Menjadi orang tua memang banyak tantangannya. Salah satu tantangan yang lumayan membuat pusing adalah saat dimana anak harus berpisah dengan diapers-nya. Membayangkan betapa banyaknya celana yang yang akan terkena ompol, betapa seringnya mengganti seprei, betapa ribetnya setiap kali membersihkan lantai yang basah dan banyak lagi masalah memusingkan lainnya. Tak jarang karena hal inilah orang tua merasa tidak siap dan merasa deg-degan saat memulai toilet training.
Hal yang sama juga sempat aku rasakan, bahkan jauh sebelum toilet training ini benar-benar aku lakukan kepada Byan, anak pertamaku. Apalagi kondisinya disaat itu aku baru saja melahirkan anak kedua. Ingin menunda, tapi usia Byan sudah lebih dari 2 tahun. Makanya dengan sedikit terpaksa, mau tidak mau, aku harus segela memulainya.
Hal yang sama juga sempat aku rasakan, bahkan jauh sebelum toilet training ini benar-benar aku lakukan kepada Byan, anak pertamaku. Apalagi kondisinya disaat itu aku baru saja melahirkan anak kedua. Ingin menunda, tapi usia Byan sudah lebih dari 2 tahun. Makanya dengan sedikit terpaksa, mau tidak mau, aku harus segela memulainya.
Percobaan pertama, dilakukan saat usia Byan tepat 2,5 tahun. Hasilnya? Gagal. Dia tidak mau sama sekali BAB di toilet dan selalu pipis dicelana kerana selalu menolak setiap kali diajak ke kamar mandi. Setelah 3 hari berlalu tanpa perubahan, akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk menunda sejenak toilet training ini.
Percobaan kedua, dilakukan kembali saat usia Byan hampir memasuki 3 tahun. Hasilnya tetap saja gagal. Meskipun ada sedikit peningkatan karena sesekali sudah mulai mau pipis di kamar mandi, namun masalah penolakan BAB malah semakin parah. Dia lebih memilih menahan BAK beberapa kali dan BAB sehingga membuat khawatir akan datangnya penyakit. Akhirnya aku memutuakan menunda kembali sesi toilet training ini.
Barulah saat percobaan ketiga, kita berhasil!
Aku sebagai ibu yang paling lama menghabiskan waktu di rumah bersama anak, apalagi dengan dua anak, sangat menghindari sesuatu yang memusingkan kepala dan menambah pekerjaan baru. Jadi inilah beberapa tips yang bisa mensiasati ke-ribet-an pada masa toilet training anak. Orang tua happy dan anak pun menjalaninya dengan santai.
Jangan Terlalu Saklek dengan Aturan
2 tahun, usia yang dianjurkan untuk lepas dari penggunaan popok sekali pakai dan diharapkan anak sudah bisa BAK dan BAB di toilet. Apakah kenyataannya harus sesuai? Tidak. Kondisi anak, kondisi orang tua dan kondisi lingkungan sangat berpengaruh. Tidak perlu terlalu saklek dengan segala macam peraturan yang ada. Tidak perlu juga memaksakan diri dan memaksa anak untuk mencapai target yang sesuai dengan segala anjuran-anjuran yang ada. Tidak harus juga membandingkan anak yang satu dengan anak lainnya karena kesiapan dan keadan masing-masing anak berbeda. Tunggulah hingga keadaan memungkinkan dan orang tua beserta anak sama-sama siap untuk memulai sesi toilet training. Percayalah, anak tidak akan selamanya betah memakai diapers. Ada masanya dia merasa lebih nyaman untuk BAK dan BAB di toilet, yang tentunya tetap harus dibantu oleh orang tua.
Jangan Memaksa!
Meskipun terlihat sederhana, tapi bagi anak ini tidaklah sesederhana itu. Banyak penyesuaian yang terjadi saat toilet training. Biasanya anak bisa pipis dimana saja, kapan saja, bahkan tanpa sadar sekalipun. Sekarang diharuskan meminta untuk diantarkan ke kamar mandi dan harus menginterupsi kegiatan bermainnya. Apakah itu tampak mudah bagi anak? Jangan pernah sesekali memaksakan kehendak dan membayangkan semuanya berjalan sesuai rencana. Disini yang menjadi objeknya bukanlah kita, tapi anak. Maka mengertilah akan keadaan dan perasaan anak. Jika kali ini belum berhasil, maka berilah sedikit jeda untuk memulainya kembali.
Pastikan Anak Sudah Bisa Mengatakan Ingin BAK atau BAB
Sebesar apapun usaha orang tua agar anak memberitahu saat dia kebelet BAK atau BAB, jika tidak diimbangi dengan kemampuan anak untuk menyampaikan hasrat tersebut, semuanya akan sia-sia. Seperti saat aku melakukan percobaan toilet training untuk pertama kalinya, Byan sama sekali tidak masalah dengan celananya yang basah dan tampak tidak menyadarinya karena tidak mengganggu aktivitasnya sama sekali. Untuk menghindari hal seperti inilah sebaiknya orang tua memulai toilet training disaat anak sudah sadar dan tahu kapan dirinya ingin BAK dan BAB dan merasa risih saat celananya basah. Jika sudah begini, dijamin toilet training akan berjalan dengan lancar.
Baca juga
4 Kata Wajib yang Harus Diajarkan kepada Anak
Mempersiapkan Mental Anak agar Terhindar dari Depresi
Pro-Kontra Memarahi Anak, Kamu Di Tim Mana?
