Penggunaan media sosial sudah terasa begitu melekat dalam kehidupan "zaman now" yang penggunanya tidak hanya terbatas pada para remaja saja, tapi hampir disemua tingkatan usia memiliki akun media sosial. Bahkan beberapa pengguna bisa memiliki lebih dari satu akun sesuai dengan kebutuhan dan tujuan berbeda.
Media sosial yang dulunya hanya digunakan sebagai kebutuhan pribadi, kini berkembang menjadi sebuah platform yang mampu memberikan banyak manfaat lain dengan fitur-fitur yang selalu berkembang. Mulai dari berjualan produk barang dan jasa, tempat berbagi dan memperoleh informasi, tempat mempublikasikan dan memamerkan hasil karya, serta banyak kegunaan lainnya yang menunjang kebutuhan para milenial saat ini.
Mayoritas pengguna media sosial berlomba-lomba untuk mendapatkan follower atau pengikut agar semakin banyak yang melihat dan mendapatkan like di setiap posting-an. Entah kenapa follower dan like selalu menjadi hal yang paling penting dan paling utama. Buktinya banyak pengguna yang merasa sakit hati jika tidak di follow back sehingga yang awalnya telah memencet tombol follow malah di-unfollow. Atau yang lebih ekstrim, berkoar-koar dalam posting-an akun media sosial pribadi mengenai ketidaksenangannya terhadap akun-akun yang tidak men-follow back.
Faktanya, jika diamati berdasarkan tujuannya, ada dua kelompok pengguna media sosial.
1. Sebatas Kebutuhan Pribadi
Penggunaan media sosial untuk kebutuhan pribadi biasanya tidak terlalu fokus untuk menaikkan jumlah follower walaupun masih merasa bahagia jika follower-nya terus bertambah. Ada pengguna yang hanya menggunakan media sosial untuk mendapatkan informasi tanpa pernah posting apapun, dan ada juga yang selalu aktif men-posting. Biasanya jaringan pertemanan akun ini hanyalah orang-orang yang dikenali dan akun-akun penyedia informasi yang dibutuhkan.
Baca juga
Stop Hoax Di Kamu!
Tips Mendapatkan Dampak Positif Gadget untuk Tumbuh Kembang Anak
Ada Apa dengan Parenting Blogger?
Tips Lulus Tes CPNS
Bolehkan Mengirim Naskah ke Beberapa Penerbit Sekaligus?
2. Kebutuhan Pekerjaan atau Komersil
Nah, tipe pengguna ini sangat peduli akan jumlah follower. Semakin banyak follower, maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh. Semakin banyak like yang didapatkan, maka semakin eksis pula akun tersebut. Misalnya saja akun toko online, penerima endorse, perusahaan, influencer dan termasuk juga blogger.
Setelah mengetahui dua kelompok pengguna media sosial ini, masih berhakkah kita kesal atau marah saat akun yang di-follow tidak menunjukkan gelagat akan men-follow back?
Mari posisikan diri kepada setiap kelompok tersebut.
Jika kita menggunakan media sosial sebagai akun pribadi untuk menjalin pertemanan dengan orang yang dikenal atau untuk mencari informasi saja, apakah kita akan merasa nyaman jika di-follow oleh akun yang tidak dikenali apalagi profilnya tidak memberikan sesuatu manfaat yang positif? Pastinya tidak. Tanpa berpikir lama kita tidak akan follow back. Begitu juga sebaliknya, kita juga pasti lebih pemilih dalam men-follow akun lain bukan? Jika tidak kenal, tidak tertarik dan tidak mendapatkan manfaat apa-apa, apakan masih mau memencet tombol follow? Jawabannya pasti tidak. Bahkan untuk melindungi akun-akun yang seperti ini, Facebook sebagai pemilik Instagram telah memberikan fitur pilihan "Private" agar tidak semua orang bebas melihat aktivitas penggunanya.
Tapi jika kita menggunakan media sosial untuk kebutuhan pekerjaan atau komersil, yang menjadi tujuan utama hanyalah meningkatkan jumlah follower agar semakin banyak pula pasang mata yang melihat postingan kita. Apakah masih peduli dengan kenal atau tidaknya? Bermanfaat atau tidaknya? Memberikan informasi atau tidak? NO. Yang pasti, semakin banyak follower maka semakin eksis pula akun kita. Akun ini bisa saja men-follow akun lain secara random dan banyak, berkomentar dimana-mana, membeli follower, dan cara-cara lainnya. Untungnya, mungkin hampir seluruh media sosial telah memberikan fitur "Promotions" untuk membantu akun-akun dengan tujuan seperti ini.
