Semua butuh proses. Begitulah gambaran saat mempersiapkan mental anak dalam mengikutsertakannya dalam sebuah kompetisi atau perlombaan. Jangan mentang-mentang orang tua menganggap lomba yang akan diikuti adalah sebuah perlombaan yang enteng dan pasti bisa dilakukan oleh anak, tanpa ada persiapan langsung saja mendaftarkan anak dan mengantarkannya ke lokasi. Bisa saja anak menjadi cranky dan menolak saat acara berlangsung.
Mempersiapkan anak tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, namun ada beberapa langkah yang harus dilakukan orang tua dan pastinya akan memakan waktu yang tidak sebentar. Lalu bagaimana caranya agar anak berani dan benar-benar siap saat mengikuti lomba? Lakukanlah beberapa hal ini.
Memperkenalkan identik dengan kata APA. Misalnya jika ingin mengikuti lomba mewarnai, perkenalkan dulu apa itu mewarnai dan alat apa saja yang digunakan. Atau jika ingin turut serta dalam lomba sepeda, harus diperkenalkan dulu apa itu sepeda, fungsi bagian-bagiannya, cara menaikinya, mengayuhnya atau alat pengamannya seperti helm dan protector. Sebaiknya anak harus bisa membedakan mana yang dikatakan lomba dan mana yang dikatakan bermain. Berilah pengertian bahwa dalam sebuah perlombaan atau kompetisi akan ada pemenang serta ada juga yang kalah, dan tujuan untuk mengikuti ini adalah memegang piala kemenangan. Jadi anak mengerti bahwa saat lomba berlangsung harus melakukannya dengan sebaik mungkin. Pada tahap ini orang tua bisa melihat ketertarikan anak terhadap bidang yang dipilih. Jika dari awal anak sudah menunjukkan penolakannya walaupun sudah beberapa kali mencoba memperkenalkan, sebaiknya carilah bidang lain yang sesuai dengan minat anak.
Mengajarkan identik dengan kata HOW TO atau BAGAIMANA CARANYA. Jika sudah diperkenalkan, maka ajarkan anak secara terus menerus dengan sabar dan konsisten. Orang tua dituntut untuk dapat menguasai tips dan trik mengajari anak agar proses ini berjalan baik. Mungkin bisa dengan menciptakan suasana yang santai, sambil bermain, membuat keseruan dan sebagainya. Semakin sering mengajarkan anak, maka semakin besar pula kemungkinan anak akan menerima dan menyerap informasi tersebut. Setiap anak membutuhkan waktu yang berbeda dalam proses belajar, ada yang cepat memangkap dan ada pula yang butuh waktu lebih lama. Semua ini tergantung kepada keadaan anak, ketertarikan, fokus, cara ajar, suasana, dan banyak lagi faktor berpengaruh lainnya.
Belajar tanpa latihan adalah hal yang percuma. Mengajarkan dan melatih adalah dua hal berbeda namun harus sejalan. Jika dalam proses sebelumnya lebih banyak bersifat teori, maka disaat latihan ini lebih fokus kepada praktek. Beri ruang kepada anak untuk bereksplorasi sesuai kemampuannya. Pada tahap ini tugas orang tua hanya mengawasi dan mengarahkan jika anak melakukan hal yang terlalu berbeda dari teori yang diajarkan. Dengan contoh yang sama, jika anak berlatih untuk mewarnai maka orang tua cukup menyediakan semua peralatan yang dibutuhkan lalu biarkan anak melakukannya secara mandiri sesuai dengan instruksi yang diberikan. Jika ada beberapa coretan warna yang masih keluar dari pola, biarkan saja dulu sampai anak-anak benar-benar selesai. Semakin sering anak diarahkan dan terlalu sering mendengar "kecerewetan" orang tua, maka tekanan yang dirasakannya semakin besar. Kecuali anak melakukan hal lain seperti mencoret meja, melempar peralatan gambar atau malah merusaknya. Disaat ini barulah orang tua bisa memberikan teguran atau mengakhiri saja proses latihan dan mengulangnya kembali dilain waktu. Setelah proses latihan selesai, orang tua harus mengevaluasi hasil dan jika ada kekurangan bisa dijadikan bahan ajar untuk sesi selanjutnya.
