*Mau posting foto mukanya Byan kok rasanya nggak tega. Sedih banget rasanya hati bunda. Jadi foto punggungnya aja ya. Foto ini diambil setelah campak mulai menyebar ke badan di hari ke-6, tapi kaki dan tangan belum. Awalnya campak menyerang daerah muka. Kalau foto ini bisa dirasa, pasti bunda-bunda semua bisa merasakan panas tubuh Byan yang mencapai 39°C
Ya Allah sedihnya liat Byan sakit gini. Perasaan Bunda campur aduk, sedih, merasa bersalah, bingung, panik, pasrah, nyampur semua. Nggak pernah sedikitpun bunda menyangka kalau Byan bakalan sakit parah kayak gini, pas lebaran pula. Virus jahat entah dari mana yang menyerang, entah kapan masuknya ke tubuh mungil Byan. Daya tahan tubuh yang lemah karena keseringan diajak jalan sama bunda juga salah satu penyebabnya *maafkan bunda nak. Tapi yang jelas kalau bunda sudah bisa nulis lagi berarti Byan sudah sembuh walaupun masih ada bekasnya disekujur tubuh. Alhamdulillah..ssbentar lagi insyaAllah bersih lagi kok nak.
Jadi begini ceritanya..
Ceritanya Byan mau mudik lebaran. Keadaannya sehat walafiat dan gerakannya masih aktif sambil suka ketawa-ketawa. Nafsu makannya pun masih normal dan nennya juga masih sering seperti biasa. Makanya aku nggak khawatir sama sekali bawa Byan jalan jauh ke Padang walaupun seminggu sebelumnya udah jalan juga ke Surabaya. Tapi memang saat di Surabaya Byan sempet anget dan pas balik Jakarta flu meler-meler sama sering bersin. Aku pikir itu karena perubahan udara dan kecapekan aja. Nggak tau apakah virus campaknya udah masuk pas di Surabaya atau entah dimana.
Dua hari di Padang Byan masih aman-aman aja, riang gembira. Nah pas tengah malam hari ketiga (dini hari) dia kebangun dan nangis. Ah paling ini mau nen. Pas aku pegang badannya, ya Allah Byan panas banget!!!! Kok tiba-tiba banget gini? Tetap aku nenin sampai dia tidur lagi. Mungkin ini sama kayak di Surabaya kemaren, perubahan udara. Besoknya Byan masih panas, aku kasih Sanmol buat nurunin panas. Alhamdulillah esok harinya udah nggak panas lagi. Dan sampai saat itu Byan masih mau makan seperti biasanya. Cuma ada bintik-bintik merah yang muncul di sekitar mulut dan hidung Byan. Aku pikir dia alergi telur ayam kampung, karena ini kali pertama Byan aku kasih itu. Masih berpikiran positif.
Sorenya Byan rewel dan nangis nggak berhenti. Oh mungkin dia ngantuk. Aku gendong terus berharap dia bisa tertidur. Aku coba nenin tapi dia malah nolak. Dan beberapa saat kemudian badannya panas lagi sampai keesokan harinya. Semalaman dia nangis terus sampai bikin seisi rumah panik. Belum lagi dia terus-terusan muntah padahal cuma nen sedikit. Batuknya juga semakin parah, ingusnya juga mulai ngalir. Dikasih obat juga nggak bisa karena pasti muntah. Padahal udah beli obat penurun panas merek lain yang rasanya lebih enak. Sempet dibawa kerumah sakit tengah malam itu, pas masuk mobil tiba-tiba Byan mau nen dan tertidur pulas. Mungkin karena capek nangis. Alhasil pas nyampe depan rumah sakit kita muter balik lagi ke rumah karena kasian ngebangunin.
Karena takut kenapa-kenapa, besoknya setelah subuh Byan dibawa ke rumah sakit. Karena masih suasana lebaran, yang ada hanya dokter umum. Ya sudah lah yang penting Byan diperiksa dulu. Setelah ditimbang dan dicek, Byan hanya dikasih obat penurun panas, obat mual dan antibiotik berbenyuk puyer (ada dua obat lagi tapi nggak tau itu buat apa). Yang obat mual diminumkan sebelum makan. Obatnya banyak bangeeeeettt. Udah kebayang aja susahnya ngasih ke Byan. Dokternya juga belum bisa memastikan Byan sakit apa karena demamnya belum 3 hari. Jadi walaupun dilakuakan cek darah hasilnya nggak akan keliatan.
Seharian itu Byan nggak berhenti menangis. Makan nggak mau, nen nggak mau, dikasih air putih aja muntah. Perutnya bener-bener kosong sampai badannya terkulai lemas. Suhu tubuhnya bahkan sampai 39°C. Hanya turun setelah dikasih obat dan beberapa saat kemudian pasti panas lagi. Mata Byan sudah mulai sayu nggak ada semangat lagi.