Mulai sekarang, jangan lagi ada kekesalan dan kemarahan di antara kita karena fenomena follow back ini ya.
Semoga bermanfaat.
Mayoritas pengguna media sosial berlomba-lomba untuk mendapatkan follower atau pengikut agar semakin banyak yang melihat dan mendapatkan like di setiap posting-an. Entah kenapa follower dan like selalu menjadi hal yang paling penting dan paling utama. Buktinya banyak pengguna yang merasa sakit hati jika tidak di follow back sehingga yang awalnya telah memencet tombol follow malah di-unfollow. Atau yang lebih ekstrim, berkoar-koar dalam posting-an akun media sosial pribadi mengenai ketidaksenangannya terhadap akun-akun yang tidak men-follow back.
Apakah wajib untuk men-follow back semua akun yang telah men-follow kita?
Apakah semua pengguna media sosial berpendapat sama?
Faktanya, jika diamati berdasarkan tujuannya, ada dua kelompok pengguna media sosial.
1. Sebatas Kebutuhan Pribadi
Penggunaan media sosial untuk kebutuhan pribadi biasanya tidak terlalu fokus untuk menaikkan jumlah follower walaupun masih merasa bahagia jika follower-nya terus bertambah. Ada pengguna yang hanya menggunakan media sosial untuk mendapatkan informasi tanpa pernah posting apapun, dan ada juga yang selalu aktif men-posting. Biasanya jaringan pertemanan akun ini hanyalah orang-orang yang dikenali dan akun-akun penyedia informasi yang dibutuhkan.
Baca juga
Stop Hoax Di Kamu!
Tips Mendapatkan Dampak Positif Gadget untuk Tumbuh Kembang Anak
Ada Apa dengan Parenting Blogger?
Tips Lulus Tes CPNS
Bolehkan Mengirim Naskah ke Beberapa Penerbit Sekaligus?
2. Kebutuhan Pekerjaan atau Komersil
Nah, tipe pengguna ini sangat peduli akan jumlah follower. Semakin banyak follower, maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh. Semakin banyak like yang didapatkan, maka semakin eksis pula akun tersebut. Misalnya saja akun toko online, penerima endorse, perusahaan, influencer dan termasuk juga blogger.
Setelah mengetahui dua kelompok pengguna media sosial ini, masih berhakkah kita kesal atau marah saat akun yang di-follow tidak menunjukkan gelagat akan men-follow back?
Mari posisikan diri kepada setiap kelompok tersebut.
Jika kita menggunakan media sosial sebagai akun pribadi untuk menjalin pertemanan dengan orang yang dikenal atau untuk mencari informasi saja, apakah kita akan merasa nyaman jika di-follow oleh akun yang tidak dikenali apalagi profilnya tidak memberikan sesuatu manfaat yang positif? Pastinya tidak. Tanpa berpikir lama kita tidak akan follow back. Begitu juga sebaliknya, kita juga pasti lebih pemilih dalam men-follow akun lain bukan? Jika tidak kenal, tidak tertarik dan tidak mendapatkan manfaat apa-apa, apakan masih mau memencet tombol follow? Jawabannya pasti tidak. Bahkan untuk melindungi akun-akun yang seperti ini, Facebook sebagai pemilik Instagram telah memberikan fitur pilihan "Private" agar tidak semua orang bebas melihat aktivitas penggunanya.
Tapi jika kita menggunakan media sosial untuk kebutuhan pekerjaan atau komersil, yang menjadi tujuan utama hanyalah meningkatkan jumlah follower agar semakin banyak pula pasang mata yang melihat postingan kita. Apakah masih peduli dengan kenal atau tidaknya? Bermanfaat atau tidaknya? Memberikan informasi atau tidak? NO. Yang pasti, semakin banyak follower maka semakin eksis pula akun kita. Akun ini bisa saja men-follow akun lain secara random dan banyak, berkomentar dimana-mana, membeli follower, dan cara-cara lainnya. Untungnya, mungkin hampir seluruh media sosial telah memberikan fitur "Promotions" untuk membantu akun-akun dengan tujuan seperti ini.
Mulai sekarang, jangan lagi ada kekesalan dan kemarahan di antara kita karena fenomena follow back ini ya.
Karena tidak semua pengguna media sosial memiliki maksud dan tujuan yang sama. Jika tertarik silahkan di-follow tapi jangan memaksa untuk di-follow back, apalagi sampai marah-marah nggak jelas.
Semoga bermanfaat.
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)