Biasanya pengumuman lomba telah disebarluaskan jauh-jauh hari sebelum waktu pelaksanaan. Sebaiknya tanyakan dulu kepada anak apakah dia berminat untuk mengikuti lomba atau tidak. Atau bisa juga dengan langsung memberikan informasi mengenai keikutsertaannya dalam perlombaan jika orang tua benar-benar yakin sang anak mampu mengikutinya. Memberikan pengarahan dan pengertian mengenai lomba ini harus dilakukan jauh-jauh hari sebelum hari H agar anak tidak kaget, apalagi bagi anak yang baru pertama kali mengalaminya. Orang tua bisa memberikan gambaran bagaimana susana lomba, apa yang harus dilakukan, keseruannya, ramainya, atau apapun yang bisa membuat ketertarikan anak semakin besar. Lakukanlah sesering mungkin agar anak semakin siap.
Semua orang tua pasti selalu ingin mendampingi dan memberikan pertolongan demi kemudahan si anak dalam melakukan berbagai hal. Tapi dalam sebuah perlombaan, anak akan melakukan semuanya sendiri dan mandiri. Biasanya orang tua hanya diperbolehkan untuk melihat dari luar area lomba agar tidak mengganggu jalannya acara. Pada tahap latihan, orang tua juga harus berlatih untuk memberikan kepercayaan penuh kepada anak agar rasa percaya diri anak juga semakin kuat. Jangan sampai sedikit-sedikit membantu anak padahal dia belum butuh bantuan.
Kalah menang dalam lomba itu biasa. Apapun hasilnya, berilah apresiasi disetiap tahap yang dilalui anak. Mulai dari tahap memperkenalkan sampai nanti saat perlombaan berakhir. Yang paling penting disini adalah prosesnya, bukan hasilnya. Jika anak menang, itu adalah bonus. Apresiasi bisa diberikan dalam bentuk pelukam, pujian, memberikan mainan kesukaannya atau makan direstoran favoritnya. Dengan cara ini, anak akan merasa dihargai dan tentunya tidak trauma jika diajak kembali untuk melakukan perlombaan lain.
2 Memaksa anak mengikuti perlombaan dalam bidang yang tidak disukai.
3 Harus menang!
4 Membandingkan dengan anak lainnya.
Baca juga
Mempersiapkan Mental Anak agar Terhindar dari Depresi
W Sitting pada Anak Berbahaya. Benarkah?
Tips Mendapatkan Dampak Positif Gadget untuk Tumbuh Kembang Anak
Balance Bike, Melatih Keseimbangan Otak dan Tubuh Anak
Lego, Permainan Serba Kotak yang Mampu Mengembangkan Motorik Anak
Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan mental anak agar siap mengikuti perlombaan. Tetap saja peran terbesar masih dipegang oleh orang tua dalam melalui setiap tahapan belajar anak. Bergabung dengan sebuah komunitas bisa menjadi pilihan tepat agar orang tua dan anak bisa sama-sama belajar dan berlatih demi hasil yang maksimal.
Mempersiapkan Mental Anak agar Terhindar dari Depresi
W Sitting pada Anak Berbahaya. Benarkah?
Tips Mendapatkan Dampak Positif Gadget untuk Tumbuh Kembang Anak
Balance Bike, Melatih Keseimbangan Otak dan Tubuh Anak
Lego, Permainan Serba Kotak yang Mampu Mengembangkan Motorik Anak
Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan mental anak agar siap mengikuti perlombaan. Tetap saja peran terbesar masih dipegang oleh orang tua dalam melalui setiap tahapan belajar anak. Bergabung dengan sebuah komunitas bisa menjadi pilihan tepat agar orang tua dan anak bisa sama-sama belajar dan berlatih demi hasil yang maksimal.
Semoga bermanfaat.
Kereeennn...sangat bermanfaat
ReplyDeleteKunjungi balik blok saya
https://lemari-literasiku.blogspot.com
Makasi 🤗
DeleteOke siipp 👍🏾