Aku dulu seorang wanita karir yang memilih berhenti kerja demi mengurus anak. Untuk beralih status ini sangat sangat sulit. Bukan dari diri sendiri atau suami, tapi dari keluarga besar dan lingkungan sekitar. Periiih banget rasanya hati ini kalo mengingat tekanan dari sana sini yang melarang untuk berhenti kerja. Menguatkan diri demi menjaga titipan Allah yang paling berharga. Pelajaran paling berarti yang aku dapatkan sampai saat ini adalah jadi IRT itu jauuuuh lebih berat dari pada kerja di kantor. Yaa walaupun di dunia ini banyak yang masih meremehkan, tapi jika nanti ditanya Allah aku bisa jawab dengan yakin bahwa aku telah menjaga titipan-Nya dengan baik. Baca juga Berhenti Kerja demi Anak.
Bagi para haters IRT, tolong ya jangan menyamakan kehidupan anda dengan orang lain. Jika anda sanggup bekerja tanpa meninggalkan tanggung jawab sebagai ibu, mungkin tidak begitu keadaannya dengan ibu-ibu yang lain. Aku yang dulunya wanita karir rela mengorbankan pekerjaan karena nggak tega menitipakan anak ke orang lain dengan beribu-ribu resiko yang menanti. Aku memiliki sudut pandang lain dalam mendidik anak. Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Betapa ruginya melewatkan perkembangan buah hati demi setumpuk kerjaan di meja kantor. Takut bakalan jatuh miskin karena nggak kerja? Alhamdulillah aku masih diberi keyakinan oleh Allah bahwa rezeki masing-masing anak sudah diatur. Apakah salah jika kita memiliki pemikiran yang berbeda? Tolong hargai kami seperti kami juga menghargai ibu pekerja.
Yang kedua jangan menganggap bahwa IRT itu nggak bisa apa-apa. Kalian kira kami nggak berpikir seharian selama ada di rumah? Asal kalian tau ya, IRT itu adalah makhluk paling multitasking didunia. Keahlian kami ini dilatih setiap hari agar seluruh pekerjaan rumah tangga yang segunung bisa terselesaikan. Kami harus belajar manajemen waktu yang baik. Ilmu sabar dan ikhlas juga harus ditingkatkan setiap hari karena tidak ada upah yang kami terima per bulannya. Trus apakah masih kurang bukti bahwa buanyaaaak banget IRT yang sukses dengan bisnis yang dirintis sendiri. Bahkan nggak sedikit wanita karir yang bekerja sebagai bawahan seorang IRT. Selama masih ada usaha dan doa, nggak ada yang nggak mungkin kawan.
Yang ketiga jangan menilai kebahagiaan seseorang dari harta yang dia miliki. Kebanyakan ketakutan ibu bekerja untuk resign adalah kurangnya pemasukan yang akan berimbas pada perekonomian keluarga yang pastinya merusak kebahagiaan yang dirasakan sekarang. Udah ngebayangin aja bakalan menderita karena kesulitan uang. Tapi tetap harus dicatat yaaa..nggak semua orang merasakan hal yang sama. Alhamdulillah aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa bisa mengasuh anak sendiri dan melakukan pekerjaan rumah tangga lain seperti masak, beres rumah, nyapu, ngepel dsb. Aku masih bisa shalat 5 kali sehari bahkan masih sempat untuk baca Al-quran. Pagi-pagi juga bisa bikinin minuman buat suami. Entah kenapa itu membuat aku merasa menjadi wanita utuh yang sesuai dengan kodratnya. Selain itu aku menjadi semakin menghargai, membutuhkan dan semakin sayang suami karena selalu menantikan kepulangannya setelah jam kerja usai. Begitu berharga waktu disaat kami lengkap bertiga berada dirumah. Coba kalo aku kerja, apa masih merasakan hal yang sama??? Semuanya dilakukan serba terburu-buru, ngurus anak aja nggak bakalan sempat, apalagi ngurus suami? Ngurus rumah? Mending kalo jarak dan waktu tempuh dari ruamh ke kantor deket, kalo di Jakarta? Udah kebayang kan gimana keadaan lalu lintasnya? Boro-boro punya rumah deket kantor, beli yang jauh aja belum sanggup. Kan bisa pake ART? Yap memang bisa. Tapi apa bisa nyari ART yang sesuai dengan keinginan kita? Nggak gampang siiiiist..coba aja sendiri kalo nggak percaya. Trus kalo masalah keuangan?? Alhamdulillah lagi sampai sekarang kebutuhan kami semua masih terpenuhi dengan baik. Masih bisa liburan, makan di emol, beli baju, sepatu dll. Itu kan karena anaknya masih kecil, nanti kalo udah gede pasti bakalan ketar-ketir kebingungan nggak punya duit. Hahaha Allah udah mengatur rezeki tiap hambanya. Ya mari kita berusaha untuk menjemputnya. Misal nih ya kemaren sebagai PNS aku mendapatkan gaji 5jt per bulan, berarti rezeki yang Allah kasih memang segitu. Sebenernya apapun pekerjaan yang aku lakukan saat itu tetap jatah rezekinya 5jt. Hanya saja kebetulan kali ini melalui jalur sebagai PNS. Aku akan berusaha mencoba jalan lain untuk menjemput rezeki itu tanpa harus meninggalkan kewajibanku sebagai ibu. Yaaaah intinya sekarang aku jauuuh lebih bahagia dengan kehidupan baruku dan mudah-mudahan selamanya nggak akan berubah. Terakhir yang harus diingat, gaya hidup lah yang bikin kita susah, bukan kebutuhan hidup.
