apakah kita sebenarnya iri dengan kebahagiaannya? Jika iya, maka
itu adalah problem kita, bukan problem mereka yang post."
-Widyanti Yuliandari
Mulai sekarang, kalau ada yang melempar pendangan sengit saat promosi buku,
masalahnya bukan ada pada kita, tetapi mereka. Selama promosi yang dilakukan
masih sesuai etika dan sesuai porsinya, berkiblat pada netizen hanya akan
merugikan diri sendiri dan buku-buku yang diterbitkan.
Seperti pesan yang disampaikan Kirana Kejora,
"Jadikanlah buku-buku itu bukan hanya layak dibeli, tetapi layak
dimiliki, layak dibaca dan memberi manfaat yang
sebesar-besarnya."
Penulis lah yang menunjukkan nilai buku-bukunya.
Dan penulis lah yang punya peran terbesar untuk menentukan nilai seperti apa yang
akan ditunjukkan.
Jangan lupa, penulis juga mesti mengikuti perkembangan teknologi dan
melancarkan promosi di ranah digital. Bagaimanapun kehidupan masa kini sudah
serba digital. Pilihan laptop yang tepat sebagai teman bekerja dan menggapai
asa menjadi seorang writerpreneur harus lah mumpuni, agar proses dan hasilnya
maksimal. ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) ini bisa banget lo dijadikan
pilihan. Recommended!
Salam literasi dan semoga bermanfaat.
Referensi:
https://www.asus.com/id/Laptops/For-Home/Vivobook/Vivobook-Pro-14-OLED-M3400/
Artikel referensi dan gambar yang disediakan oleh penyelenggara
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)