Apa yang mau ditulis? Hidup ini gitu-gitu aja nggak ada yang menarik. Lagian siapa juga yang mau baca? Aku kan nggak bisa nulis kayak Tere Liye atau Andrea Hirata. Banyak lagi alasan lain yang menjadikan seseorang tidak tertarik untuk menulis. Padahal hmmmm...menulis itu menyenangkan. Bisa mengolah pikiran dan merubah suasana hati. Pikiran yang suntuk bisa hilang, ilmu bisa didapat dan syukur-syukur ada yang baca dan bisa bermanfaat, bisa nambah pahala lho.
Jangan terlalu jauh berpikir kalau menulis itu harus menerbitkan sebuah buku atau memposting artikel dengan banyak pengunjung disitus internet. Mulailah dari yang hal paling sederhana. Kenapa ada buku diary? Kenapa saat sekolah kita selalu membeli buku baru yang menarik setiap awal tahun ajaran? Yap jawabannya untuk menulis sesuatu bukan? Diary yang selalu menjadi buku pribadi catatan perjalanan hidup yang sering disembunyikan karena dianggap sebagai sesuatu yang bersifat privasi. Kenapa mereka suka menuliskan kejadian sehari-hari dibuku? Padahal nggak untuk dibaca oleh orang lain kan? Karena itu menyenangkan dan bisa membuat lega, selain itu suatu saat nanti mungkin bisa dibolak-balik lagi sebagai suatu kenangan. Nah di sekolah pun juga tidak lepas dari yang namanya menulis. Karena dengan menulis pelajaran yang diberikan guru hari ini bisa dibaca ulang dan dipelajari lagi dirumah supaya ingat dan lebih dimengerti. Sampai disini sudah terlihat kan secuil manfaat menulis?
Jujur saja sebelum memulai untuk menuliskan pengalamanku menjadi seorang ibu di blog ini, tak pernah sekalipun aku berniat dari hati ini untuk menulis sesuatu. Yah palingan nulis laporan karena tuntutan pekerjaan. Berputar disitu-situ aja nggak berkembang sama sekali. Untung aja aku lumayan suka membaca novel, jadi sedikit banyaknya lumayan tau lah mengenai dunia tulis menilis ini. Walaupun pas dipraktekin kok rada susah, kaku dan merasa asing. Tapi karena niatnya mau berbagi pengalaman dan mengisi kesibukan dirumah biar nggak terlalu monoton makanya aku tekadkan untuk menulis rutin di blog yang masih seumur jagung ini. Walaupun dalam satu bulan hanya bisa menulis satu judul atau bahkan berbulan-bulan yang lalu aku tidak menulis satupun huruf disini karena mual saat hamil anak kedua yang begitu parah. Tapi setelah itu apa? Aku malah nggak sabar lagi ingin menuliskan sesuatu dan bercerita panjang lebar tentang apa yang aku alami selama vakum. Ternyata menulis itu juga bikin kangen. Apalagi ada yang memberikan komentar, bertanya ini itu dan merasa mendapatkan manfaat setelah membaca tulisan kita. Waaaahhh senangnya tiada tara nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata deh pokoknya. Makin bikin semangat nulis lagi dan lagi. Semakin ingin membagikan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Kalau dulu aku cuek dan nggak kepikiran untuk berbagi pengalaman atau ilmu baru ke orang lain, sekarang sudah beda, malah nyari-nyari sesuatu yang bisa diceritain.
Memang tata bahasa dan cara penulisan yang aku gunakan masih banyak kekurangan, masih banyak yang belum sesuai dengan ilmu tata bahasa. Tapi aku akan terus belajar walaupun itu akan membutuhkan waktu yang lama. Soalnya agak susah sih ya menggunakan bahasa yang baku untuk menuliskan sebuah artikel yang terkesan santai dan tidak kaku. Hhh yang penting pesannya tersampaikan dulu saja, baru deh sambil jalan kita belajar tata bahasa.
Ini beberapa manfaat luar biasa yang aku rasakan setelah mencoba menjadikan menulis itu sebuah kebiasaan.
Memang tata bahasa dan cara penulisan yang aku gunakan masih banyak kekurangan, masih banyak yang belum sesuai dengan ilmu tata bahasa. Tapi aku akan terus belajar walaupun itu akan membutuhkan waktu yang lama. Soalnya agak susah sih ya menggunakan bahasa yang baku untuk menuliskan sebuah artikel yang terkesan santai dan tidak kaku. Hhh yang penting pesannya tersampaikan dulu saja, baru deh sambil jalan kita belajar tata bahasa.
Ini beberapa manfaat luar biasa yang aku rasakan setelah mencoba menjadikan menulis itu sebuah kebiasaan.
