Anak sekarang nggak boleh dimarahin, zamannya udah beda. Kalau kita dulu iya didikannya keras, apa-apa dimarahin.
Orang tua zaman sekarang sudah memiliki pola didikan yang jauh berbeda dari orang tua kita zaman dulu. Tidak diperbolehkan lagi memarahi anak, apalagi memukul. Bahkan bukan orang tua saja, sistem pendidikan di sekolah pun juga berevolusi demi menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Banyak pula pakar anak yang menyatakan bahwa memarahi anak bukanlah solusi yang baik untuk mendidiknya menjadi pribadi yang baik, alih-alih menjadikan dia menurut, anak malah berontak dan melakukan yang sebaliknya. Hampir seluruh orang tua yang setuju dengan hal ini, "tidak boleh memarahi anak". Lebih memilih untuk sabar dan mengikuti keinginan sang anak demi mempertahankan komitmen.
Aku menjadi kaum minoritas diantara ibu-ibu lain yang memilih untuk tidak memarahi anaknya. Aku tidak sepenuhnya setuju dengan didikan seperti ini. Kenapa?
Jauh sebelum aku melahirkan anak pertama, memang rasanya tega sekali jika sampai suatu saat aku memarahi anak sendiri. Melihat anak orang lain dimarahi saja aku tidak tega. Namun sekarang prakteknya berbeda, aku lebih memilih untuk "tega" sesaat demi menanamkan sebuah pelajaran baik kepada anak.
Karena dalam kenyataannya,ada saat dimana anak harus dimarahiagar tidak berakibat burukuntuk dirinya atau orang lain.
Jauh sebelum aku melahirkan anak pertama, memang rasanya tega sekali jika sampai suatu saat aku memarahi anak sendiri. Melihat anak orang lain dimarahi saja aku tidak tega. Namun sekarang prakteknya berbeda, aku lebih memilih untuk "tega" sesaat demi menanamkan sebuah pelajaran baik kepada anak.
Sebagai ibu, aku harus memberikan pengertian kepada anak bahwa bukan dia lah yang memegang kendali, tapi ada peraturan yang harus dipatuhinya. Peraturan apa? Peraturan yang dibuat oleh masing-masing orang tua demi kebaikan anak. Tentunya peraturan ini akan berbeda antara orang tua yang satu dengan orang tua lainnya, karena setiap anak memiliki perkembangan yang unik sehingga tidak bisa mematok peraturan yang sama bagi seluruh anak. Hanya orang tua lah yang benar-benar tahu peraturan apa yang harus dibuat untuk anaknya masing-masing.
Jadi kapan anak harus dimarahi? Ada beberapa tahapan dalam mendidik anak yang aku terapkan sebelum benar-benar memarahinya.
💁♀️ Katakan dengan baik sebanyak 3 kali
Hal pertama yang harus dilakukan adalah memberikan pengertian dan menjelaskan dengan baik mengenai hal yang akan diajarkan kepada anak. Misalnya saat aku mengajarkan Byan untuk tidak berteriak dan memukul mainanan ke pintu atau dinding saat adiknya tidur. Setelah diberi tahu satu kali, beri jeda beberapa saat. Jika dia masih malakukannya maka beri tahu lagi, dan ulang sampai 3 kali. Mengapa diberi jeda waktu? Biasanya anak seusia Byan yaitu 3 tahun, sulit sekali menerima perintah larangan. Berikan waktu untuk dia berpikir sejenak akan sebab akibat dari perbuatannya.
Baca juga
Tips Menjaga Kesehatan Mata Anak saat Bermain Gadget
Ternyata Kejang Demam itu Turunan, Loh!
Patuhi Peraturan Playground demi Kebaikan Anak
Cara Mengajarkan Anak Gosok Gigi
Baca juga
Tips Menjaga Kesehatan Mata Anak saat Bermain Gadget
Ternyata Kejang Demam itu Turunan, Loh!