Karena nggak ada perubahan, besoknya Byan dibawa lagi ke rumah sakit. Dilakukan cek darah dan trombositnya aman jadi bisa dipastikan dia tidak terkena demam berdarah. Dokter memvonis Byan terkena campak. Tidak ada obat tambahan hanya disuruh melanjutkan obat yang kemaren. Tapi ada satu vitamin yang disuruh beli yaitu Vitamin A biru untuk campak. Ternyata obat ini program puskesmas yang hanya ada dibulan-bulan tertentu. Pantesan udah nyari keliling-keliling nggak ketemu.
Oke Byan terkena campak, tugasku hanya berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki stamina dan daya tahan tubuh Byan. Karena ini virus, maka hanya tubuh Byan yang bisa melawannya. Tapi ternyata itu tidak semudah yang dibayangkan. *pengen nangis rasanya kalo mengingat saat Byan sakit.
Campak mulai memenuhi seluruh muka Byan. Sekeliling mata memerah dan membengkak sehingga Byan susah untuk membuka matanya. Sayuuuuu banget. Tiap dikasih makan atau dimasukkan sesuatu ke perutnya pasti dimuntahin lagi. Panas badannya juga nggak ilang-ilang. Byan nangiiiiiis terus. Ya Allah kasian banget liat Byan saat itu. Aku juga nggak henti-hentinya nangis. Kangen liat Byan senyum ketawa-ketawa lagi, hiks.
Malamnya nambah lagi masalah baru, Byan mencret!!! Udah nggak ada yang masuk keperut, malah mencret lagi. Aku makin panik, nggak tau mau ngapain. Panik, takut, sedih, kecewa sama diri sendiri, semuanya nyampur. Paling nggak Byan mau nen lah nak biar perutnya terisi. Tapi nen juga nggak mauuuu...ya Allah tolong ya Allah. Nggak henti-hentinya aku mengucapkan kalimat itu.
Hari selanjutnya tetap nggak ada perubahan. Suhu tubuh yang panas, campak yang sudah memenuhi muka dan badan, flu, batuk, muntah, mencret, itulah yang terjadi pada tubuh Byan. Sampai aku berpikiran jelek sama rumah sakit tempat Byan dibawa kemaren. Kenapa sih Byan nggak dirawat aja? Apa karena dia dokter umum jadi nggak tau apa-apa dan menggampangkan semuanya? Apa karena saat itu aku menggunakan BPJS? Aku sanggup bayar kok! *maafkan saya ya rumah sakit dan pak dokter. Akhirnya siang harinya Byan dibawa ke rumah sakit lain berharap dapat pertolongan seperti diharapkan. Lagi-lagi disana hanya dikasih wejangan untuk selalu memberi makan dan memberikan cairan sebanyak-banyaknya. Trus panasnya kok nggak turun-turun dok? Apa obatnya nggak cocok? Setelah obat dilihat sama dokternya, dia hanya menyuruh untuk melanjutkan. Kalau campak memang panasnya lama, bisa sampai seminggu. Kalau mencretnya gimana ini dok? Apalagi dia muntah terus. Apa nggak dehidrasi nanti? Dokternya masih dengan santai menjawab kasih oralit aja, ibu harus sabar menghadapi anak sakit, nanti pasti juga sembuh sendiri kok campaknya. Kalau udah digituin aku harus gimana coba? Hanya bisa ngangguk-ngangguk dan ngacir pulang lagi.
Serahkan semuanya pada Allah, hanya itu yang bisa aku lakukan. Nggak kebayang lagi perasaanku saat itu, tidur nggak bisa makan juga nggak selera. Sabaaaaarr aku gendong Byan berhari-hari, nyoba nyuapin Byan makan terus walaupun nanti dimuntahin, nyoba ngasih ASI walaupun selalu ditolak, nyoba ngompresin sama air hangat tapi selalu ditarik, bersihin mencretnya Byan yang bisa lebih dari 10x sehari dan sabar ngeliat muka Byan yang bikin hati bunda ini perih banget.
Sampailah dihari keenam yang akhirnya Byan mau nen sama bunda. Alhamdulillah ya Allah..nggak henti-hentinya aku bersyukur. Panasnya pun sudah mulai turun walaupun masih sekitaran 38 -38,5 °C. Paling nggak jangan nyampe 39 lah. Saat itu juga aku berani memandikan Byan dengan air hangat. Beberapa hari ini hanya dilap seadanya, pasti dia juga udah risih kan. Walaupun nangis-nangis tetap aku mandiin biar badannya enakan.
Hari-hari selanjutnya suhu tubuh Byan berangsur normal diikuti dengan menyebarnya campak ke seluruh tubuh. Walaupun masih susah makan, muntah dan mencret tapi ini sudah sangat melegakan. Kalau dilihat tubuh Byan saat itu miris banget, sampai aku membatin wajar kalau vaksin campak itu termasuk yang diwajibkan. Kalau ingat-ingat vaksin, Byan itu mau diimunisasi campak setelah lebaran ini lho..eh malah kena duluan. Nggak tau nih nanti masih tetap divaksin campak apa nggak.
