Mengenal Senandika, Curhatmu Bisa Jadi Karya Sastra!

15 comments

Yang hobi curhat merapat! 

Sudah pernahkah kalian mendengar senandika


Senandika

Karya tulis yang satu ini memang belum sefamiliar genre tulisan lainnya, seperti cerpen atau novel. Saya sendiri pun juga baru mengetahui senandika akhir tahun 2021 lalu, ketika sebuah penerbit menawarkan proyek antologi yang mempersilakan para kontributor menulis dengan cara bersenandika.


Saking penasarannya, saya ikutan dan antusias mencoba. Walau hanya bermodal searching seadanya dan belajar otodidak seperlunya. Eh, ternyata seru juga!



Apa itu Senandika?

Merasakan sensasi menulis yang bikin nagih pada antologi pertama, saya belajar lebih jauh tentang senandika di proyek antologi kedua. Bedanya, dalam penulisan naskah kali ini, semua kontributor dibekali dulu dengan ilmu senandika dan dimentori langsung oleh penulis senandika yang sudah berpengalaman dengan buku-buku solonya. 


Sebenarnya apa sih itu senandika? Yuk, kenalan.


Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), senandika diartikan sebagai wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang diperlukan pembaca atau pendengar.


Duh, pengertian yang jelimet, ya. Hehe.

Padahal sederhananya, senandika sama seperti curhat yang diindahkan dan dimaniskan, dengan pemilihan kata yang menggugah perasaan. 


Aku iri. Rasa yang tak sesederhana kata. Terpendam dalam sejauh upayaku meredam. Hal biasa itu tak pernah ada di pagiku. Rambut berantakan yang diikat sekadarnya, hanyalah hasil ayunan anak berusia delapan. Tetapi aku tak punya kuasa, walau asa kuat meraja. 

- dikutip dari senandika berjudul "Hal Biasa yang Tak Ada" yang saya tulis dalam buku Mengeja Bait Hati


Terkesan sedikit lebay, tetapi nyatanya ini diakui sebagai karya, lo!


Bagi yang biasa mencurahkan isi hati di buku diary atau media digital, senandika bisa menjadi jalan tepat untuk berkarya. Curhatan itu bisa bernilai sastra, selama rasanya mampu disampaikan dengan cara yang indah dan dalam. Versi singkatnya, dapat tergambar dari quote-quote galau yang eksis dikalangan muda-mudi. Nah, senandika ini versi panjangnya.


Baca juga: 7 Manfaat Menulis Buku Antologi Bagi Penulis Pemula


Namun perlu digaris bawahi, curhat versi senandika tidak sembarangan. Ada ketentuan dalam penulisan yang harus dijadikan acuan.


Sudut pandang orang pertama (POV1)

Senandika menyuguhkan pergulatan hati penulisnya. Tidak peduli bersumber dari pengalaman sendiri atau orang lain, senandika pada umumnya menggunakan sudut pandang orang pertama atau POV1, yaitu aku. Seolah-olah penulislah yang menjadi tokoh utamanya, walau kenyataannya tidak selalu. 


Tidak ada dialog

Perbedaan yang paling mencolok dari cerpen adalah tidak adanya dialog dalam senandika. Semuanya murni hanya ungkapan hati. Ya, sama seperti saat kita menulis diary. Kalau ingin menggambarkan sebuah dialog, tuangkan dalam wujud narasi. 


Bukan tulisan panjang

Tidak panjang, dalam satu judul sebaiknya hanya berisi sekitar 300-500 kata. Jumlah paragrafnya pun tidak lebih dari lima, dengan jumlah kalimat dalam satu paragraf berkisar 3 sampai 5 saja. Rekomendasi ini tidak terlepas dari bahasa yang tegas dan lugas dalam senandika. Makanya tidak terlalu panjang. 


Permainan diksi

Diksi dalam senandika sangat penting. Keindahan dan manisnya sebuah karya senandika ditentukan oleh bagaimana Sang Penulis mengambil diksi yang tepat. Tidak berarti harus menggunakan kata-kata puitis atau mengandalkan metafora. Kata-kata mainstream yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari pun bisa memiliki  kekuatan diksi.


Meski senandika kaya diksi, seperti halnya puisi, keduanya tetap punya perbedaan yang kentara. Puisi berupa barisan kalimat singkat yang terkadang memiliki makna tersembunyi dan tidak selalu harus mengacu pada struktur kalimat sempurna. Sedangkan senandika, menyuguhkan kalimat yang lebih mudah mengerti dan jelas.


Menyentuh perasaan

KBBI mendefinisikan senandika sebagai sebuah susastra, yaitu karya sastra yang isi dan bentuknya sangat serius, berupa ungkapan pengalaman jiwa manusia yang ditimba dari kehidupan kemudian direka dan disusun dengan bahasa yang indah sebagai sarananya sehingga mencapai syarat estetika yang tinggi.


Keseriusan dan kesungguh-sungguhan dalam menyampaikan isi hati, dilengkapi dengan permainan diksi yang tersusun indah, senandika sejatinya dapat dengan mudah menyentuh perasaan pembacanya. Bukan hanya kisah sedih saja yang bisa diangkat, namun kisah bahagia juga. Selain alur cerita, tersampainya "rasa" menjadi sebuah standar keberhasilan sebuah karya senandika. 



