Source : freepik.com |
Seminggu setelah bayiku, Byan, lahir semuanya dirasa baik-baik saja. Dia terlihat sehat, asi lancar, pipis dan BAB pun normal. Hanya saja memang saat itu musim hujan jadi tidak bisa dijemur. Selain itu dia juga sering tidur dan terkadang jadwal mimiknya kelewat. Dia juga semakin jarang menangis. Tapi ya aku anggap itu masih wajar karena memang bayi baru lahir lebih sering tidur. Orang tua bilang kalo bayi tertidur pulas itu berarti dia kenyang, nanti kalo laper juga nangis sendiri.
Hari itu jadwal pertama Byan kontrol ke
dokter anak. Aku berangkat ke rumah sakit bersama suami dan mamaku. Setelah
daftar dan ngantri, kami pun bertemu dokter. Saat dokter meraba kulitnya,
langsung dibilang kalo Byan kuning. Aku langsung bingung. Kok bisa kuning? Kulitnya
nggak kuning kok, matanya juga nggak kuning.
Kemudian dokter memberitahu bahwa cara mengetahui bayi kuning atau tidak adalah dengan menekan kulitnya dibagian jidat atau hidung, kemudian dilepas. Jika ada bekas kuning yang muncul di area yang ditekan tersebut, maka bayi dinyatakan kuning.
Aku yang saat itu masih seorang ibu baru yang lugu dan tidak tau apa-apa langsung panik, kalut, nangis. Aku ngerasa nggak bisa ngerawat anakku dengan baik sampai dia bisa kuning begitu. Mamaku menenangkan, bilang bahwa bayi kuning itu wajar kalo kuning. Banyak kok bayi yang kuning. Tapi tetap aja itu nggak bisa bikin aku tenang.
Kemudian dokter memberitahu bahwa cara mengetahui bayi kuning atau tidak adalah dengan menekan kulitnya dibagian jidat atau hidung, kemudian dilepas. Jika ada bekas kuning yang muncul di area yang ditekan tersebut, maka bayi dinyatakan kuning.
Aku yang saat itu masih seorang ibu baru yang lugu dan tidak tau apa-apa langsung panik, kalut, nangis. Aku ngerasa nggak bisa ngerawat anakku dengan baik sampai dia bisa kuning begitu. Mamaku menenangkan, bilang bahwa bayi kuning itu wajar kalo kuning. Banyak kok bayi yang kuning. Tapi tetap aja itu nggak bisa bikin aku tenang.
Dokter menyuruh kami untuk melakukan
cek kadar bilirubin ke laboratorium. aku makin panic. Berarti nanti darahnya
diambil pake jarum suntik dong? Aduuuh nggak tega ngeliat bayi semungil itu
disuntik-suntuik. Alhasil yang masuk kedalam lab hanya suamiku. Ternyata ngambil
darahnya cuma pake alat yang dipake saat kita ngecek golongan darah waktu donor
darah itu lho. Yang cuma ditusuk pake jarum kecil. Ya walupun masih nggak tega,
paling nggak anakku nggak disuntik.
Setelah menunggu selama 1 jam akhirnya
hasil cek darah pun bisa diambil. Kami masuk lagi ke ruangan dokter dan
memberikan lembar hasil pemerikasaannya. Ternyata kadar bilirubin Byan mencapai
14 mg/dl dan itu termasuk tinggi.
Dokter memberikan kesempatan kepada kami untuk membawa pulang Byan selama 3 hari dan menyusuinya sesering mungkin, setiap jam sebanyak 70 ml (aku juga nggak ngerti kenapa dokter menakarkan segitu setelah menghitung dengan kalkulator, mungkin ada rumusnya yang disesuaikan dengan berat badan bayi) Jika setelah 3 hari kadar billirubinnya tidak turun, maka harus disinar. Aku nggak mau anakku disinar!! Setelah diberi imunisasi polio, kami pun pulang dengan pikiran kalut, takut, sedih, pokoknya campur aduk lah.
Kadar normal
bilirubin bayi adalah < 5 mg/dl.