Patuhi Peraturan Playground demi Kebaikan Anak
Cara Mengajarkan Anak Gosok Gigi
💁♀️ Tingkatkan nada bicara
Jika ucapan kita tidak digubris sama sekali, padahal sudah diulang sebanyak 3 kali, maka naikkan nada suara agar anak tahu bahwa kita sedang mengatakan sesuatu yang serius. Jelaskan hal yang sama dengan sebelumnya namun dengan nada suara yang lebih keras dan tegas. Biasanya anak mulai menoleh dan mengalihkan perhatiannya dari aktifitas yang dilarang. Respon anak tidak selalu sama setiap waktu, ada kalanya dia menurut tanpa protes, ada yang disertai tangisan, atau malah berteriak dan melakukannya lebih ekstrim lagi. Jika anak sudah berhenti walaupun terkadang disertasi tanangisan, maka berilah dia pelukan dan ucapkan dengan lembut "makasi ya nak udah dengerin bunda"
💁♀️ Marahi
Bagaimana jika anak memberontak? Disaat inilah kita harus menunjukkan bahwa bukan dia lah yang memegang kendali. Biasanya aku akan memarahinya dengan menyuruh duduk di kursi meninggalkan semua aktifitas dan menjelaskan dengan tegas bahwa semua yang dia lakukan salah. Walaupun dengan paksaan dan disertai tangisan yang kadang berujung tantrum, aku harus tega sesaat. Setelah memarahi, biasanya aku tidak akan merespon apapun yang dilakukannya sampai tangisannya benar-benar berhenti dan tenang. Nah barulah disaat itu aku mendekat sambil membawakan botol minum. Teriakan dan tangisan pasti membuatnya haus dan lelah. Berilah pelukan dan ucapan terima kasih karena sudah mau tenang dan singgung sedikit mengenai pelajaran dan larangan yang dibahas tadi dengan perkataan yang lembut.
Tahapan ini di refresh setiap hari dalam artian kembali dari awal di setiap harinya meskipun untuk masalah yang sama. Contohnya hari ini masalah A bisa diselesaikan hanya dengan memberitahu anak, namun keesokan harinya masalah A terulang lagi, maka prosesnya kembali dari tahapan pertama yaitu memberitahu baik-baik, bukannya berlanjut ke tahap kedua dengan meningkatkan nada suara.
Penting untuk diingat, memarahi anak juga ada batasannya. Jangan sampai terjadi kekerasan fisik dan mengeluarkan kata-kata kasar. Bagiku, memarahi hanyalah merubah cara mendidik dengan menegaskan nada bicara dan menciptakan suasana dimana anak bisa fokus mendengarkan semua perkataan kita, seperti menyuruh duduk diam, berdua dalam sebuah ruangan, atau memberi hukuman ringan seperti tidak ada jatah coklat untuk minggu ini, tidak boleh main gadget sampai besok, dan sebagainya.
Alhamdulillah dengan menerapkan metode seperti ini, Byan mulai mengerti perbuatan mana yang baik dan yang tidak baik walaupun terkadang alasannya masih "nanti bunda marah". Jika sudah begini, aku akan memberikan pengertian lagi bahwa larangan itu dilakukan untuk kebaikan dia agar tidak menyakiti orang lain atau dirinya sendiri. Biasanya setelah itu dia akan mengerti dan mulai mengganti alasannya mengapa hal itu dilarang. Jangan lupa berilah pujian setiap kali anak berhasil merubah tingkah laku dan perbuatannya.
Jadi jika ditanya apakah aku masuk tim yang pro atau yang kontra dalam hal memarahi anak? Mungkin jawabannya adalah keduanya. Karena ada kalanya masalah bisa diselesaiakan dengan berbicara baik-baik, ada juga yang harus memasuki tahap memarahi.
Jadi bagaimana dengan ibu yang lain? Masuk tim yang pro atau tim yang kontra?
Semoga bermanfaat :)
aku juga termasuk yg suka marahi anak setelah berulang kali diberitahu dg baik, tentunya setelah marah aku beritahu kenapa aku sampai maarh sama mereka
ReplyDeleteWah sama kita Mbak. Terkadang memarahi anak juga perlu ya. Asalkan masih dalam batas kewajaran dan tidak ada kekerasan fisik serta kata kasar.
Delete