Tiga hari kemudian barulah sayu mata Byan sedikit berkurang karena bengkak dimatanya sudah mulai susut. Mencretnya juga udah berkurang. Tapi flu dan batuk tetep aja bertahan. Nafsu makan belum balik juga mungkin tenggorokannya masih sakit, tapi nen alhamdulillah masih mau. Campaknya udah full sebadan-badan sampai nggak ada celah. Berarti kalau campaknya udah keluar semua gini hanya menunggu masa pemulihan berakhir.
Sekarang sudah 2 minggu berlalu, Byan udah ceria lagi seperti sediakala. Makannya juga udah lahap lagi. Tapi ya itu berat badannya merosot tajam, jadi kurus banget. Wajar juga sih karena semingguan nggak bisa makan. Bekas campaknya masih tersisa dibeberapa bagian, sudah menghitam. Mudah-mudahan secepatnya bisa bersih. Jangan sakit-sakit lagi ya nak, yang kemaren udah cukup bikin bunda stress tingkat dewa.
Berikut beberapa tips buat bunda-bunda kece berhubungan dengan penyakit campak ini.
- Campak ini sangat sangat sangat menular. Jadi sebisa mungkin jauhkan anak yang terkena campak dengan anak lainnya.
- Campak membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk benar-benar pulih. Jadi siapkan mental ya bund jika anak terkena campak. *aku sok kuat
- Sebisa mungkin jangan menggunakan tempat makan yang sama dengan anak lain, apalagi menyuapinya bergantian. Hal ini sangat memudahkan untuk menularkan penyakit.
- Perhatikan kondisi fisik si kecil. Dia pasti jauh lebih rentan dari pada kita yang sudah dewasa. Semakin lelah anak maka daya tahan tubuhnya pun semakin lemah. Disinilah virus-virus jahat akan masuk.
- Sabar menghadapi anak yang terkena campak. Memang akan banyak rentetan penyakit lain yang mengikuti seperti flu, batuk, muntah, mencret. Usahan susui bayi sesering mungkin selama dia mau, kasih makan terus walaupun nantinya akan dimuntahkan lagi, minumkan air putih sebanyak mungkin, cairan oralit juga diminumkan supaya tidak dehidrasi. Ternyata campak ini akan membuat lidah dan tenggorokan sakit, jadi wajar jika bayi nggak mau makan.
- Berilah makan anak dengan porsi kecil tapi sering. Nggak apa-apa walaupun hanya sesuap dua suap yang penting ada yang masuk ke perut.
- Entah benar atau cuma mitos, katanya air kelapa ijo/muda bisa mempercepat keluarnya campak. Bisa diminumkan ke bayi (diatas 6 bulan) atau diminum ibunya jika bayi ASI. Walaupun belum teruji secara klinis, nggak rugi buat dicoba. Namanya juga usaha.
- Jika diberikan obat mual, beri jeda lebih kurang setengah jam sebelum makan. Selama setengah jam itu harus puasa dulu. Kalau masih tetap ada yang masuk, maka obat nggak akan mempan. *wejangan dokter.
- Tetap mandikan bayi walaupun demam. Mandi dengan air hangat bisa sebagai pengganti kompres. Selain itu juga membuat bayi merasa lebih nyaman. *wejangan dokter lagi
- Jangan menggunakan "bye by* fev*r" untuk menurunkan panas karena nggak ada gunanya (mengandung alkohol). Mending dikompres dengan air hangat. * lagi-lagi wejangan dokter.
- Jangan terlalu sering membaca artikel-artikel di internet karena itu akan membuat kita semakin panik.
- Karena waktu itu Byan nggak dikasih obat mencret dan minum oralit juga susah, setelah tanya-tanya saudara yang dokter juga maka dikasihlah lacto-b. Ini semacam bakteri baik yang dimasukkan ke tubuh. Rasanya juga enak, bisa dicampurkan kemakanan atau dilarutkan dengan air. Ampuuuuh banget buat mengatasi mencret.
- Bekas campak akan memakan waktu yang lebih lama untuk bersih kembali. Awalnya akan menghitam dan dibeberapa bagian akan mengelupas. Nanti lama-lama juga akan bersih kembali.
- Jangan telat memberikan vaksin campak pada bayi karena itu penting bangetngetnget. Sakit campak itu ternyata parah banget. Selain itu usahakan juga vaksin rotavirus untuk diare ya. Byan kelewat buat vaksin yang satu ini. Mungkin kalau udah divaksin rotavirus, diare yang dialami akan lebih ringan atau tidak ada sama sekali.
Sekian dulu cerita pengalaman yang panjang ini. Semoga bermanfaat.
Terimakasih bunda sharing nya. Semoga sehat sehat BG byn. Dan anak anak kita semuanya. Aamiin
ReplyDeleteAaamin aamiin YRA. Terima kasih banyak sudah mampir baca-baca 🤗
Delete