Dokter memberikan kesempatan kepada kami untuk membawa pulang Byan selama 3 hari dan menyusuinya sesering mungkin, setiap jam sebanyak 70 ml (aku juga nggak ngerti kenapa dokter menakarkan segitu setelah menghitung dengan kalkulator, mungkin ada rumusnya yang disesuaikan dengan berat badan bayi) Jika setelah 3 hari kadar billirubinnya tidak turun, maka harus disinar. Aku nggak mau anakku disinar!! Setelah diberi imunisasi polio, kami pun pulang dengan pikiran kalut, takut, sedih, pokoknya campur aduk lah.
Besoknya matahari pun tak muncul sama
sekali, hujan setiap hari. Byan tidak bisa dijemur padahal sinar matahari pagi sebelum jam 8 dapat membantu mengurangi kuning
walaupun tidak berperan begitu banyak karena bayi hanya disarankan dijemur
sekitar 15-20 menit saja.
Aku pasrah dan fokus saja memberikan asi ke Byan, karena hanya itu yang bisa dilakukan. Walaupun pesan dokter cukup sederhana yaitu menyusui Byan sesering mungkin, tapi ternyata itu sangat sulit untuk dilakukan. Byan tidur terus dan makin jarang bangun, dibangunkan pun tidak mau. Padahal tips dari dokter untuk membangunkan bayi yaitu dengan menjentik jari kaki, menggelitik jari kaki dan membuka baju bayi sudah dilakukan, tetap saja Byan tidak mau bangun. Walaupun terbangun, dia tidak mau menyusu padahal (maaf) puting sudah diarahkan bahkan sudah masuk ke mulutnya. Dia semakin lemas dan tak bertenaga. Bahkan untuk bergerak pun dia tak bisa, apalagi menangis. Jadi bayi yang jarang menangis pun harus diwaspadai, karena bisa saja itu disebabkan karena dia lemas dan tidak bertenaga.
Saya mencoba untuk memberikan asi pake dot. Setelah saya pompa dan dimasukkan ke botol, ternyata 70 ml banyak banget untuk diminum oleh bayi sekecil Byan. Ya sudahlah berapapun yang terminum yang penting Byan mau. Setelah dicoba meminumkan dengan dot merek pertama, Byan menolak. Suamiku langsung pergi membeli dot dengan merek lai, tapi tetap juga gagal. Kemudian aku coba meminumkan asi dengan sendok, Alhamdulillah berhasil walaupun hanya sedikit sekali yang terminum. Aku coba lagi untuk mimik langsung, akhirnya dia sudah bertenaga untuk menghisap asi. Setelah itu Byan sudah mulai menggerak-gerakkan tangannya, sudah mulai menangis. Tak henti-hentinya aku bersyukur saat itu. Rasanya bahagia bukan main.
Aku pasrah dan fokus saja memberikan asi ke Byan, karena hanya itu yang bisa dilakukan. Walaupun pesan dokter cukup sederhana yaitu menyusui Byan sesering mungkin, tapi ternyata itu sangat sulit untuk dilakukan. Byan tidur terus dan makin jarang bangun, dibangunkan pun tidak mau. Padahal tips dari dokter untuk membangunkan bayi yaitu dengan menjentik jari kaki, menggelitik jari kaki dan membuka baju bayi sudah dilakukan, tetap saja Byan tidak mau bangun. Walaupun terbangun, dia tidak mau menyusu padahal (maaf) puting sudah diarahkan bahkan sudah masuk ke mulutnya. Dia semakin lemas dan tak bertenaga. Bahkan untuk bergerak pun dia tak bisa, apalagi menangis. Jadi bayi yang jarang menangis pun harus diwaspadai, karena bisa saja itu disebabkan karena dia lemas dan tidak bertenaga.
Saya mencoba untuk memberikan asi pake dot. Setelah saya pompa dan dimasukkan ke botol, ternyata 70 ml banyak banget untuk diminum oleh bayi sekecil Byan. Ya sudahlah berapapun yang terminum yang penting Byan mau. Setelah dicoba meminumkan dengan dot merek pertama, Byan menolak. Suamiku langsung pergi membeli dot dengan merek lai, tapi tetap juga gagal. Kemudian aku coba meminumkan asi dengan sendok, Alhamdulillah berhasil walaupun hanya sedikit sekali yang terminum. Aku coba lagi untuk mimik langsung, akhirnya dia sudah bertenaga untuk menghisap asi. Setelah itu Byan sudah mulai menggerak-gerakkan tangannya, sudah mulai menangis. Tak henti-hentinya aku bersyukur saat itu. Rasanya bahagia bukan main.