Berbagi ilmu yang bermanfaat
Tidak akan rugi membagikan sesuatu yang bermanfaat buat orang lain, malahan akan membawa balasan baik kepada kita berkali-kali lipat. Awal aku berniat untuk menulis adalah berbagi cerita suka dan dukanya menjadi seorang ibu baru. Sangat banyak hal yang membuat aku khawatir, takut, stres dan perasaan campur aduk lainnya. Aku hanya ingin membagikan apa yang aku alami, dampaknya dan penyelesainnya jika berhasil. Memang sih agak ragu apakah ada yang tertarik untuk membaca atau tidak. Apalagi sangat banyak artikel yang jauh lebih bagus dan bisa langsung muncul pada halaman pertama search engine. Bikin ngedrop duluan. Tapi balik lagi ke niat awal, hanya ingin berbagi. Nggak peduli apapun hasilnya nanti, pokoknya aku harus lanjut.
Eh ternyata lama kelamaan angka pada statistik pengunjung selalu bertambah, membuktikan adanya segelintir orang yang membaca apa yang aku tulis. Apalagi sampai ada yang bertanya dan mengucapkan terima kasih. Ya Allah pengen sujud syukur rasanya saking bahagianya. Nggak nyangka tulisan-tulisan sederhana itu bisa menjadi sesuatu yang sangat berarti untuk orang lain.
Makanya yuk di share ilmu dan pengalamannya :)
Mengurangi stres
Coba deh curahkan kegundahanmu dalam sebuah tulisan, pasti setelah itu akan ada perasaan lega yang tak pernah kamu sangka sebelumnya. Aku merasakan hal ini malah sejak pertama menulis. Tidak semua permasalahan bisa langsung diselelesaikan bukan? Butuh waktu untuk melaluinya. Nah selama kita menunggu waktu tersebut pastinya bakalan stres banget dong. Mending ditulis aja, paling nggak bisa membantu untuk mengurangi tingkat kecemasannya. Apalagi kalau punya blog dan diposting, mana tau ada yang bisa membantu memberikan penyelesaian. Tapi ingat harus ada batasannya juga ya, nggak semua permasalahan bisa dibagikan begitu saja kepada orang lain.
Contohnya saat aku stres menghadapi Byan yang susah makan dan sering muntah. Satu tahun aku dihadapkan dengan masalah ini. Gimana nggak bikin stres coba? Akhirnya aku beranikan diri untuk menuliskan permasalahan ini dan membaginkannya di komunitas yang berkaitan serta di grup ibu-ibu. Eh alhamdulillah sangat banyak yang memberikan masukan dan memiliki pengalaman yang sama. Aku merasa tidak sendiri, aku merasa banyak yang peduli, bahkan dari orang-orang yang belum pernah bertatap muka. Lalu pengalaman ini bisa aku tuliskan di blog agar bisa dijadikan penenang juga buat ibu-ibu diluar sana yang sedang galau karena anaknya mengalami hal yang sama. Bukan hanya stres kita saja yang berkurang, tapi bisa juga mengurangi stres orang lain. Indahnya berbagi :)
Menambah ilmu
Masa sih bisa menambah ilmu? Ya bisa dong. Misalnya kali ini kita ingin menulis tentang perkembangan bayi usia 9 bulan. Selain menuliskan apa yang terjadi dan dialami anak kita sendiri, pastinya kita akan serching juga kan tentang perkembangan bayi yang normal diusia 9 bulan? Apalagi menuliskan tentang penyakit yang berkaitan dengan dunia medis, duh kalau nggak nyari bahannya dengan benar bisa-bisa salah memberi informasi. Belum lagi kalau menemukan istilah-istilah asing yang bahkan bacanya aja bikin lidah keplintir, udah pasti harus nyari artinya kan?
Nah proses mencari materi-materi yang berkaitan dengan tema tulisan inilah yang bisa menambah ilmu kita. Kalau kita nggak nulis, nggak mungkin kan ujuk-ujuk kita nyari artikel misalnya tentang sakit campak atau diare? Ya palingan harus kita dulu yang mengalami sakitnya, baru deh dicari tau kalau nggak tepar.
Mengubah pola pikir
Dengan bertambahnya ilmu yang kita dapatkan dari menulis, sudah pasti pola pikir akan berubah. Ditambah lagi ada yang berkomentar dalam tulisan kita yang mungkin sifatnya mengkritik ataupun memuji sekalipun. Secara tidak langsung hal itu akan merubah pandangan kita terhadap suatu hal.
