"Awal semester ini, anak-anak sudah diperbolehkan membawa bekal. Namun pastikan yang simpel-simpel saja ya, Bu, Pak."
Itulah pesan yang disampaikan oleh kepala sekolah anak pertama saya, awal bulan lalu. Kuncinya ada di simpel. Saya menerjemahkan maksud dari simpel ini adalah bekal yang pas dan cocok dimakan anak di suasana pandemi dan keadaan sekolah tatap muka yang baru saja dilaksanakan dengan segala pembatasan.
Penerapan protokol kesehatan tentu sangat ketat. Bahkan dari jenis botol minum pun sampai di atur, yaitu harus memakai sedotan agar tidak perlu membuka masker sepenuhnya atau terlalu besar ketika anak merasa haus. Jam sekolah yang masih 1,5 jam, pastinya juga menjadi pertimbangan bagi saya untuk menentukan bekal yang cocok.
Penerapan bekal yang mengusung tema kelengkapan gizi mungkin belum bisa saya terapkaan dulu di awal PTM ini. Kenapa? Alasan pertama, jelas sekali bahwa waktu makan pasti sangat terbatas. Biasanya bekal yang bergizi lengkap, akan lebih banyak komponen dan bersifat makanan berat. Jadi, bekal yang saya siapkan harus memenuhi tiga syarat berikut.
Praktis Dimakan
Saya memastikan bekal yang dibawa anak sangat mudah dimakan. Sebisa mungkin saya menghindari penggunaan sendok. Mentok-mentok garpu saja untuk menusuk makanannya. Tidak menyendok seperti memakan menu utama seperti nasi, mie dan sebagainya. Maunya tinggal comot dan sekali hap.
Tidak Berantakan
Pernah sekali, saya membekalkan bakpao isi cokelat. Ternyata anak saya protes karena cokelatnya meleber ke mana-mana dan itu membuatnya kesulitan membersihkan di tengah keterbatasan gerak. Akhirnya saya menjadikan tidak berantakan sebagai salah satu syarat yang tidak boleh dikesampingkan. Baik itu dari remah yang berserakan, isi yang terlalu meleleh, apalagi yang harus disendok dan berkuah krim. Walau terpaksa ada saos tertentu yang mesti dipakai, pastikan tidak berlebihan dan saus tersebut sangat kental. Jadi tidak mudah menetes dan belepotan.
Lebih Ringan
Bukan hanya dari pilihan jenis makanannya yang lebih sepeti snack, porsinya juga mesti disesuikan dengan waktu makan yang sempit. Jadi saya lebih memilih bekal yang sederhana. Porsinya juga lebih sedikit, agar setiap bekal yang dibawa habis.
Dasar saya menetapkan persyaratan itu demi memudahkan saya memilih dan memilah bahan saat belanja dan memikirkan menu apa yang sebaiknya dibuat. Takutnya, susah-susah masak, malah anaknya tidak bisa menghabiskan karena keterbatasan waktu makan.
Baca juga: 3 Tahun Anakku Susah Makan, Ternyata Inilah Penyebabnya
Selama tiga minggu tatap muka ini, saya baru berani membekali satu jenis makanan saja dan alhamdulillah bisa dihabiskan anak. Porsinya pas dan makannya tidak ribet. Sebagai referensi, empat ide bekal makanan super duper praktis ini bisa jadi pilihan. Sebagai bocoran, saya bukan tipe ibu kreatif, jadi sebisa mungkin dalam soal masak-masak, saya juga memikirkan cara yang paling simpel. Malah sebagian besar tidak di masak. Yang penting tetap enak dan tidak ngasih sembarang makanan.
Frozen Food
Khusus untuk sosis dan bakso, biasanya saya kreasikan. Misalnya sosis yang dibalutkan mie atau bakso yang dibakar dengan lumuran kecap. Kalau ingin lebih mempermudah anak, biasanya juga saya beri tusuk sate atau tusuk gigi untuk menghindari pengambilan langsung dengan tangan. Kenapa tidak garpu? Sebenarnya garpu memang lebih familiar digunakan, namun anak saya biasanya lebih antusias dengan peralatan makan yang jarang ia gunakan.
Buah
Mungkin nanti buahnya akan saya lebih variasikan lagi. Soalnya saya belum menemukan buah yang lebih praktis dimakan selain yang tiga ini. Inginnya juga memasukkan pisang, tapi takutnya kalau dikupas dari rumah, malah menghitam dan tidak menarik untuk dimakan. Walau masih rencana, kemungkinan besar akan saya olah sederhana. Seperti membuat pisang karamel (diaduk ke gula cair) lalu ditusuk seperti sate agar mudah dimakan. Buah ini sangat bisa dikreasikan oleh ibu.
Roti
Biskuit atau Cookies
Baca juga: Perhatikan 4 Hal Ini dalam Memilih Sekolah Anak Usia Dini
Itulah beberapa ide bekal anak yang bisa dijadikan referensi bagi ibu-ibu penyuka kepraktisan seperti saya. Bisa juga ditambah satu kotak susu UHT kesukaan anak agar lebih mengenyangkan lagi.
Satu hal yang mesti diperhatikan saat membeli makanan yang sudah dalam bentuk kemasan, terutama frozeen food, biskuit atau cookies yang dibahas sebelumnya, pastikan tercantum tabel nutrisi, komposisi, izin BPOM dan sertifikat halal MUI bagi umat Islam. Saya pun juga lebih memilih merek-merek yang sudah tepercaya karena dipastikan terjamin kualitasnya. Walau memang harganya sedikit lebih mahal.
Bila nanti kondisi lebih kondusif dan pandemi berakhir, mungkin saran ahli kesehatan untuk menyediakan bekal yang bergizi lengkap bisa kembali diterapkan. Tapi untuk saat sekarang ini, saya lebih menganggap bekal sekolah anak sebagai cemilan, makanya cukup dengan satu jenis menu saja atau maksimal sekali dua jenis.
Bagaimana dengan ibu-ibu yang lain? Adakah ide bekal anak TK yang cocok untuk masa-masa awal sekolah tatap muka ini? Yuk, sharing di kolom komentar. Nanti kalau ada update ide terbaru, akan saya share juga di artikel terbaru dengan link yang ditambahkan dalam artikel ini.
Semoga bermanfaat dan selamat mendampingi anak-anak kita untuk sekolah tatap muka kembali.
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)