Beberapa jam kemudian kebahagiaan itu kembali
hilang. Byan kembali lemas, tidak menangis walupun popoknya basah dan tak mampu
menggerakkan badannya. Aku coba lagi memberikan asi dengan sendok, tapi dia
menolak. Aku makin bingung. Akhirnya setelah bertanya kesana kemari, kakak
iparkuu menyarankan untuk memberikan asi dengan pipet obat. Langsung kuminta
suamiku untuk membelinya. Kucoba memberikan asi lagi ke Byan dengan pipet obat.
Walaupun sedikit tapi Alhamdulillah masih ada yang terminum. Pokoknya selama 3
hari itu aku selalu berusaha untuk memberikan
asi dengan 3 metode yaitu menggunakan dot, sendok, dan pipet obat. Nggak bisa
diungkapkanlah luar bisanya perjuanganku selama 3 hari itu. sampai tidur dan
makan pun udah tak terpikirkan lagi.
Tiga hari pun terlewati, Byan kembali kontrol
ke dokter. Sebelum diperiksa dokter, Byan disuruh cek kadar bilirubin lagi. Kali
ini darah diambil dengan suntik seperti orang dewasa ngambil darah. Duuuh nggak
tega rasanya. Pengen aku menggantikan posisi anakku. Bunda aja yang sakit nak,
jangan Byan.
Setelah menunggu selama 2 jam,
hasilnya diambil dan kami langsung ke ruangan dokter. Nggak nyangka usahaku
membuahkan hasil. Billirubinnya turun menjadi 11 mg/dl dan Byan tidak perlu
disinar lagi. Hanya saja Byan tetap dikasih obat untuk pematangan hati.
Walaupun setelah itu masih ada jejak
kuning dikulit Byan jika ditekan dengan jari, paling nggak dia sudah terlihat
lebih segar. Jika ada cahaya matahari pagi walaupun sedikit, aku segera
menjemurnya. Obat yang dikasih dokter cuma dua kali aku minumin ke Byan karena
takut bayi sekecil ini udah diminumin obat. Sebenernya juga karena mamaku sih
yang cerewet bukan main ngelarang buat ngasih obatnya ke Byan.
Semoga
bermanfaat :).
Mau tanya mba.. Byan nya berapa lama kulitnya msih kuning mba..
ReplyDeleteAnakku udah sebulan masih kuning mba.. Cuman asi bak bab nya lancar mba..
Seingetku dulu udah 2 bulan lebih masih kuning kulitnya, cuma nggak terlalu kuning seperti baru lahir. Kata tetanggaku yang ketemu Byan juga bilangnya dia masih kuning. Tapi selama billirubinnya normal dan sehat-sehat aja kemungkinan nggak masalah mba. Pas imunisasi dokternya juga nggak bilang apa-apa. Jadi aku santai aja waktu itu
Deletehuaaa makasih bangett artikelnya mom. btw, hilangnya bener2 waktu umur byan brp bulan?
ReplyDeleteSama-sama :)
DeleteLupa umur berapa pastinya, Mbak. Pokoknya pas 3 bulan udah normal kulitnya.
Bayi saya pas lahir juga kuning mbak
ReplyDeleteSampai sekarang usia 5 bulan udah gak begitu kuning sih, cuma kalau ditekan kulitnya masih agak kuning tapi anaknya aktif bgt, pup sama bak nya juga normal
Itu gimana ya mbak?
Anak pertamaku juga terlihat kuning lumayan lama, Mbak. Sampai berbulan-bulan juga. Tapi selama berat badan naik normal, cek billirubin normal, tumbub kembangnya baik, sepengalamanku nggak apa, Mbak.
DeleteTapi misal takut atau ragu, boleh ditanya pas imunisasi anak atau biar lega langsung ke dokter.