Hmm enaknya dikasih contoh kali ya. Misalnya aku menuliskan sebuah artikel mengenai pilihan hidup menjadi sorang ibu rumah tangga. Nah pada saat menulis, rasanya aku hanyalah seorang wanita yang hanya bisa membuat kecewa orang tua dengan resign dari pekerjaan, dan selamanya akan menghabiskan waktu dengan mengurus rumah karena belum menemukan sesuatu yang bermanfaat lainnya untuk dilakukan. Tidak bisa dipungkiri aku merasakan hal itu. Tapi setelah mencari-cari materi, searching sana sini, ngobrol dengan saudara atau teman terdekat, dan membuka pikiran lebar-lebar, eh ternyata dunia tidak sesempit itu kawan. Banyak hal yang bisa aku lakukan nantinya walaupun sudah berganti status dari wanita karier menjadi ibu rumah tangga. Aku bisa lebih mengembangkan potensi yang ada tanpa harus berkecamuk dengan komputer dan berkas-berkas di kantor, aku bisa mengembangkan diri dan bahkan aku ingin menikmati jenjang pendidikan lagi nantinya, kalau bisa sampai S3 haha. Karena apa? Karena mataku sudah terbuka, bahwa sangat banyak wanita sukses diluaran sana yang bukan dari wanita kantoran. Toh mereka bisa meraup rejeki bahkan memberikan rejeki tanpa harus meninggalkan anak dan keluarga mereka. Kalau mereka bisa, kenapa aku nggak? Kita sama-sama makan nasi kok, hehe. Dan siapa bilang gelar pendidikan tidak berguna lagi bagi seorang ibu rumah tangga? Salah besar. Madrasah pertama bagi seorang anak adalah ibunya. Semakin cerdas seorang ibu maka semakin besar pula anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang luar biasa.
Bisa jadi juga kan tulisan yang aku bagikan mengenai hal ini akan merubah pola pikir ibu rumah tangga lainnya?
Mengubah suasana hati
Disaat marah, tulislah sebuah pengalaman yang menyenagkan. Disaat terpuruk, tulislah sesuatu yang dapat mengobarkan semangat. Disaat gelisah, tulislah sebuah tulisan yang menentramkan. Disaat sedih, tulislah sebuah cerita yang membahagiakan. Disaat patah hati, tulislah awal pertemuan dua insan yang saling jatuh cinta. Percayalah, itu akan sangat membantu!
Malah bisa juga sebaliknya. Disaat senang dan tertawa terbahak-terbahak lalu menuliskan sebuah untaian kata yang bikin haru, eh malah nangis. Aku pernah beberapa kali dalam keadaan marah menuliskan mengenai perkembangan Byan yang semakin pesat, eh malah nangis-nangis minta maaf sama dia karena merasa bersalah. Harusnya aku bersyukur diberikan anak yang luar biasa sempurna seperti ini kok malah dimarah-marahin. Pernah juga saat sayang-sayangnya sama Byan terus nulis tentang permasalahan GTM (Gerakan Tutup Mulut) yang nggak ada habisnya, eh malah kebawa emosi kesel sendiri. Hahaha lucu ya kalau diceritain gini.
Yah beginilah gambaran bagaimana suasana hati kita bisa berubah saat menulis. Konsentrasi yang sudah terpecah dari dunia nyata dan masuk kedalam barisan huruf-huruf yang ditulis atau diketik akan membuat lupa sejenak dengan hiruk pikuknya dunia ini *ceileh bahasanya haha.
Bisa menghasilkan uang
Walaupun ini bukan menjadi sebuah tujuan utama untuk memulai menulis, tapi tidak bisa dipungkiri kalau sangat banyak bukti yang bisa dilihat dari suksesnya seseorang hanya dengan menulis. Walaupun butuh waktu dan kerja keras yang luar biasa, dengan menulis ini bisa kok kita menghasilkan pundi-pundi uang yang bahkan nominalnya nggak kecil. Contohnya saja J.K. Rowling penulis novel Harry Potter yang sukses menjadi orang kaya raya dengan menjual hasil tulisannya. Apalagi sekarang dengan perkembangan teknologi, menulis artikel secara online pun sudah bisa mendapatkan penghasilan. Misalnya dengan menulis di blog atau membuat website sendiri. Kalau manfaat yang satu ini belum terlalu aku rasakan sih karena di Adsense duitku masih dikit dan belum bisa ditarik dengan nominal minimum *jadi malu. Tapi lumayan lah lama-lama nambah juga. Semoga suatu saat duitnya bisa ditarik ya, amiiin. Tuh kan jadi ngarep, haha.
Oke itulah beberapa manfaat yang aku dapatkan setelah menulis berbagai hal di blog pribadi *walaupun masih tergolong anak bawang karena baru mulai. Mungkin ada tambahan lain? Silahkan berkomentar ya gaeeeess. Ditunggu :)
Oke itulah beberapa manfaat yang aku dapatkan setelah menulis berbagai hal di blog pribadi *walaupun masih tergolong anak bawang karena baru mulai. Mungkin ada tambahan lain? Silahkan berkomentar ya gaeeeess. Ditunggu :)
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)