Maaf mungkin tulisan singkat ini terlihat penuh emosi yang meluap-luap. Tapi aku menulisnya memang dalam kondisi yang penuh kekecewaan. Maklumlah batas sabarnya seseorang itu pasti ada kan? Semoga pandangan segelintir orang-orang terhadap IRT lebih baik lagi dari sebelumnya. Amiiin. Semangat teman seperjuangan dengan takdir yang sama. Cayoooo!!!
Yang ketiga jangan menilai kebahagiaan seseorang dari harta yang dia miliki. Kebanyakan ketakutan ibu bekerja untuk resign adalah kurangnya pemasukan yang akan berimbas pada perekonomian keluarga yang pastinya merusak kebahagiaan yang dirasakan sekarang. Udah ngebayangin aja bakalan menderita karena kesulitan uang. Tapi tetap harus dicatat yaaa..nggak semua orang merasakan hal yang sama. Alhamdulillah aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa bisa mengasuh anak sendiri dan melakukan pekerjaan rumah tangga lain seperti masak, beres rumah, nyapu, ngepel dsb. Aku masih bisa shalat 5 kali sehari bahkan masih sempat untuk baca Al-quran. Pagi-pagi juga bisa bikinin minuman buat suami. Entah kenapa itu membuat aku merasa menjadi wanita utuh yang sesuai dengan kodratnya. Selain itu aku menjadi semakin menghargai, membutuhkan dan semakin sayang suami karena selalu menantikan kepulangannya setelah jam kerja usai. Begitu berharga waktu disaat kami lengkap bertiga berada dirumah. Coba kalo aku kerja, apa masih merasakan hal yang sama??? Semuanya dilakukan serba terburu-buru, ngurus anak aja nggak bakalan sempat, apalagi ngurus suami? Ngurus rumah? Mending kalo jarak dan waktu tempuh dari ruamh ke kantor deket, kalo di Jakarta? Udah kebayang kan gimana keadaan lalu lintasnya? Boro-boro punya rumah deket kantor, beli yang jauh aja belum sanggup. Kan bisa pake ART? Yap memang bisa. Tapi apa bisa nyari ART yang sesuai dengan keinginan kita? Nggak gampang siiiiist..coba aja sendiri kalo nggak percaya. Trus kalo masalah keuangan?? Alhamdulillah lagi sampai sekarang kebutuhan kami semua masih terpenuhi dengan baik. Masih bisa liburan, makan di emol, beli baju, sepatu dll. Itu kan karena anaknya masih kecil, nanti kalo udah gede pasti bakalan ketar-ketir kebingungan nggak punya duit. Hahaha Allah udah mengatur rezeki tiap hambanya. Ya mari kita berusaha untuk menjemputnya. Misal nih ya kemaren sebagai PNS aku mendapatkan gaji 5jt per bulan, berarti rezeki yang Allah kasih memang segitu. Sebenernya apapun pekerjaan yang aku lakukan saat itu tetap jatah rezekinya 5jt. Hanya saja kebetulan kali ini melalui jalur sebagai PNS. Aku akan berusaha mencoba jalan lain untuk menjemput rezeki itu tanpa harus meninggalkan kewajibanku sebagai ibu. Yaaaah intinya sekarang aku jauuuh lebih bahagia dengan kehidupan baruku dan mudah-mudahan selamanya nggak akan berubah. Terakhir yang harus diingat, gaya hidup lah yang bikin kita susah, bukan kebutuhan hidup.
Maaf mungkin tulisan singkat ini terlihat penuh emosi yang meluap-luap. Tapi aku menulisnya memang dalam kondisi yang penuh kekecewaan. Maklumlah batas sabarnya seseorang itu pasti ada kan? Semoga pandangan segelintir orang-orang terhadap IRT lebih baik lagi dari sebelumnya. Amiiin. Semangat teman seperjuangan dengan takdir yang sama. Cayoooo!!!
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)