Tips Menjaga Kesehatan Mata Anak saat Bermain Gadget
Cara Mengatasi Sembelit pada Anak
Baca juga
4 Kata Wajib yang Harus Diajarkan kepada Anak
Mempersiapkan Mental Anak agar Terhindar dari Depresi
Pro-Kontra Memarahi Anak, Kamu Di Tim Mana?
Tips Menjaga Kesehatan Mata Anak saat Bermain Gadget
Cara Mengatasi Sembelit pada Anak
Tahap Awal, Tidak Masalah Jika Masih Menggunakan Diapers saat Tidur atau Bepergian
Meskipun saat terjaga anak sudah berhasil lepas dari diapers, belum tentu saat tertidur dia bisa bangun dan meminta ke toilet. Sebaiknya tetap dipakaikan saja diapers saat anak tidur agar pekerjaan orang tua tidak bertambah untuk mengganti seprei dan menjemur kasur yang basah. Selain itu, saat bepergian keluar rumah, apalagi melakukan perjalanan jauh yang tidak tahu toiletnya ada dimana, sebaiknya diapers juga tetap dipakaikan agar orang tua tidak kebingungan jika tiba-tiba anak meminta ke toilet atau sudah ngompol dicelana duluan. Hal ini bukanlah sebuah bentuk ketidak-konsistenan orang tua, namun lebih dikarenakan untuk menyamankan orang tua dan anak selama masa toilet training. Ini tidak akan selamanya terjadi, lama-kelamaan anak pasti akan menolak juga untuk pipis di diapers meski dipaksa sekalipun dan lebih memilih untuk ke kamar mandi. Nanti saat tidur pun anak juga tidak akan mengompol sama sekali, dengan syarat bahwa anak sudah diajak pipis sebelum tidur dan jangan terlalu banyak minum saat mendekati jam tidur. Aku sudah membuktikan ini.
Anak ngompol dicelana? Slow saja, Bun. Jangan terburu-buru mengganti celananya. Biarkan anak merasakan dulu ketidaknyamanannya dan meminta secara sadar untuk mengganti celana. Hal ini dimaksudkan untuk mengajarkan kesadaran anak hukum sebab-akibat. Jika pipis dicelana, maka celana akan basah dan membuat tidak nyaman.
Biasanya anak lebih sulit diajak BAB di toilet dari pada BAK yang hanya memakan sedikit waktu. Sering kali anak tidak jadi BAB atau menahannya hingga berhari-hari sehingga membuat orang tua khawatir. Buatlah waktu BAB ini senyaman mungkin. Bisa dengan cara mengizinkannya memegang mainan selama BAB, menemani dan memeganginya, atau bisa juga dengan menempelkan gambar-gambar lucu pada dinding kamar mandi. Meskipun tidak instan, tapi dengan memberikan kenyamanan seperti ini akan membuat anak lebih rileks saat duduk di toilet dan bisa BAB dengan lancar.
Tawari Anak untuk Ke Toilet setiap 1 Jam
Konsentrasi anak yang hanya terpusat kepada satu hal yaitu bermain, membuat dia sering lupa jika ingin BAK dan BAB. Ingatkanlah anak untuk ke toilet setiap 1 jam untuk menghindari mengompol dicelana. Sesekali anak akan menolak meskipun sebenarnya sudah menahan BAK atau BAB karena takut keharusannya untuk ke toilet mengganggu jam bermainnya. Tugas orang tualah untuk memperkirakan jeda waktu anak untuk BAK. Jika sudah lebih dari 3 jam anak belum juga BAK, maka sebaiknya anak sedikit dipaksa untuk ke toilet. Tentunya dengan cara yang baik ya.
Teman Sebayanya Bisa Dijadikan Pemicu Semangat
Berbeda dengan membandingkan, memberikan contoh teman sebaya anak yang sudah berhasil BAK dan BAB di toilet bisa memancing motivasinya. Misalnya "Dia sudah bisa pipis di toilet, loh. Kemarin Bunda lihat. Ayo Byan pasti bisa, Byan kan sudah besar sama kayak temannya". Pilihlah kalimat yang mampu menambah keinginan anak untuk melakukan hal yang sama dengan temannya dan jangan sekali-kali mengeluarkan kata-kata yang membuat seolah-olah anak kita tidak sepintar teman-temannya.
Berikan Pujian, Penting!
Apapun hal baik yang dilakukan anak, besar atau kecil, jangan lupa untuk meberinya pujian. Tidak terkecuali untuk keberhasilan anak dalam setiap langkah menjalani masa toilet training ini. Dengan memberikan pujian, anak akan merasa senang dan semakin bersemangat untuk melakuakn hal yang sama kembali. "Wah, kamu pintar sekali bisa pipis di toilet. Sudah besar anak Bunda. Sini peluk dulu". Sangat mudah bukan? Hal yang terlihat sepele tapi berdampak besar.
Itulah beberapa hal yang aku terapkan kepada Byan pada masa toilet training-nya. Alhamdulillah dia sudah benar-benar lepas dari diapers saat berusia 3 tahun 5 bulan. Meskipun terlambat dari yang seharusnya, tapi aku menjalankan masa-masa ini dengan santai dan tidak perlu kerepotan membersihkan BAK yang tumpah dimana-mana, tidak perlu marah-marah dan tidak perlu mencuci banyak celana yang tak kunjung kering dimusim penghujan. Byan juga tampak tidak kesulitan untuk mengungkapkan keinginannya BAK atau BAB, semuanya berjalan seperti yang seharusnya.
Semoga bermanfaat.
dua anakku dari umur setahun sudah gak ngompol lagi
ReplyDeleteWaah cepet banget lepas diapers-nya ya Mba. Salut!
Delete