Bermanfaat untuk Healing

Manfaat Senandika

Curhat itu kebutuhan penting. Seteguh apa pun seseorang, ada masa di mana kantong hatinya tak lagi sanggup menahan. Setidaknya saya pernah merasakan ini, bukan sekali, tetapi sering. Kalau tidak segera mencurahkan apa yang sudah seharusnya dikeluarkan, bisa-bisa mental dan emosi saya terganggu dalam waktu yang cukup lama. 


Sayangnya tidak semua hal bisa dengan gamblang diceritakan ke sembarang orang, bahkan kepada orang terdekat sekali pun. Selain itu, kalau tak punya tempat berkeluh kesah, bukan masanya lagi untuk curhat di segala tempat, media sosial misalnya. Yang ada, malah terkesan membuka aib sendiri. Bila respon yang didapat tak seperti yang diharapkan, dampaknya bisa semakin parah.


Baca juga: Menulis sebagai Self-Healing Itu Benar-Benar Bekerja dan Membahagiakan


Manfaat menulis sebagai healing tentu sudah tidak asing lagi. Sejak pandemi, metode yang satu ini makin sering digaungkan karena caranya yang praktis dan hasilnya yang terbukti ampuh. Menulis untuk healing tercapai ketika setiap kata yang ditulis, dapat mewakili setiap beban yang hendak dibagi. Seperti memindahkan kerumitan rasa di diri dalam wadah yang lain, yaitu tulisan. Setelah menulis, ada kelegaan yang hadir. 


Yap, ambillah kesempatan berkarya melalui senandika bila ingin merasakan curhat yang "menghasilkan"! Sebal sama kekasih yang tak lagi perhatian, tulis saja dalam naskah senandika. Disambung terus dengan pengalaman-pengalaman baru dalam judul-judul yang baru, jadilah sebuah naskah utuh buku senandika. Menarik, bukan?


Kapan lagi bisa curhat sambil berkarya? Curhatan yang sebelumnya hanya dinikmati sendiri dalam buku diary, dengan sentuhan berbeda, menjadi layak diakui sebagai sebuah karya sastra. Meski ada ide yang bersumber dari pengalaman orang lain, Si Pemilik Cerita pasti juga bahagia menyaksikan penggalan kisah hidupnya bisa ikut andil dalam lahirnya sebuah karya.


Senandika memungkinkan semua orang untuk curhat dengan positif dan memperoleh hasil yang dijamin positif pula. Alasannya jelas, karena senandika adalah sebuah karya, bukan curhat-curhat biasa yang tak jelas arahnya.


Healing-nya dapat, kemampuan menulis meningkat, demi sebesar-besarnya manfaat. Mana tahu bisa menjadi karya best seller yang sukses mangangkat nama. Aamiiin.


Happy writing dengan bersenandika!

15 comments

  1. Ohh ngerti sekarang 😊.. jadi POV orang pertama, seerti curhat tapi menggunakan diksi yang indah namun ttp mudah dimengerti ya mba.

    Baru kali ini denger senandika. Seneng, jadi nambah knowledge baru :). Sejujurnya jadi pengen belajar utk melatih tulisan berbau senandika gitu 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Emang kayak nulis diary gitu. Agak terkesan lebay sih emang, soalnya ada permainan diksi biar cantik.
      Ayok Mbak dicoba 😉👍🏻

      Delete
  2. Salam kenal mba 😍. Senandika memang jenis tulisan paling asyik buat curhat. Mirip kayak nulis buju harian ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga, Mbak Anggita. Iya, aku pun berasa balik ke zaman SMP pas nyoba nukis senandika. Soalnya waktu itu diary bergembok masih ngehits 😅

      Delete
  3. aku baru tau nama senandika. aku pikir tadi kayak nama orang. unik dan jawa banget kesannya.
    Berarti kalau bahasa "kasarnya" bisa diartikan sebagai jurnal gitu atau diary ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mbak. Yang suka nulis diary, cocok banget nih nyobain senandika 😊

      Delete
  4. Baru tau istilah senandika, suka bikin pas lagi galau hahaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena emang pada dasarnya curhat, aku pun dulu juga sering bikin pas masih gadis 😅

      Delete
  5. Sama-sama, Kak. Semoga karyanya lolos dan segera diterbitkan yaaaa 🤗

    ReplyDelete
  6. Hallo kakak.. Aku akhir-akhir ini lagi belajar juga tentang senandika, barangkali ada info tentang komunitas/pelatihan senandika yang kakak tahu boleh di share ya kak.. Hehe terima kasih 😆☺

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Kak. Belakangan ini belum ada lagi aku nemu info kelas senandika. Jarang banget yg ngadain

      Delete
  7. Assalamualaykum Mbakk.. baru nemu tulisan ini ;) ngangenin ya bersenandika..

    ReplyDelete
  8. Terima kasih sharing-nya. Jadi makin ngerti teknisnya bersenandika.

    ReplyDelete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)